Seputar Indonesia, Februari 2009
Di tengan kondisi ekonomi yang sulit, ruang publik dijejali dengan beragam kamuflase kesuksesan. Ironisnya, para elite politik sibuk memperjuangkan pencitraan. Padahal dalam kehidupan konkret, masyarakat tertekan dengan hidup yang semakin sulit. Di benak masyarakat, kemewahan dan kesuksesan hanya impian kosong. Untuk sekadar berharap dan berpikir sekalipun, kesuksesan seolah menjadi barang mahal.
Padahal, harapan dan pikiran untuk sukses sejatinya merupakan kunci pertama untuk mendapatkan kesuksesan yang asli, sebagai master mind. Hal inilah yang menjadi inti dari buku motivasi karya Napoleon Hill, salah satu motivator terbesar yang pernah hadir. Buku The Master Key to Riches dianggap sebagai salah satu buku pertama yang secara sistematis, terstruktur, dan memiliki daya penalaran kuat guna menggerakkan seseorang mewujudkan kesuksesannya.
Guna mentransformasikan kesuksesan dalam bentuk konkret, Hill memulai dengan memilah kebaikan dengan 12 kekayaan yaitu sikap mental positif, kesehatan fisik yang prima, hubungan yang harmonis, bebas dari rasa takut, harapan akan pencapaian, kapasitas keyakinan, kesediaan untuk berbagi, amal tanpa pamrih, berpikiran terbuka, disiplin diri, kemampuan memahami orang lain, dan keamanan ekonomi. Ke-12 kebaikan ini sebuah kesatuan yang saling temali. Namun, kesemuanya dimulai dengan menciptakan harmonisasi kesuksesan di dalam pikiran.
Kesuksesan yang ingin diwujudkan dalam pikiran dibentuk, diinternalisasi dalam memantapkan tujuan yang pasti. Misalnya, suatu ketika saya berpikir untuk menjadi seorang akademisi yang sukses dan berguna untuk peradaban, maka pemantapan tujuan yang pasti tidak akan berubah ketika melihat kesuksesan seorang akademisi yang menjadi pejabat publik. Konsistensi menjadi akademisi memiliki konsekuensi etis dan akademis yang ketat. Ia harus tanpa pamrih berjuang, berpikir dan bertindak dalam menciptakan tata kehidupan yang lebih baik dan adil. Tetapi, untuk menjadi seorang pejabat publik, kesuksesan dilihat dari kemampuannya melayani publik sesuai tugasnya, bukan atas derajat tinggi-rendah kedudukan. Dalam hal ini, Hill menyebutnya sebagai keutamaan yang pasti.
Selanjutnya, setelah menentukan tujuan yang pasti, katalisator kesuksesan didukung oleh sugesti positif secara mandiri. Secara terus menerus, menciptakan gambaran-gambaran positif secara tidak langsung membimbing alam bawah sadar untuk menyuplai keyakinan atas kemampuan diri dan harapan. Kekuatan alam bawah sadar yang sering dinafikan oleh sebagian orang justru sangatlah besar pengaruhnya. Seperti fenomena gunung es, kesadaran hanyalah permukaan. Alam bawah sadar yang tidak termaksimalkan pada dasarnya merupakan kerugian yang sangat besar. Sedangkan ketidakmampuan mensugesti diri secara positif akan menimbulkan pikiran negatif dan kadang berbentuk perusakan diri.
Dalam implementasi meraih kesuksesan, Hill juga memasukan aspek sosial dalam pembentuk keberhasilan. Baginya, kesuksesan seseorang terlihat ketika yang bersangkutan mampu berbuat lebih. Ia mampu mendisiplinkan diri untuk turus bekerja keras meski oleh orang lain dianggap telah mendapatkannya. Ia mampu mengendalikan ego, menyeimbangkan nalar, dan menundukkan semuahal yang positif dalam kesatuan harmonis.
Berbuat lebih juga berbentuk kepada kebiasaan untuk memberi sesuatu kepada orang lain. Menurut Hill, kebahagiaan adalah ketika kita melakukan, bukan semata memiliki. Karena itu, cinta yang sejati tidak harus memiliki, ia bisa berbentuk keinginan untuk melihat seseorang yang dicintainya sukses tanpa melibatkan kepemilikan diri, seseorang, seseorang yang tidak mesti menjadi pasangannya. Biasanya orang takut untuk menjadi sukses. Di dalam benaknya mewujudkan kesuksesan sangatlah berliku, padahal ketakutan tidak lain hanyalah proses yang muncul dalam pemikiran semata.
Kesimpulan dari buku ini membimbing bagaimana cara mendapatkkan kesuksesan itu diraih ketika memunculkan kesuksesan dalam pikiran yang terkait potensi alam bawah sadar, kemudian mengorganisasikannya menjadi ide dan rencana kerja. Dari itu, ada proses transformasi rencana menjadi tindakan aktif dan konkret
Buku ini oleh sebagian kalangan tepat dikatakan sebagai salah satu buku terbaik yang pernah ada karena menyadarkan diri bahwa kesuksesan itu bermula dari pikiran dan harapan. Tetapi kesuksesan yang sejati pada dasarnya ketika mampu menjadikannya berguna untuk sesama, bukan bersifat pribadi.
Herdis Herdiansyah,
Di tengan kondisi ekonomi yang sulit, ruang publik dijejali dengan beragam kamuflase kesuksesan. Ironisnya, para elite politik sibuk memperjuangkan pencitraan. Padahal dalam kehidupan konkret, masyarakat tertekan dengan hidup yang semakin sulit. Di benak masyarakat, kemewahan dan kesuksesan hanya impian kosong. Untuk sekadar berharap dan berpikir sekalipun, kesuksesan seolah menjadi barang mahal.
Padahal, harapan dan pikiran untuk sukses sejatinya merupakan kunci pertama untuk mendapatkan kesuksesan yang asli, sebagai master mind. Hal inilah yang menjadi inti dari buku motivasi karya Napoleon Hill, salah satu motivator terbesar yang pernah hadir. Buku The Master Key to Riches dianggap sebagai salah satu buku pertama yang secara sistematis, terstruktur, dan memiliki daya penalaran kuat guna menggerakkan seseorang mewujudkan kesuksesannya.
Guna mentransformasikan kesuksesan dalam bentuk konkret, Hill memulai dengan memilah kebaikan dengan 12 kekayaan yaitu sikap mental positif, kesehatan fisik yang prima, hubungan yang harmonis, bebas dari rasa takut, harapan akan pencapaian, kapasitas keyakinan, kesediaan untuk berbagi, amal tanpa pamrih, berpikiran terbuka, disiplin diri, kemampuan memahami orang lain, dan keamanan ekonomi. Ke-12 kebaikan ini sebuah kesatuan yang saling temali. Namun, kesemuanya dimulai dengan menciptakan harmonisasi kesuksesan di dalam pikiran.
Kesuksesan yang ingin diwujudkan dalam pikiran dibentuk, diinternalisasi dalam memantapkan tujuan yang pasti. Misalnya, suatu ketika saya berpikir untuk menjadi seorang akademisi yang sukses dan berguna untuk peradaban, maka pemantapan tujuan yang pasti tidak akan berubah ketika melihat kesuksesan seorang akademisi yang menjadi pejabat publik. Konsistensi menjadi akademisi memiliki konsekuensi etis dan akademis yang ketat. Ia harus tanpa pamrih berjuang, berpikir dan bertindak dalam menciptakan tata kehidupan yang lebih baik dan adil. Tetapi, untuk menjadi seorang pejabat publik, kesuksesan dilihat dari kemampuannya melayani publik sesuai tugasnya, bukan atas derajat tinggi-rendah kedudukan. Dalam hal ini, Hill menyebutnya sebagai keutamaan yang pasti.
Selanjutnya, setelah menentukan tujuan yang pasti, katalisator kesuksesan didukung oleh sugesti positif secara mandiri. Secara terus menerus, menciptakan gambaran-gambaran positif secara tidak langsung membimbing alam bawah sadar untuk menyuplai keyakinan atas kemampuan diri dan harapan. Kekuatan alam bawah sadar yang sering dinafikan oleh sebagian orang justru sangatlah besar pengaruhnya. Seperti fenomena gunung es, kesadaran hanyalah permukaan. Alam bawah sadar yang tidak termaksimalkan pada dasarnya merupakan kerugian yang sangat besar. Sedangkan ketidakmampuan mensugesti diri secara positif akan menimbulkan pikiran negatif dan kadang berbentuk perusakan diri.
Dalam implementasi meraih kesuksesan, Hill juga memasukan aspek sosial dalam pembentuk keberhasilan. Baginya, kesuksesan seseorang terlihat ketika yang bersangkutan mampu berbuat lebih. Ia mampu mendisiplinkan diri untuk turus bekerja keras meski oleh orang lain dianggap telah mendapatkannya. Ia mampu mengendalikan ego, menyeimbangkan nalar, dan menundukkan semuahal yang positif dalam kesatuan harmonis.
Berbuat lebih juga berbentuk kepada kebiasaan untuk memberi sesuatu kepada orang lain. Menurut Hill, kebahagiaan adalah ketika kita melakukan, bukan semata memiliki. Karena itu, cinta yang sejati tidak harus memiliki, ia bisa berbentuk keinginan untuk melihat seseorang yang dicintainya sukses tanpa melibatkan kepemilikan diri, seseorang, seseorang yang tidak mesti menjadi pasangannya. Biasanya orang takut untuk menjadi sukses. Di dalam benaknya mewujudkan kesuksesan sangatlah berliku, padahal ketakutan tidak lain hanyalah proses yang muncul dalam pemikiran semata.
Kesimpulan dari buku ini membimbing bagaimana cara mendapatkkan kesuksesan itu diraih ketika memunculkan kesuksesan dalam pikiran yang terkait potensi alam bawah sadar, kemudian mengorganisasikannya menjadi ide dan rencana kerja. Dari itu, ada proses transformasi rencana menjadi tindakan aktif dan konkret
Buku ini oleh sebagian kalangan tepat dikatakan sebagai salah satu buku terbaik yang pernah ada karena menyadarkan diri bahwa kesuksesan itu bermula dari pikiran dan harapan. Tetapi kesuksesan yang sejati pada dasarnya ketika mampu menjadikannya berguna untuk sesama, bukan bersifat pribadi.
Herdis Herdiansyah,
www.dinamikaebooks.com
0 komentar:
Posting Komentar