Selasa, 31 Maret 2009

The Arabian Nightmare

by: Robert Irwin
Sesuatu yang misterius terjadi di sebuah negeri di Timur Tengah. Misteri ini semula tidak dipercaya, namun tidak memakan waktu lama, menjadi buah bibir banyak orang. Ia tidak hanya mengguncang penghuni dusun, tapi juga anggota Kerajaan, dan para turis asal Inggris, Italia, dan Amerika. Seperti apa misteri itu? Bagaimana para tokoh utamanya keluar dari kemelut misteri itu? Anda mesti membaca hingga akhir untuk mengetahui jawabannya.


www.dinamikaebooks.com

The Arabian Nightmare

by: Robert Irwin
Sesuatu yang misterius terjadi di sebuah negeri di Timur Tengah. Misteri ini semula tidak dipercaya, namun tidak memakan waktu lama, menjadi buah bibir banyak orang. Ia tidak hanya mengguncang penghuni dusun, tapi juga anggota Kerajaan, dan para turis asal Inggris, Italia, dan Amerika. Seperti apa misteri itu? Bagaimana para tokoh utamanya keluar dari kemelut misteri itu? Anda mesti membaca hingga akhir untuk mengetahui jawabannya.


www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Mahasati - Kitab Cinta, Kembara dan Air Mata

Adi Toha, Blog Jalaindra.wordpress.com

Lupakan kisah percintaan sepasang manusia yang berjalan dengan indah, manis, dan bahagia. Lupakan kisah percintaan yang biasa-biasa saja, penuh kata-kata manis dan rayuan klise. Bersiaplah untuk sebuah tragedi yang mungkin akan membuatmu berurai air mata. Tapi tunggu dulu, kisah ini bukan kisah tragedi yang melulu berisi air mata. Kisah ini adalah kisah perjalanan seorang lelaki di negeri yang asing dari kampung halamannya. Tapi jangan dulu berharap ini adalah sebuah kisah perjalanan seorang pelancong menyinggahi tempat-tempat yang indah dan eksotik. Ini adalah perjalanan seorang lelaki dalam mengenal dirinya untuk mengenal Tuhannya lewat perjalanan ke negeri-negeri Timur Tengah. Tapi jangan juga terlalu cepat menyimpulkan bahwa novel ini adalah sebentuk novel islami yang melulu berbicara surga dan neraka.
 
Mahasati, novel perdana Qaris Tajudin, jurnalis sebuah koran berita nasional, adalah perpaduan kisah cinta yang tulus dan lekat; perjalanan untuk melupakan dan menemukan; pengembaraan tanpa peta dan rencana; gelora dan semangat pergerakan kaum muda; dan pencarian jati diri lewat pergolakan batin yang kaya. Dituturkan dengan cerdas, puitis, berani dan tanpa mengiba oleh seorang lelaki tahanan dari dalam jeruji Guantanamo.

Adalah Andi, Yoyok, dan Larasati, tiga kawan karib semasa kecil sampai remaja di sebuah desa di Jawa. Benih-benih cinta antara Andi dan Sati tumbuh, mekar, dan hampir berbunga jika saja perpisahan tidak terlanjur datang. Nasib dan perjalanan waktu memisah ketiganya untuk menjalani jalan hidupnya masing-masing. Andi menjadi seorang wartawan, Yoyok menjadi seorang perajin emas, dan Sati menjadi seorang desainer.

Kematian Yoyok karena sebuah kecelakaan membuat Andi dan Sati kembali bertemu setelah sekian lama perpisahan. Di pemakaman, keduanya mencoba mengingat kembali apa yang telah mereka bangun, masihkah ada sisa-sisa yang bisa dipugar kembali menjadi sebuah bangunan cinta yang kokoh dan menjadi tempat bernaung dan berteduh keduanya di tengah kerasnya kehidupan Jakarta. Sati adalah sosok perempuan yang sempurna di mata Andi. Meski ia telah memiliki seorang anak perempuan hasil hubungannya dengan lelaki lain, Andi tetap mencintai dan menyayanginya melebihi siapapun. Bagi Sati, Andi laksana oase tempat melepas lelah, penat dan masalah di tengah gurun tandus jalan hidupnya.

Cinta kembali bersemi. Andi dan Sati telah memugar kembali bangunan cinta mereka dari puing-puing masa lalu. Andi, Sati dan Rania, anak perempuan Sati yang masih kecil, laksana sebuah keluarga kecil yang bahagia. Namun, lautan tempat mereka mengayuh bahtera cinta rupanya tidak membiarkan mereka berlayar dengan bahagia berlama-lama. Badai datang dengan tiba-tiba. Sati kehilangan hak perwaliannya atas Rania. Sati goyah sampai akhirnya ia dirawat di rumah sakit karena kondisi kesehatannya yang sangat kritis. Tak lama kemudian, Sati meninggalkan Andi untuk selama-lamanya.

Kehilangan Sati adalah pukulan mematikan bagi Andi. Ia merasakan kesedihan dan keputus-asaan yang sangat. Berharap untuk melupakan bayang-bayang Sati, Andi melakukan perjalanan ke Kairouan, Tunisia. Alih-alih mengunjungi rumah keluarga Charief Saeed, kenalan Hafiz teman sekampungnya, ia malah bertemu dengan Abdalla ben M'rad, pemilik toko buku, sampai akhirnya ia tinggal di toko buku dan membantu Abdalla untuk menjaga dan menjualkan buku-bukunya. Di toko buku inilah Andi mulai berkenalan dengan Kemal, adik Abdalla, dan Ahmed, anak lelaki Abdalla; keduanya adalah tokoh pergerakan islam di Tunisia. Ia mulai mengikuti ceramah dan ulama terkemuka di Kairouan bersama Ahmed, Kemal, dan Abdalla. Ahmed dan Kemal yang berjiwa muda lebih memilih untuk mengikuti ceramah dan diskusi seorang ulama progresif yang menentang pemerintahan. Andi diajak serta, sampai akhirnya ia tanpa sadar telah menjadi bagian dari mereka.

Andi tidak memiliki rencana berarti yang harus ia ikuti. Ia hanya berharap bisa melupakan Sati. Namun Sati tak kunjung lenyap dari pikirannya. Pun ketika ia bertemu dengan Miriam, seorang gadis Yahudi, mahasiswi sastra Universitas Kairouan yang mencintainya, Andi tidak bisa menerimanya karena ia masih belum bisa melupakan Sati.

Penangkapan para anggota pergerakan oleh pemerintah Tunisia membuat Andi tidak boleh berlama-lama tinggal di Kairouan. Sekali lagi, ia harus melakukan perjalanan, bukan untuk berwisata, namun untuk menyelamatkan diri. Lewat bantuan Miriam, ia dan Ahmed menyelundup ke Sisilia. Sampai akhirnya mereka berdua masuk ke dalam jaringan mafia kelas atas di Sisilia. Mereka bertemu dengan Tumino, salah seorang tokoh mafia yang menganggap dirinya sebagai Obi-wan Kenobi bagi Andi, setelah seorang peramal tua mengatakan bahwa garis hidup Andi sama dengan garis hidup Manlio, seorang mafia legendaris di Sisilia.

Namun, perjalanan hidup Andi belum akan berhenti. Hidup tidak selalu memberi kemudahan bagi lelaki itu. Keadaan yang terjadi di jaringan mafia memaksanya harus segera meninggalkan Italia. Afghanistan menjadi negeri tujuan selanjutnya. Negeri yang tengah dilanda huru-hara perang saudara antara pasukan Taliban dan Mujahidin dirasa lebih aman daripada tempat-tempat yang lain. Di Afghanistan ia menolak untuk bertempur, namun bersedia untuk membantu tenaga medis. Pertemuannya dengan Fairuz, membuatnya menetapkan pilihan untuk menjadi pengawal bersenjata suku-suku nomaden di pegunungan Hindu Kush. Di medan pegunungan yang berbahaya itulah ia bertemu dengan Nafas, sosok perempuan yang hampir seperti sosok Sati.

Dengan sudut pandang bercerita yang bergantian antara Andi dan seorang perwira perempuan Amerika yang bertugas untuk menginterogasi Andi di penjara Guantanamo, Mahasati menjadi semacam memoar atau catatan perjalanan seorang lelaki dalam menjalani kitab hidupnya. Sebagaimana ramalan yang telah dikatakan oleh perempuan tua yang ditemui oleh Andi di Italia, kitab hidup Andi adalah kitab air mata, perjalanannya adalah kapal cinta tanpa pelabuhan, takdirnya adalah terpenjara di antara air dan api, seumur hidupnya hanya mengejar asap, mengejar kekasih hati yang tak memiliki tanah air, negeri atau alamat. Seiring berjalannya interogasi, sang perwira perempuan Amerika mendapati bahwa kisah hidup dan cintanya amatlah kosong dan hampa dibandingkan kisah hidup tahanan yang diinterogasinya. Ia semakin berkeinginan untuk menguak lebih banyak hal dari tahanannya, bukan untuk atasannya, atau pemerintah Amerika, melainkan untuk mengisi kekosongan hidupnya sendiri.

Nuansa Timur Tengah yang hadir dalam novel ini bukan sekedar tempelan, melainkan menjadi bagian yang penting dalam membangun keutuhan cerita. Pengetahuan yang mencukupi yang dimiliki pengarang tidak lantas menjadikannya bertele-tele dan berpanjang lebar dalam menyampaikan detil latar setiap peristiwa. Di satu sisi, pengarang terlihat tidak cukup berani untuk melakukan keberpihakan terhadap suatu masalah, dalam hal ini perbedaan cara pandang antara Barat dan Timur dalam menyikapi terorisme. Cara pandang yang dilakukan oleh Perwira perempuan Amerika masih sebatas cara pandang formal, yakni bagaimana mengungkap akar kebencian dan radikalisme islam terhadap Amerika.

Mahasati, adalah sebuah tuturan pengalaman yang cerdas dan kaya. Tidak melulu berisi cerita cinta, namun juga kembara batin dan raga dalam mencari jawaban sebuah pertanyaan tentang arti kehilangan dan penemuan diri dalam perjalanan tanpa peta dan rencana.

Sati, adalah ritual bunuh diri di India yang dilakukan oleh seorang istri dengan cara masuk ke dalam api perabuan suaminya. Dengan melakukan Sati, sang istri telah menjadi seorang istri sejati yang menemani suaminya sampai ke alam baka. Mahasati, bisa jadi adalah sosok Sati yang agung, yang sempurna, segala-galanya di mata Andi, yang kehilangannya menjadi alasan baginya untuk mengembara ke negeri jauh. Namun, Mahasati, bisa jadi adalah sebuah ritual panjang yang dilakukan oleh Andi untuk menyertai kematian Sati, yang akan menjadikannya seorang pecinta sejati.


www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Mahasati - Kitab Cinta, Kembara dan Air Mata

Adi Toha, Blog Jalaindra.wordpress.com

Lupakan kisah percintaan sepasang manusia yang berjalan dengan indah, manis, dan bahagia. Lupakan kisah percintaan yang biasa-biasa saja, penuh kata-kata manis dan rayuan klise. Bersiaplah untuk sebuah tragedi yang mungkin akan membuatmu berurai air mata. Tapi tunggu dulu, kisah ini bukan kisah tragedi yang melulu berisi air mata. Kisah ini adalah kisah perjalanan seorang lelaki di negeri yang asing dari kampung halamannya. Tapi jangan dulu berharap ini adalah sebuah kisah perjalanan seorang pelancong menyinggahi tempat-tempat yang indah dan eksotik. Ini adalah perjalanan seorang lelaki dalam mengenal dirinya untuk mengenal Tuhannya lewat perjalanan ke negeri-negeri Timur Tengah. Tapi jangan juga terlalu cepat menyimpulkan bahwa novel ini adalah sebentuk novel islami yang melulu berbicara surga dan neraka.
 
Mahasati, novel perdana Qaris Tajudin, jurnalis sebuah koran berita nasional, adalah perpaduan kisah cinta yang tulus dan lekat; perjalanan untuk melupakan dan menemukan; pengembaraan tanpa peta dan rencana; gelora dan semangat pergerakan kaum muda; dan pencarian jati diri lewat pergolakan batin yang kaya. Dituturkan dengan cerdas, puitis, berani dan tanpa mengiba oleh seorang lelaki tahanan dari dalam jeruji Guantanamo.

Adalah Andi, Yoyok, dan Larasati, tiga kawan karib semasa kecil sampai remaja di sebuah desa di Jawa. Benih-benih cinta antara Andi dan Sati tumbuh, mekar, dan hampir berbunga jika saja perpisahan tidak terlanjur datang. Nasib dan perjalanan waktu memisah ketiganya untuk menjalani jalan hidupnya masing-masing. Andi menjadi seorang wartawan, Yoyok menjadi seorang perajin emas, dan Sati menjadi seorang desainer.

Kematian Yoyok karena sebuah kecelakaan membuat Andi dan Sati kembali bertemu setelah sekian lama perpisahan. Di pemakaman, keduanya mencoba mengingat kembali apa yang telah mereka bangun, masihkah ada sisa-sisa yang bisa dipugar kembali menjadi sebuah bangunan cinta yang kokoh dan menjadi tempat bernaung dan berteduh keduanya di tengah kerasnya kehidupan Jakarta. Sati adalah sosok perempuan yang sempurna di mata Andi. Meski ia telah memiliki seorang anak perempuan hasil hubungannya dengan lelaki lain, Andi tetap mencintai dan menyayanginya melebihi siapapun. Bagi Sati, Andi laksana oase tempat melepas lelah, penat dan masalah di tengah gurun tandus jalan hidupnya.

Cinta kembali bersemi. Andi dan Sati telah memugar kembali bangunan cinta mereka dari puing-puing masa lalu. Andi, Sati dan Rania, anak perempuan Sati yang masih kecil, laksana sebuah keluarga kecil yang bahagia. Namun, lautan tempat mereka mengayuh bahtera cinta rupanya tidak membiarkan mereka berlayar dengan bahagia berlama-lama. Badai datang dengan tiba-tiba. Sati kehilangan hak perwaliannya atas Rania. Sati goyah sampai akhirnya ia dirawat di rumah sakit karena kondisi kesehatannya yang sangat kritis. Tak lama kemudian, Sati meninggalkan Andi untuk selama-lamanya.

Kehilangan Sati adalah pukulan mematikan bagi Andi. Ia merasakan kesedihan dan keputus-asaan yang sangat. Berharap untuk melupakan bayang-bayang Sati, Andi melakukan perjalanan ke Kairouan, Tunisia. Alih-alih mengunjungi rumah keluarga Charief Saeed, kenalan Hafiz teman sekampungnya, ia malah bertemu dengan Abdalla ben M'rad, pemilik toko buku, sampai akhirnya ia tinggal di toko buku dan membantu Abdalla untuk menjaga dan menjualkan buku-bukunya. Di toko buku inilah Andi mulai berkenalan dengan Kemal, adik Abdalla, dan Ahmed, anak lelaki Abdalla; keduanya adalah tokoh pergerakan islam di Tunisia. Ia mulai mengikuti ceramah dan ulama terkemuka di Kairouan bersama Ahmed, Kemal, dan Abdalla. Ahmed dan Kemal yang berjiwa muda lebih memilih untuk mengikuti ceramah dan diskusi seorang ulama progresif yang menentang pemerintahan. Andi diajak serta, sampai akhirnya ia tanpa sadar telah menjadi bagian dari mereka.

Andi tidak memiliki rencana berarti yang harus ia ikuti. Ia hanya berharap bisa melupakan Sati. Namun Sati tak kunjung lenyap dari pikirannya. Pun ketika ia bertemu dengan Miriam, seorang gadis Yahudi, mahasiswi sastra Universitas Kairouan yang mencintainya, Andi tidak bisa menerimanya karena ia masih belum bisa melupakan Sati.

Penangkapan para anggota pergerakan oleh pemerintah Tunisia membuat Andi tidak boleh berlama-lama tinggal di Kairouan. Sekali lagi, ia harus melakukan perjalanan, bukan untuk berwisata, namun untuk menyelamatkan diri. Lewat bantuan Miriam, ia dan Ahmed menyelundup ke Sisilia. Sampai akhirnya mereka berdua masuk ke dalam jaringan mafia kelas atas di Sisilia. Mereka bertemu dengan Tumino, salah seorang tokoh mafia yang menganggap dirinya sebagai Obi-wan Kenobi bagi Andi, setelah seorang peramal tua mengatakan bahwa garis hidup Andi sama dengan garis hidup Manlio, seorang mafia legendaris di Sisilia.

Namun, perjalanan hidup Andi belum akan berhenti. Hidup tidak selalu memberi kemudahan bagi lelaki itu. Keadaan yang terjadi di jaringan mafia memaksanya harus segera meninggalkan Italia. Afghanistan menjadi negeri tujuan selanjutnya. Negeri yang tengah dilanda huru-hara perang saudara antara pasukan Taliban dan Mujahidin dirasa lebih aman daripada tempat-tempat yang lain. Di Afghanistan ia menolak untuk bertempur, namun bersedia untuk membantu tenaga medis. Pertemuannya dengan Fairuz, membuatnya menetapkan pilihan untuk menjadi pengawal bersenjata suku-suku nomaden di pegunungan Hindu Kush. Di medan pegunungan yang berbahaya itulah ia bertemu dengan Nafas, sosok perempuan yang hampir seperti sosok Sati.

Dengan sudut pandang bercerita yang bergantian antara Andi dan seorang perwira perempuan Amerika yang bertugas untuk menginterogasi Andi di penjara Guantanamo, Mahasati menjadi semacam memoar atau catatan perjalanan seorang lelaki dalam menjalani kitab hidupnya. Sebagaimana ramalan yang telah dikatakan oleh perempuan tua yang ditemui oleh Andi di Italia, kitab hidup Andi adalah kitab air mata, perjalanannya adalah kapal cinta tanpa pelabuhan, takdirnya adalah terpenjara di antara air dan api, seumur hidupnya hanya mengejar asap, mengejar kekasih hati yang tak memiliki tanah air, negeri atau alamat. Seiring berjalannya interogasi, sang perwira perempuan Amerika mendapati bahwa kisah hidup dan cintanya amatlah kosong dan hampa dibandingkan kisah hidup tahanan yang diinterogasinya. Ia semakin berkeinginan untuk menguak lebih banyak hal dari tahanannya, bukan untuk atasannya, atau pemerintah Amerika, melainkan untuk mengisi kekosongan hidupnya sendiri.

Nuansa Timur Tengah yang hadir dalam novel ini bukan sekedar tempelan, melainkan menjadi bagian yang penting dalam membangun keutuhan cerita. Pengetahuan yang mencukupi yang dimiliki pengarang tidak lantas menjadikannya bertele-tele dan berpanjang lebar dalam menyampaikan detil latar setiap peristiwa. Di satu sisi, pengarang terlihat tidak cukup berani untuk melakukan keberpihakan terhadap suatu masalah, dalam hal ini perbedaan cara pandang antara Barat dan Timur dalam menyikapi terorisme. Cara pandang yang dilakukan oleh Perwira perempuan Amerika masih sebatas cara pandang formal, yakni bagaimana mengungkap akar kebencian dan radikalisme islam terhadap Amerika.

Mahasati, adalah sebuah tuturan pengalaman yang cerdas dan kaya. Tidak melulu berisi cerita cinta, namun juga kembara batin dan raga dalam mencari jawaban sebuah pertanyaan tentang arti kehilangan dan penemuan diri dalam perjalanan tanpa peta dan rencana.

Sati, adalah ritual bunuh diri di India yang dilakukan oleh seorang istri dengan cara masuk ke dalam api perabuan suaminya. Dengan melakukan Sati, sang istri telah menjadi seorang istri sejati yang menemani suaminya sampai ke alam baka. Mahasati, bisa jadi adalah sosok Sati yang agung, yang sempurna, segala-galanya di mata Andi, yang kehilangannya menjadi alasan baginya untuk mengembara ke negeri jauh. Namun, Mahasati, bisa jadi adalah sebuah ritual panjang yang dilakukan oleh Andi untuk menyertai kematian Sati, yang akan menjadikannya seorang pecinta sejati.


www.dinamikaebooks.com

Mahasati

by: Qaris Tajudin
Kenangan dan ketulusan cinta sangat sulit untuk dilupakan. Andi membawanya hingga ke Guantanamo, dimana ia ditahan dan diinterograsi bersama ratusan tawanan perang Afghanistan.

Andi, Larasati dan Yoyok telah membangun persahabatan yang sangat akrab sejak kecil. Kedekatan ini yang akhirnya membawa perasaan cinta diantara 2 sahabat, Andi dan Larasati. Namun karena sebuah keadaan, mereka diharuskan untuk berpisah.

Pertemuan mereka kembali terjadi ketika sahabat mereka, Yoyok, meninggal dunia. Dari sini bibit-bibit cinta yang pernah tertanam, kembali bersemi. bagi Andi, Larasati adalah segalanya. Pun demikian dengan Larasati. Mereka kembali menikmati keindahan cinta mereka ditengah kesulitah hidup Larasati. Kisah cinta mereka seolah jauh dari kebahagiaan, ketika Larasati meninggalkan Andi untuk selamanya.

Kesedihan dan keputusasaan Andi, membawanya ke negara-negara yang belum ia pernah kunjungi sebelumnya, sampai akhirnya ia tertangkap oleh tentara Amerika di Afghanistan, karena dianggap sebagai pasukan mujahidin. Tidak ada satu tentara Amerika pu yang mampu membuatnya bicara, hingga seorang perempuan perwira Amerika mampu membuatnya menguak sisi kelam dari kisah cintanya.


www.dinamikaebooks.com

Mahasati

by: Qaris Tajudin
Kenangan dan ketulusan cinta sangat sulit untuk dilupakan. Andi membawanya hingga ke Guantanamo, dimana ia ditahan dan diinterograsi bersama ratusan tawanan perang Afghanistan.

Andi, Larasati dan Yoyok telah membangun persahabatan yang sangat akrab sejak kecil. Kedekatan ini yang akhirnya membawa perasaan cinta diantara 2 sahabat, Andi dan Larasati. Namun karena sebuah keadaan, mereka diharuskan untuk berpisah.

Pertemuan mereka kembali terjadi ketika sahabat mereka, Yoyok, meninggal dunia. Dari sini bibit-bibit cinta yang pernah tertanam, kembali bersemi. bagi Andi, Larasati adalah segalanya. Pun demikian dengan Larasati. Mereka kembali menikmati keindahan cinta mereka ditengah kesulitah hidup Larasati. Kisah cinta mereka seolah jauh dari kebahagiaan, ketika Larasati meninggalkan Andi untuk selamanya.

Kesedihan dan keputusasaan Andi, membawanya ke negara-negara yang belum ia pernah kunjungi sebelumnya, sampai akhirnya ia tertangkap oleh tentara Amerika di Afghanistan, karena dianggap sebagai pasukan mujahidin. Tidak ada satu tentara Amerika pu yang mampu membuatnya bicara, hingga seorang perempuan perwira Amerika mampu membuatnya menguak sisi kelam dari kisah cintanya.


www.dinamikaebooks.com

Senin, 30 Maret 2009

[resensi buku] Kasih Sepanjang Jalan, Mukjizat Sejauh Doa

Jawa Pos, 22 Maret 2009

TAHUN lalu Tiongkok sukses besar menjadi tuan rumah olimpiade. Mata dunia terbelalak ketika pesta skala dunia itu tergarap apik nan gemilang. Namun, negara mahabesar itu masih menyimpan warga yang hidup dalam penderitaan dan kelaparan. Masih ada sebuah desa, Zhangjiashu namanya, yang di abad 21 ini membawa kisah perjuangan sebuah keluarga yang layak nian untuk dihayati.

Ma Yan, gadis beranjak remaja di Desa Zhangjiashu, suatu ketika dimarahi habis-habisan oleh ibunya karena gagal dalam ujian bahasa Tiongkok, mata pelajaran terutama di sekolahnya. \"Setelah semua kerja keras yang kita lakukan, hanya inikah hasilmu?\" tanya ibunya dengan sengit.

Ibunya kemudian memarahi dia dengan kata-kata yang bagi Ma Yan cukup pedas di telinga. \"Kalimat-kalimat kemarahan ibu, alangkah tajamnya, barangkali lebih tajam dari pisau pengerat daging terkeras sekalipun,\" cerita Ma Yan.

Dalam kekesalannya, sang ibu sempat berujar kalau Ma Yan sebenarnya tak layak mendapat roti buatan ibunya. Nilai ujian Ma Yan tak sebanding dengan pengorbanan ibunya. Namun, tak terduga, ibunya malah bersikap lain tak lama setelah amarah besar itu. Diam-diam, lewat bibi Ma Yan, ibunya mengirimkan beberapa buah donat yang nikmat, dan baju hangat untuk melindungi Ma Yan dari hawa dingin.

Ketika melihat donat dan baju hangat itu, Ma Yan tak kuasa menahan diri dari tangis. Betapa besar kasih seorang ibu. Anak yang benar-benar dimarahi, benar-benar disayangi pula!

Kisah-kisah yang menyentuh seperti di atas menghiasi banyak halaman novel ini. Hanya saja, hampir selalu dilampiri dengan khotbah tentang hakikat hidup dan perjuangan meraih mimpi oleh penulisnya. Itulah yang sedikit mengganggu, sehingga iming-iming di sampul belakang buku yang menyatakan bahwa \"novel ini akan membuat Anda berurai air mata\", terkesan sedikit berlebihan. Kita tampaknya -- tentunya tanpa sengaja dilakukan oleh penulis -- diberi ruang terbatas untuk tenggelam dalam imaji yang penuh, karena muatan yang hampir sama besar dengan jalinan kisah di sepanjang buku ini adalah khotbah dan renungan dari para pencerita.

Para pencerita di novel ini ada tiga. Pertama, Ma Yan. Ia tekun menulis catatan perjuangannya meraih pendidikan. Kedua, ibunya. Ketiga, penulis sendiri, yang dalam hal ini lewat pemetaan renungan dan pemikiran Pierre Haski, jurnalis Prancis yang suatu ketika mampir ke Zhangjiashu. Nah, bila novel ini memang merupakan suatu kisah nyata, pilihan penulis untuk memasukkan tiga pencerita agak berlebihan. Sebab, kisah ini awalnya adalah catatan-catatan Ma Yan. Setelah mengalami konflik yang cukup berat untuk bertahan sekolah, ibunya bertemu dengan Pierre Haski. Ia serahkan catatan-catatan itu, lalu jadilah kisah ini.

Bila catatan-catatan itu kemudian dirajut menjadi sebuah tulisan dari sudut pandang Pierre Haski dan Ma Yan saja, tentu akan lebih pas. Ibu Ma Yan tak memiliki catatan apa pun, bahkan tidak bisa baca-tulis, bagaimana mungkin penulis bisa menggambarkan isi benaknya sedemikian banyak di dalam novel?

Juga, yang menjadi tanya besar: bagaimana kisah ini sampai di tangan Sanie B. Kuncoro? Apakah Sanie bertemu dengan Pierre Haski di Prancis, lalu mereka kemudian ke Tiongkok mewawancarai lagi Ma Yan dan keluarganya? Kita tidak tahu. Sangat disayangkan, proses kreatif ini tidak disampaikan dalam bab awal, prolog, atau catatan akhir, atau apalah. Hingga bagian akhir, yang ada hanyalah adegan manis kala Pierre Haski mengikuti seorang ibu dan anak yang berjalan bergandengan tangan. Gandengan tangan yang mengingatkannya pada tangan ibu Ma Yan, yang terkisah di dalam novel sebagai tangan berwarna tembaga, akibat lelah dan panas ditempa kerja keras dan sinar mentari.

Terlepas dari kekurangan-kekurangan itu, novel ini tergarap dengan bahasa yang sangat rapi. Detail-detail tentang kondisi alam, pergantian musim, dan mata pencaharian para penduduk Zhangjiashu dikisahkan dengan menarik dan wajar.

Selain itu, cerita perjuangan ibu dan ayah Ma Yan di novel ini menyentuh hati. Rasanya banyak orang telah tahu kegigihan orang-orang Tiongkok. Mereka terkenal tegar, selain gigih, dalam menghadapi berbagai kemelut hidup. Bila Anda pernah menyaksikan film indah besutan Zhang Yimou berjudul Not One Less yang mengisahkan kegigihan dan ketegaran seorang guru muda dalam mendidik anak-anaknya yang nakal di suatu pedalaman Tiongkok, maka Ma Yan mengisahkan kegigihan dan ketegaran seorang gadis beranjak remaja dalam menempuh pendidikan.

Dan, kekuatan niat menempuh pendidikan itu juga dirangkai dengan kisah kekuatan doa. Suatu malam Ma Yan menjalankan salat tahajud ketika menyerahkan ibunya kepada Tuhan, agar senantiasa dilindungi. Ibunya harus menempuh perjalanan 400 kilometer menuju perbatasan Ning Xia dan Mongolia Dalam, diangkut dengan traktor, mencari uang untuk anaknya itu. Kasih ibu sepanjang jalan, membuat Ma Yan menghaturkan doanya dengan sujud syukur nan penuh harapan.

Dan, ketika kasih ibu sepanjang jalan dinyatakan, mukjizat demi mukjizat pun terjadi dalam keidupan Ma Yan dan keluarganya lewat doa-doa yang dihaturkan kepada Sang Pemilik Hidup. (*)

*) Sidik Nugroho, Guru Sekolah Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo


www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Kasih Sepanjang Jalan, Mukjizat Sejauh Doa

Jawa Pos, 22 Maret 2009

TAHUN lalu Tiongkok sukses besar menjadi tuan rumah olimpiade. Mata dunia terbelalak ketika pesta skala dunia itu tergarap apik nan gemilang. Namun, negara mahabesar itu masih menyimpan warga yang hidup dalam penderitaan dan kelaparan. Masih ada sebuah desa, Zhangjiashu namanya, yang di abad 21 ini membawa kisah perjuangan sebuah keluarga yang layak nian untuk dihayati.

Ma Yan, gadis beranjak remaja di Desa Zhangjiashu, suatu ketika dimarahi habis-habisan oleh ibunya karena gagal dalam ujian bahasa Tiongkok, mata pelajaran terutama di sekolahnya. \"Setelah semua kerja keras yang kita lakukan, hanya inikah hasilmu?\" tanya ibunya dengan sengit.

Ibunya kemudian memarahi dia dengan kata-kata yang bagi Ma Yan cukup pedas di telinga. \"Kalimat-kalimat kemarahan ibu, alangkah tajamnya, barangkali lebih tajam dari pisau pengerat daging terkeras sekalipun,\" cerita Ma Yan.

Dalam kekesalannya, sang ibu sempat berujar kalau Ma Yan sebenarnya tak layak mendapat roti buatan ibunya. Nilai ujian Ma Yan tak sebanding dengan pengorbanan ibunya. Namun, tak terduga, ibunya malah bersikap lain tak lama setelah amarah besar itu. Diam-diam, lewat bibi Ma Yan, ibunya mengirimkan beberapa buah donat yang nikmat, dan baju hangat untuk melindungi Ma Yan dari hawa dingin.

Ketika melihat donat dan baju hangat itu, Ma Yan tak kuasa menahan diri dari tangis. Betapa besar kasih seorang ibu. Anak yang benar-benar dimarahi, benar-benar disayangi pula!

Kisah-kisah yang menyentuh seperti di atas menghiasi banyak halaman novel ini. Hanya saja, hampir selalu dilampiri dengan khotbah tentang hakikat hidup dan perjuangan meraih mimpi oleh penulisnya. Itulah yang sedikit mengganggu, sehingga iming-iming di sampul belakang buku yang menyatakan bahwa \"novel ini akan membuat Anda berurai air mata\", terkesan sedikit berlebihan. Kita tampaknya -- tentunya tanpa sengaja dilakukan oleh penulis -- diberi ruang terbatas untuk tenggelam dalam imaji yang penuh, karena muatan yang hampir sama besar dengan jalinan kisah di sepanjang buku ini adalah khotbah dan renungan dari para pencerita.

Para pencerita di novel ini ada tiga. Pertama, Ma Yan. Ia tekun menulis catatan perjuangannya meraih pendidikan. Kedua, ibunya. Ketiga, penulis sendiri, yang dalam hal ini lewat pemetaan renungan dan pemikiran Pierre Haski, jurnalis Prancis yang suatu ketika mampir ke Zhangjiashu. Nah, bila novel ini memang merupakan suatu kisah nyata, pilihan penulis untuk memasukkan tiga pencerita agak berlebihan. Sebab, kisah ini awalnya adalah catatan-catatan Ma Yan. Setelah mengalami konflik yang cukup berat untuk bertahan sekolah, ibunya bertemu dengan Pierre Haski. Ia serahkan catatan-catatan itu, lalu jadilah kisah ini.

Bila catatan-catatan itu kemudian dirajut menjadi sebuah tulisan dari sudut pandang Pierre Haski dan Ma Yan saja, tentu akan lebih pas. Ibu Ma Yan tak memiliki catatan apa pun, bahkan tidak bisa baca-tulis, bagaimana mungkin penulis bisa menggambarkan isi benaknya sedemikian banyak di dalam novel?

Juga, yang menjadi tanya besar: bagaimana kisah ini sampai di tangan Sanie B. Kuncoro? Apakah Sanie bertemu dengan Pierre Haski di Prancis, lalu mereka kemudian ke Tiongkok mewawancarai lagi Ma Yan dan keluarganya? Kita tidak tahu. Sangat disayangkan, proses kreatif ini tidak disampaikan dalam bab awal, prolog, atau catatan akhir, atau apalah. Hingga bagian akhir, yang ada hanyalah adegan manis kala Pierre Haski mengikuti seorang ibu dan anak yang berjalan bergandengan tangan. Gandengan tangan yang mengingatkannya pada tangan ibu Ma Yan, yang terkisah di dalam novel sebagai tangan berwarna tembaga, akibat lelah dan panas ditempa kerja keras dan sinar mentari.

Terlepas dari kekurangan-kekurangan itu, novel ini tergarap dengan bahasa yang sangat rapi. Detail-detail tentang kondisi alam, pergantian musim, dan mata pencaharian para penduduk Zhangjiashu dikisahkan dengan menarik dan wajar.

Selain itu, cerita perjuangan ibu dan ayah Ma Yan di novel ini menyentuh hati. Rasanya banyak orang telah tahu kegigihan orang-orang Tiongkok. Mereka terkenal tegar, selain gigih, dalam menghadapi berbagai kemelut hidup. Bila Anda pernah menyaksikan film indah besutan Zhang Yimou berjudul Not One Less yang mengisahkan kegigihan dan ketegaran seorang guru muda dalam mendidik anak-anaknya yang nakal di suatu pedalaman Tiongkok, maka Ma Yan mengisahkan kegigihan dan ketegaran seorang gadis beranjak remaja dalam menempuh pendidikan.

Dan, kekuatan niat menempuh pendidikan itu juga dirangkai dengan kisah kekuatan doa. Suatu malam Ma Yan menjalankan salat tahajud ketika menyerahkan ibunya kepada Tuhan, agar senantiasa dilindungi. Ibunya harus menempuh perjalanan 400 kilometer menuju perbatasan Ning Xia dan Mongolia Dalam, diangkut dengan traktor, mencari uang untuk anaknya itu. Kasih ibu sepanjang jalan, membuat Ma Yan menghaturkan doanya dengan sujud syukur nan penuh harapan.

Dan, ketika kasih ibu sepanjang jalan dinyatakan, mukjizat demi mukjizat pun terjadi dalam keidupan Ma Yan dan keluarganya lewat doa-doa yang dihaturkan kepada Sang Pemilik Hidup. (*)

*) Sidik Nugroho, Guru Sekolah Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo


www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Kitab Presiden Penggeli Hati

Jawa Pos, Minggu, 22 Maret 2009

PADA suatu pagi yang hening, di tengah suasana tafakur doa, para murid tersentak dikegetkan suara guru meditasi mereka bergegar-gegaran meledak dalam tawa. Saat sore tiba, pada upacara pemakaman seorang petinggi kerajaan, para murid dibikin sontak pula oleh derai tawa lepas guru mereka. Malam hari, saat seluruh penghuni perguruan Zen harus silentio stampa (puasa omong), sekali lagi sang guru terpingkal-pingkal ketawa. Para murid masygul mendapati ketidaklaziman itu. Guru pun berkata, \"Manakala surga menyentuh hatiku masakan aku diam saja. Hatiku melonjak girang bagaikan saut riuh kicau burung di waktu fajar.\"

Sang guru Zen telanjur dipandang sebagai manusia bijaksana. Sepanjang hidup, ia mencari, mendalami, dan merenungkan kebijaksanaan. Ia merasa belum sampai pada kebajikan hidup. Kesadaran itu ia alami saat tertawa. Kebijaksanaan justru terjadi saat sang guru tertawa karena menemukan persepsi kontradiktif atas realitas hidupnya.

\"Abundant living: think deeply, speak gently, laugh often, work hard, give freely, pay promptly, pray earnestly, be kind.\" Aforisma John Kanary, spiritualis Kanada ini, pas banget buat meringkas sepak terjang Butet Kartaredjasa. Pengasong jasa akting itu hidup berkelimpahan berkat kegemarannya berpikir mendalam, bicara gagah, selalu bikin siapa pun tertawa lepas, suka bekerja keras, ikhlas memberi, tidak menunda pembayaran, doa bersungguh-sungguh, dan ramah.

Butet Kartaredjasa punya banyak predikat: raja monolog, tukang tonil (pemain sandiwara), pemangsa makanan enak, panglima Front Pemuja Guyonan, dan kolomnis. Buku Presiden Guyonan bukti Butet piawai bertutur dalam bentuk esai. Buku ini merupakan antologi \"Kolom CELATHU\" di harian Suara Merdeka Semarang.

Celathu merupakan sketsa sosial ganjil dibingkai spirit kejenakaan. Mas Celathu, tokoh alter-ego Butet, manusia waton njeplak yang penuh sense of irony. Gerundelan perihal kepahitan hidup senantiasa dibungkus gurau. Celathu, dalam percakapan lumrah orang Jogja dan Jawa Tengah, artinya berujar, menyambar omongan, dan nyeletuk. Butet menyambar fenomena-fenomena aktual. Pun peristiwa yang sedang menghajar dirinya.

Lomba makan kerupuk dan panjat pinang, bagi Butet, tak lain sindiran rakyat terhadap makna hari kemerdekaan. Para pemimpin yang dipercaya sebagai bangsa konsisten menyelenggarakan kemiskinan. Demi sepotong kerupuk rakyat harus berjuang keras dan berebut mengunyah. Makna 64 tahun kemerdekaan masih seperti panjat pinang. Mereka yang di bawah diminta menjadi tumbal kemakmuran segelintir manusia yang bertengger nun di atas singgasana kekuasaan.

\"Dunia ini memang aneh,\" gerutu Butet. Sementara banyak orang bernafsu menjadi raja semu, eh, malah ada raja beneran mendiskon derajat dengan mencalonkan diri sebagai presiden. Pemangku budaya adiluhung itu dinilai Butet silau dengan jabatan politik yang umurnya cuma lima tahun. Kursinya pun penuh ketonggeng, kalajengking, bangsat, lipan, kelabang, dan tikus. Ketimbang jadi presiden beneran tapi mendukung eksperimen guyunan semacam proyek Blue Energi dan Padi Super Toy HL2, Butet memiilih jadi presiden guyonan.

Multimedia di zaman digital cenderung meringkas, memoles, dan memanipulasi informasi dalam bentuk iklan politik. Busuk dibikin segar. Kasar dicitrakan lembut. Jahat dikemas alim. Koruptor dipoles suci. Pembunuh disugestikan dermawan. Kriminal dibesut jadi agamis. Iklan politik bagian dari mata rantai industri dan perdagangan. Hakikatnya jual beli. Modal ditanam agar laba lekas dipanen. Investasi yang tak murah itu jelas bukan pengabdian. Butet menganjurkan khalayak mewaspadai reklame calon anggota legislatif, bupati, wali kota, gubernur, dan presiden. Kepemimpinan tokoh yang mendadak kondang berkat iklan politik punya kecenderungan absurd. Dua tahun pertama ia bakal sibuk sebrak saut mengembalikan modal investasi. Dua tahun berikutnya aji mumpung buat memetik laba. Tahun terakhir sang memimpin sibuk cari modal buat beriklan pada pemilu berikutnya.

Butet mengusulkan merger Departemen Perhubungan dengan Departemen Agama. Departemen Perhubungan sukses meningkatkan keimanan dan ketakwaan manusia Indonesia. Para penumpang pesawat terbang, kereta api, bus, dan kapal laut menjadi religius dadakan. Mereka yang biasanya mengabaikan Tuhan langsung berdoa mohon keselamatan selama perjalanan. Soalnya, pesawat acap nyungsep, kapal karam, bus masuk jurang, dan kereta terguling. Kantor BKKBN sebaiknya ditutup. Peran mengendalikan jumlah penduduk telah diambil alih Departemen Perhubungan. Departemen Agama kelak tugasnya hanya membangun tempat ibadah di bandara, stasiun, pelabuhan, dan terminal. Kelak urusan agama tidak lagi diatur negara. Agama dikembalikan ke wilayah privat seperti halnya mandi, gosok gisi, makan, dan tidur.

Derai tawa Butet berlumuran satir sarkasme yang menggebuk ulu hati. Kemampuan Butet melucuti pelbagai paradoks lalu mengubahnya menjadi ironi bergelimang sikap mencemooh dan menertawakan, meminjam kerangka berpikir antropolog James Scott, boleh disebut sebagai weapon of the weak (senjata kebajikan kaum keserakat).

Butet memang membiasakan diri hidup rileks dan tidak gampang disulut amarah. Serumit apa pun persoalan tidak dibawanya dalam kepanikan. Masalah yang gawat tidak membuatnya kapok ketawa. Selalu ditemukan akal buat mengubah yang pahit menjadi segar. Bercanda membuat syarafnya kendor dan pembuluh jadi longgar. Butet telah menemukan sari pati kehidupan: perasaan syukur. Ia menerima dengan ikhlas diabetes mellitus akut yang bergentayangan di sekujur tubuhnya.

Esai-esai Presiden Guyonan mengalir tak ubahnya kolom Mangan Ora Mangan Kumpul milik almarhum Umar Kayam. Butet memang mewarisi ketangkasan menulis dari mentornya itu. Spontanitas Butet dalam mengironikan tragedi setali tiga uang almarhum Basiyo, komedian masyur Jogja era 70-an. Gaya berkisahnya yang menyengat laksana lebah membangunkan kerbau tidur mengingatkan orang ramai akan obrolan Pak Besut di RRI Jogja dekade 70-an.

Novelis Ashadi Siregar berkomentar, sulit mencari orang Jogja asli yang rileks penuh canda dalam mengurai perkara ruwet. Orang Jogja, tak beda dengan manusia Indonesia umumnya, ngrenggiyek (tegang) menghadapi persoalan pelik semisal status keistimewaan Jogja. Dan, Celathu dibikin asyik dengan goresan jenaka kartunis Dwi Koendoro.

Humor memang siasat menjaga keselarasan semesta hikmah. Celathu menghidupkan kembali semangat ugahari Basiyo dan Pak Besut. (*)

*J. Sumardianta, guru SMA de Britto Jogjakarta, penulis buku Simply Amazing: Inspirasi Menyentuh Bergelimang Makna



www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Kitab Presiden Penggeli Hati

Jawa Pos, Minggu, 22 Maret 2009

PADA suatu pagi yang hening, di tengah suasana tafakur doa, para murid tersentak dikegetkan suara guru meditasi mereka bergegar-gegaran meledak dalam tawa. Saat sore tiba, pada upacara pemakaman seorang petinggi kerajaan, para murid dibikin sontak pula oleh derai tawa lepas guru mereka. Malam hari, saat seluruh penghuni perguruan Zen harus silentio stampa (puasa omong), sekali lagi sang guru terpingkal-pingkal ketawa. Para murid masygul mendapati ketidaklaziman itu. Guru pun berkata, \"Manakala surga menyentuh hatiku masakan aku diam saja. Hatiku melonjak girang bagaikan saut riuh kicau burung di waktu fajar.\"

Sang guru Zen telanjur dipandang sebagai manusia bijaksana. Sepanjang hidup, ia mencari, mendalami, dan merenungkan kebijaksanaan. Ia merasa belum sampai pada kebajikan hidup. Kesadaran itu ia alami saat tertawa. Kebijaksanaan justru terjadi saat sang guru tertawa karena menemukan persepsi kontradiktif atas realitas hidupnya.

\"Abundant living: think deeply, speak gently, laugh often, work hard, give freely, pay promptly, pray earnestly, be kind.\" Aforisma John Kanary, spiritualis Kanada ini, pas banget buat meringkas sepak terjang Butet Kartaredjasa. Pengasong jasa akting itu hidup berkelimpahan berkat kegemarannya berpikir mendalam, bicara gagah, selalu bikin siapa pun tertawa lepas, suka bekerja keras, ikhlas memberi, tidak menunda pembayaran, doa bersungguh-sungguh, dan ramah.

Butet Kartaredjasa punya banyak predikat: raja monolog, tukang tonil (pemain sandiwara), pemangsa makanan enak, panglima Front Pemuja Guyonan, dan kolomnis. Buku Presiden Guyonan bukti Butet piawai bertutur dalam bentuk esai. Buku ini merupakan antologi \"Kolom CELATHU\" di harian Suara Merdeka Semarang.

Celathu merupakan sketsa sosial ganjil dibingkai spirit kejenakaan. Mas Celathu, tokoh alter-ego Butet, manusia waton njeplak yang penuh sense of irony. Gerundelan perihal kepahitan hidup senantiasa dibungkus gurau. Celathu, dalam percakapan lumrah orang Jogja dan Jawa Tengah, artinya berujar, menyambar omongan, dan nyeletuk. Butet menyambar fenomena-fenomena aktual. Pun peristiwa yang sedang menghajar dirinya.

Lomba makan kerupuk dan panjat pinang, bagi Butet, tak lain sindiran rakyat terhadap makna hari kemerdekaan. Para pemimpin yang dipercaya sebagai bangsa konsisten menyelenggarakan kemiskinan. Demi sepotong kerupuk rakyat harus berjuang keras dan berebut mengunyah. Makna 64 tahun kemerdekaan masih seperti panjat pinang. Mereka yang di bawah diminta menjadi tumbal kemakmuran segelintir manusia yang bertengger nun di atas singgasana kekuasaan.

\"Dunia ini memang aneh,\" gerutu Butet. Sementara banyak orang bernafsu menjadi raja semu, eh, malah ada raja beneran mendiskon derajat dengan mencalonkan diri sebagai presiden. Pemangku budaya adiluhung itu dinilai Butet silau dengan jabatan politik yang umurnya cuma lima tahun. Kursinya pun penuh ketonggeng, kalajengking, bangsat, lipan, kelabang, dan tikus. Ketimbang jadi presiden beneran tapi mendukung eksperimen guyunan semacam proyek Blue Energi dan Padi Super Toy HL2, Butet memiilih jadi presiden guyonan.

Multimedia di zaman digital cenderung meringkas, memoles, dan memanipulasi informasi dalam bentuk iklan politik. Busuk dibikin segar. Kasar dicitrakan lembut. Jahat dikemas alim. Koruptor dipoles suci. Pembunuh disugestikan dermawan. Kriminal dibesut jadi agamis. Iklan politik bagian dari mata rantai industri dan perdagangan. Hakikatnya jual beli. Modal ditanam agar laba lekas dipanen. Investasi yang tak murah itu jelas bukan pengabdian. Butet menganjurkan khalayak mewaspadai reklame calon anggota legislatif, bupati, wali kota, gubernur, dan presiden. Kepemimpinan tokoh yang mendadak kondang berkat iklan politik punya kecenderungan absurd. Dua tahun pertama ia bakal sibuk sebrak saut mengembalikan modal investasi. Dua tahun berikutnya aji mumpung buat memetik laba. Tahun terakhir sang memimpin sibuk cari modal buat beriklan pada pemilu berikutnya.

Butet mengusulkan merger Departemen Perhubungan dengan Departemen Agama. Departemen Perhubungan sukses meningkatkan keimanan dan ketakwaan manusia Indonesia. Para penumpang pesawat terbang, kereta api, bus, dan kapal laut menjadi religius dadakan. Mereka yang biasanya mengabaikan Tuhan langsung berdoa mohon keselamatan selama perjalanan. Soalnya, pesawat acap nyungsep, kapal karam, bus masuk jurang, dan kereta terguling. Kantor BKKBN sebaiknya ditutup. Peran mengendalikan jumlah penduduk telah diambil alih Departemen Perhubungan. Departemen Agama kelak tugasnya hanya membangun tempat ibadah di bandara, stasiun, pelabuhan, dan terminal. Kelak urusan agama tidak lagi diatur negara. Agama dikembalikan ke wilayah privat seperti halnya mandi, gosok gisi, makan, dan tidur.

Derai tawa Butet berlumuran satir sarkasme yang menggebuk ulu hati. Kemampuan Butet melucuti pelbagai paradoks lalu mengubahnya menjadi ironi bergelimang sikap mencemooh dan menertawakan, meminjam kerangka berpikir antropolog James Scott, boleh disebut sebagai weapon of the weak (senjata kebajikan kaum keserakat).

Butet memang membiasakan diri hidup rileks dan tidak gampang disulut amarah. Serumit apa pun persoalan tidak dibawanya dalam kepanikan. Masalah yang gawat tidak membuatnya kapok ketawa. Selalu ditemukan akal buat mengubah yang pahit menjadi segar. Bercanda membuat syarafnya kendor dan pembuluh jadi longgar. Butet telah menemukan sari pati kehidupan: perasaan syukur. Ia menerima dengan ikhlas diabetes mellitus akut yang bergentayangan di sekujur tubuhnya.

Esai-esai Presiden Guyonan mengalir tak ubahnya kolom Mangan Ora Mangan Kumpul milik almarhum Umar Kayam. Butet memang mewarisi ketangkasan menulis dari mentornya itu. Spontanitas Butet dalam mengironikan tragedi setali tiga uang almarhum Basiyo, komedian masyur Jogja era 70-an. Gaya berkisahnya yang menyengat laksana lebah membangunkan kerbau tidur mengingatkan orang ramai akan obrolan Pak Besut di RRI Jogja dekade 70-an.

Novelis Ashadi Siregar berkomentar, sulit mencari orang Jogja asli yang rileks penuh canda dalam mengurai perkara ruwet. Orang Jogja, tak beda dengan manusia Indonesia umumnya, ngrenggiyek (tegang) menghadapi persoalan pelik semisal status keistimewaan Jogja. Dan, Celathu dibikin asyik dengan goresan jenaka kartunis Dwi Koendoro.

Humor memang siasat menjaga keselarasan semesta hikmah. Celathu menghidupkan kembali semangat ugahari Basiyo dan Pak Besut. (*)

*J. Sumardianta, guru SMA de Britto Jogjakarta, penulis buku Simply Amazing: Inspirasi Menyentuh Bergelimang Makna



www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Jejak Berdarah sang Penakluk

Jawa Pos, Minggu, 29 Maret 2009

Syahdan, awal 2003, mencuat segugus informasi pada jurnal bulanan, American Journal of Human Genetics. Sebuah tulisan bertajuk The Genetic Legacy of The Mongols, melaporkan penemuan penting adanya kesamaan pola gen pada populasi yang tersebar antara lautan Kaspia hingga Samudra Pasifik. Laporan itu adalah hasil riset dan kajian mendalam sekelompok ilmuwan genetika terhadap sampel pola DNA kromosom Y yang dimiliki sejumlah 2000-an pria di kawasan Eurasia. Singkatnya, mereka membuat kesimpulan cukup mengejutkan; ternyata dari 16 juta pria yang telah mereka teliti, merupakan bagian dari satu keluarga yang sangat besar.

Pada saat-saat pertama kali menyimpulkan riset itu, Tatiana Zerjal, salah seorang peneliti, sempat bergumam: \"Jenghis Khan!\" Meskipun pada awalnya dugaan tersebut mirip sebuah lelucon, dalam perjalanan waktu semakin banyak bukti (dari data-data yang telah ada), bahwa keterangan itu merupakan penjelasan terbaik. Mereka berkesimpulan bahwa Jenghis Khan dan bala tentaranyalah yang telah menyebarkan ciri genetika itu, dari Tiongkok Utara, sebagian Eropa sampai Asia Tengah pada 1209 hingga kematiannya sekitar 1227, saat mereka menginvasi daerah-daerah tersebut.

Jenghis Khan adalah tokoh sentral bangsa Mongol di abad 13. Sosok yang semasa kecil dikenal sebagai Temujin itu adalah keturunan raja. Ayahnya, Yasugei, adalah seorang khan (raja) yang mengepalai 13 kelompok suku Borjigin, salah satu suku utama Mongol yang terkenal gagah perkasa. Saat ayahnya terbunuh dalam suatu kudeta perebutan kekuasaan suku Borjigin, Temujin baru menginjak usia 13 tahun. Karena itu, ia tidak pernah dianggap sebagai penggantinya.

Ketika Temujin menginjak usia remaja, ia menjadi pemuda yang tangkas dan berani. Bakat kepemimpinan yang mengalir di tubuhnya, semakin kelihatan saat ia berumur 20 tahun. Suatu kali, secara diam-diam Temujin mengumpulkan kembali seluruh pengikut ayahnya dan melatih mereka dengan disiplin keras. Singkat cerita, ia balik menyerang bekas lawan politik ayahnya dan merebut kembali tahta khan suku Borjigin. Tak berselang lama, ia berhasil pula menyatukan suku-suku Mongol yang hidup terpencar antara Sungai Dzungaria dan Irtish. Bahkan pada 1202, Huraltai --majelis besar suku-suku Mongol-- menahbiskannya sebagai khan bagi seantero orang Mongol, dengan gelar fenomenal: Jenghis Khan atau Sayyid al-Mutlaq dalam bahasa Arab, yang berarti raja diraja.

Mengenai sejarah penghancuran yang pernah dilakukan Jenghis, tak banyak orang tahu. Mungkin sejauh ini, porsi yang paling sering kita dengar adalah penyerangan mereka atas Kota Baghdad, Irak. Karena itu, buku ini hadir mengkhususkan diri ihwal bangsa Mongol dengan informasi yang memikat. Dari buku ini kita akan mengetahui berbagai ulasan menarik terkait bangsa Mongol dan seluk-beluk kehidupan mereka. Lebih-lebih, perbuatan holocaust mereka atas beberapa wilayah yang merentang dari Tiongkok Utara, Tiongkok Barat, Kazahkstan Selatan, Tajikistan, Transoxania, dan Samarkand yang dulu merupakan wilayah dinasti Islam Khwarezm, hingga wilayah Timur Tengah dan sebagian Eropa.

\"Belum pernah ada sebelumnya sebuah budaya yang memiliki dan menggunakan kekuatan untuk membinasakan seperti bangsa Mongol. Dan belum pernah juga sebuah budaya menderita sebagaimana yang tak lama lagi akan diderita dunia muslim,\" kata John Man, seorang travel writer ini.

Invasi dan sasaran Jenghis pertama adalah daerah-daerah tetangga. Tentunya, daratan Tiongkok yang membentang luas itulah yang paling dekat. Padahal, menurut John, yang juga penulis Gobi: Tracking the Desert (2001), Tiongkok di abad 13 adalah wilayah yang terbagi atas tiga daerah dinasti besar yang kuat dan sedang bersaing ketat. Yakni Jin, Sung, dan Xi Xia. Dari ketiga daerah itu, Xi Xia adalah titik terlemah yang diincar Jenghis. Negeri inilah kelak dalam catatan sejarah, daerah pertama yang digempur pasukan Mongol.

Penaklukan Baghdad

Pada 1258, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Setelah diblokade puluhan hari, dinding-dinding Kota Baghdad yang kuat itu diserang pasukan Hulagu (salah seorang cucu Jenghis Khan). Tak ayal, kebiadaan segera meledak. Pembantaian, penjarahan, pemerkosaan, dan pembakaran berlangsung di mana-mana. Bala tentara Mongol menjarah dan menghancurkan masjid, istana, rumah sakit, bangunan kota, kanal-kanal, tanggul sistem irigasi, juga bangunan bersejarah. Tak ketinggalan, perpustakaan di Kota Baghdad pun ikut dihancurkan. Yang mengenaskan, ribuan koleksi buku dibuang ke Sungai Tigris hingga warna air sungai itu berubah hitam sewarna tinta. Para penakluk biadab itu membunuh sekitar 800.000 penduduk, termasuk Khalifah Abbasiyah, Al-Musta\\\'sim, keluarga besar beserta seluruh pembesar kerajaan. Dalam sejarah, serangan ini mengakhiri era kekhalifahan Islam yang gilang-gemilang.

Penaklukan kota megapolitan Islam itu barangkali dapat mewakili keingintahuan kita akan peristiwa laknat sepanjang sejarah umat manusia tersebut. Kota Seribu Satu Malam yang menurut deskripsi John, dirancang berbentuk lingkaran sempurna dengan dinding pertahanan rangkap tiga yang dijaga 360 menara, berukuran sama dengan Paris di akhir abad kesembilan belas, dengan kekayaan yang tidak kalah itu, luluh lantah. Padahal Baghdad kala itu menjadi magnet kaum pedagang, cendekiawan, serta ratusan seniman yang datang dari berbagai penjuru, seperti Spanyol dan India Utara (hlm. 242).

Sekitar 1227, Jenghis Khan menemui ajalnya. Sebuah kematian yang rahasia, tak banyak orang tahu detailnya. Sampai sekarang kejadian yang hampir berumur 800 tahun itu masih menjadi mitos yang dikerubungi teka-teki. Diriwiyatkan, sebelum meninggal ia jatuh sakit gejala tifus. Sejarawan umumnya sepakat bahwa penyakit tersebut telah menjangkiti daerah kurang lebih 100 kilometer selatan pegunungan Liupan, daerah Qing Shui, Provinsi Gansu saat ini (hlm. 342-346). Dan, hingga hari ini, Jenghis Khan seperti menjadi sosok abadi yang terus hidup dalam gen seluruh keturunannya.

Membaca sejarah Mongol ibarat menyaksikan sejarah kelam diaroma pembantaian manusia. Sebuah riwayat kelam praktik genosida yang pernah terjadi di negeri ini, sebelum era tanam paksa. Yakni saat pembangunan jalan mega raksasa Anyer-Panarukan di masa Daendels. Nyawa rakyat kecil yang terpaksa ditumbalkan untuk pembangunan jalan sepanjang 1.000 kilometer itu, menurut sumber Inggris, mencapai 12.000 jiwa. Sebuah praktik genosida yang tentu saja dapat kita sejajarkan dengan kekejaman bala tentara Jengis saat itu. (*)

*) Misbahus Surur, pembaca sejarah, kuliah S-2 di UIN Malang


www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Jejak Berdarah sang Penakluk

Jawa Pos, Minggu, 29 Maret 2009

Syahdan, awal 2003, mencuat segugus informasi pada jurnal bulanan, American Journal of Human Genetics. Sebuah tulisan bertajuk The Genetic Legacy of The Mongols, melaporkan penemuan penting adanya kesamaan pola gen pada populasi yang tersebar antara lautan Kaspia hingga Samudra Pasifik. Laporan itu adalah hasil riset dan kajian mendalam sekelompok ilmuwan genetika terhadap sampel pola DNA kromosom Y yang dimiliki sejumlah 2000-an pria di kawasan Eurasia. Singkatnya, mereka membuat kesimpulan cukup mengejutkan; ternyata dari 16 juta pria yang telah mereka teliti, merupakan bagian dari satu keluarga yang sangat besar.

Pada saat-saat pertama kali menyimpulkan riset itu, Tatiana Zerjal, salah seorang peneliti, sempat bergumam: \"Jenghis Khan!\" Meskipun pada awalnya dugaan tersebut mirip sebuah lelucon, dalam perjalanan waktu semakin banyak bukti (dari data-data yang telah ada), bahwa keterangan itu merupakan penjelasan terbaik. Mereka berkesimpulan bahwa Jenghis Khan dan bala tentaranyalah yang telah menyebarkan ciri genetika itu, dari Tiongkok Utara, sebagian Eropa sampai Asia Tengah pada 1209 hingga kematiannya sekitar 1227, saat mereka menginvasi daerah-daerah tersebut.

Jenghis Khan adalah tokoh sentral bangsa Mongol di abad 13. Sosok yang semasa kecil dikenal sebagai Temujin itu adalah keturunan raja. Ayahnya, Yasugei, adalah seorang khan (raja) yang mengepalai 13 kelompok suku Borjigin, salah satu suku utama Mongol yang terkenal gagah perkasa. Saat ayahnya terbunuh dalam suatu kudeta perebutan kekuasaan suku Borjigin, Temujin baru menginjak usia 13 tahun. Karena itu, ia tidak pernah dianggap sebagai penggantinya.

Ketika Temujin menginjak usia remaja, ia menjadi pemuda yang tangkas dan berani. Bakat kepemimpinan yang mengalir di tubuhnya, semakin kelihatan saat ia berumur 20 tahun. Suatu kali, secara diam-diam Temujin mengumpulkan kembali seluruh pengikut ayahnya dan melatih mereka dengan disiplin keras. Singkat cerita, ia balik menyerang bekas lawan politik ayahnya dan merebut kembali tahta khan suku Borjigin. Tak berselang lama, ia berhasil pula menyatukan suku-suku Mongol yang hidup terpencar antara Sungai Dzungaria dan Irtish. Bahkan pada 1202, Huraltai --majelis besar suku-suku Mongol-- menahbiskannya sebagai khan bagi seantero orang Mongol, dengan gelar fenomenal: Jenghis Khan atau Sayyid al-Mutlaq dalam bahasa Arab, yang berarti raja diraja.

Mengenai sejarah penghancuran yang pernah dilakukan Jenghis, tak banyak orang tahu. Mungkin sejauh ini, porsi yang paling sering kita dengar adalah penyerangan mereka atas Kota Baghdad, Irak. Karena itu, buku ini hadir mengkhususkan diri ihwal bangsa Mongol dengan informasi yang memikat. Dari buku ini kita akan mengetahui berbagai ulasan menarik terkait bangsa Mongol dan seluk-beluk kehidupan mereka. Lebih-lebih, perbuatan holocaust mereka atas beberapa wilayah yang merentang dari Tiongkok Utara, Tiongkok Barat, Kazahkstan Selatan, Tajikistan, Transoxania, dan Samarkand yang dulu merupakan wilayah dinasti Islam Khwarezm, hingga wilayah Timur Tengah dan sebagian Eropa.

\"Belum pernah ada sebelumnya sebuah budaya yang memiliki dan menggunakan kekuatan untuk membinasakan seperti bangsa Mongol. Dan belum pernah juga sebuah budaya menderita sebagaimana yang tak lama lagi akan diderita dunia muslim,\" kata John Man, seorang travel writer ini.

Invasi dan sasaran Jenghis pertama adalah daerah-daerah tetangga. Tentunya, daratan Tiongkok yang membentang luas itulah yang paling dekat. Padahal, menurut John, yang juga penulis Gobi: Tracking the Desert (2001), Tiongkok di abad 13 adalah wilayah yang terbagi atas tiga daerah dinasti besar yang kuat dan sedang bersaing ketat. Yakni Jin, Sung, dan Xi Xia. Dari ketiga daerah itu, Xi Xia adalah titik terlemah yang diincar Jenghis. Negeri inilah kelak dalam catatan sejarah, daerah pertama yang digempur pasukan Mongol.

Penaklukan Baghdad

Pada 1258, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Setelah diblokade puluhan hari, dinding-dinding Kota Baghdad yang kuat itu diserang pasukan Hulagu (salah seorang cucu Jenghis Khan). Tak ayal, kebiadaan segera meledak. Pembantaian, penjarahan, pemerkosaan, dan pembakaran berlangsung di mana-mana. Bala tentara Mongol menjarah dan menghancurkan masjid, istana, rumah sakit, bangunan kota, kanal-kanal, tanggul sistem irigasi, juga bangunan bersejarah. Tak ketinggalan, perpustakaan di Kota Baghdad pun ikut dihancurkan. Yang mengenaskan, ribuan koleksi buku dibuang ke Sungai Tigris hingga warna air sungai itu berubah hitam sewarna tinta. Para penakluk biadab itu membunuh sekitar 800.000 penduduk, termasuk Khalifah Abbasiyah, Al-Musta\\\'sim, keluarga besar beserta seluruh pembesar kerajaan. Dalam sejarah, serangan ini mengakhiri era kekhalifahan Islam yang gilang-gemilang.

Penaklukan kota megapolitan Islam itu barangkali dapat mewakili keingintahuan kita akan peristiwa laknat sepanjang sejarah umat manusia tersebut. Kota Seribu Satu Malam yang menurut deskripsi John, dirancang berbentuk lingkaran sempurna dengan dinding pertahanan rangkap tiga yang dijaga 360 menara, berukuran sama dengan Paris di akhir abad kesembilan belas, dengan kekayaan yang tidak kalah itu, luluh lantah. Padahal Baghdad kala itu menjadi magnet kaum pedagang, cendekiawan, serta ratusan seniman yang datang dari berbagai penjuru, seperti Spanyol dan India Utara (hlm. 242).

Sekitar 1227, Jenghis Khan menemui ajalnya. Sebuah kematian yang rahasia, tak banyak orang tahu detailnya. Sampai sekarang kejadian yang hampir berumur 800 tahun itu masih menjadi mitos yang dikerubungi teka-teki. Diriwiyatkan, sebelum meninggal ia jatuh sakit gejala tifus. Sejarawan umumnya sepakat bahwa penyakit tersebut telah menjangkiti daerah kurang lebih 100 kilometer selatan pegunungan Liupan, daerah Qing Shui, Provinsi Gansu saat ini (hlm. 342-346). Dan, hingga hari ini, Jenghis Khan seperti menjadi sosok abadi yang terus hidup dalam gen seluruh keturunannya.

Membaca sejarah Mongol ibarat menyaksikan sejarah kelam diaroma pembantaian manusia. Sebuah riwayat kelam praktik genosida yang pernah terjadi di negeri ini, sebelum era tanam paksa. Yakni saat pembangunan jalan mega raksasa Anyer-Panarukan di masa Daendels. Nyawa rakyat kecil yang terpaksa ditumbalkan untuk pembangunan jalan sepanjang 1.000 kilometer itu, menurut sumber Inggris, mencapai 12.000 jiwa. Sebuah praktik genosida yang tentu saja dapat kita sejajarkan dengan kekejaman bala tentara Jengis saat itu. (*)

*) Misbahus Surur, pembaca sejarah, kuliah S-2 di UIN Malang


www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Para Penguasa Ekonomi Asia

Republika, Minggu, 29 Maret 2009

Bagaimana para taipan Cina menjadi orang terkaya? Mengapa pula mereka perlu memiliki budak kepala?

Oie Tjong Ham adalah orang terkaya di Indonesia yang tinggal di Semarang, Jawa Tengah. Pada masa kolonial dia ditunjuk sebagai Majoor bagi orang Cina Semarang.  Dia berhasil melipatgandakan kekayaan ayahnya yang memang sudah sangat besar. Pola yang diterapkannya dengan metode diversifikasi bisnis.

Dia mendapatkan uang tetap dari opium lalu menggunakannya untuk membesarkan usaha dibidang yang lain. Beberapa di antaranya pendirian industri gula, pabrik penggilingan, dan juga usaha perkebunan. Oleh Joe Studwell dalam bukunya Asian Godfather: Menguak Tabir Perselingkuhan Pengusaha dan Penguasa, ia disebut sebagai salah satu godfather besar di Asia.

Joe menuliskan bahwa para pemimpin usaha yang kaya-raya kebanyakan berasal dari Cina. Hal ini berkaitan dengan migrasi besar masyarakat Cina pada abad ke-19. Ada banyak catatan yang mengatakan bahwa pergolakan dari perang saudara yang terjadi di negara tersebut membuat sebagian besar penduduknya bermigrasi ke luar negeri. Kemudian dengan dukungan teknologi perkapalan yang semakin canggih, masyarakat Cina ini akhirnya sampai ke beberapa daerah di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, atau Indonesia. Populasi imigran Cina paling banyak terdapat di Indonesia dengan jumlah sekitar 23 juta jiwa saat itu.

Kebanyakan mereka memulai usaha dengan dibantu oleh sanak kerabat yang sudah lebih dulu merantau ke Indonesia atau negera yang lain. Lebih khusus di Indonesia, posisi ekonomi mereka menjadi semakin kuat ketika kolonialisme Belanda menguasai negara dengan lima pulau besar itu.

Oleh Belanda, peran kunci ekonomi diserahkan kepada orang Cina. Mereka adalah pengumpul segala jenis pajak dan juga melakukan monopoli usaha. Seperti pajak penjagalan atau hak untuk mengoperasikan pasar-pasar berlisensi. Tapi, pajak terbesar didapatkan dari manufaktur dan juga penjualan opium. Belanda juga memuliakan sebagian orang Cina yang loyal dengan Kolonial itu. Tidak mengherankan jika segelintir orang tersebut akhirnya berkembang menjadi godfather.

Istilah godfather, menurut Joe, memang diambil dari hasil karya Mario Puzo. Sebuah istilah yang merefleksikan tradisi paternalisme, kekuasaan laki-laki, penyendirian, dan mistik yang benar-benar menjadi kisah para taipan Asia. Seperti halnya yang telah dibuat oleh Mario Puzo, para godfather Asia juga terlibat dengan berbagai tindak kecurangan ekonomi, seperti penyelundupan dan terkoneksi erat dengan perjudian. \"Tapi, bukan berarti mereka adalah bos-bos mafia,\" tulis Joe.

Di Indonesia, para taipan atau godfather ini tidak mengalami masa yang indah pada zaman Sukarno. Beberepa aset mereka diambil-alih oleh negara. Namun, ketika terjadi pergolakan politik berdarah pada tahun 1965, Soeharto kembali membuka keran-keran ekonomi bagi mereka.  Presiden kedua itu juga mampu menggunakan kekuatan ekonomi untuk mendukung sisi-sisi militer.

Sehingga, munculah nama Liem Sioe Liong yang sudah mengenal Soeharto pada 1950 karena beberapa transaksi komersil. Selama perang melawan Belanda, Liem dan saudara-saudaranya menyediakan modal untuk tentara Republik. Dua hal inilah yang kemudian membuatnya dekat dengan beberapa perwira tinggi, sehingga dia menerima monopoli impor cengkih secara total. Tidak berhenti di situ, Liem juga melakukan diversifikasi ke industri semen, gula, tepung, dan kopi. Proses ini membuktikan adanya imbalan hubungan antara kekuasaan politik dan pengusaha Cina.

Buku setebal 387 halaman ini tidak hanya mengulas tentang sejarah bagaimana para taipan Asia dapat menguasai perekonomian di wilayah Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, dan Hong Kong. Di bagian kedua, Joe mengungkapkan bagaimana seorang individu mulai melebarkan jaring-jaringnya untuk menjadi seorang godfather.

Pekerja keras
Sebenarnya tidak mengherankan jika orang-orang Cina bisa mendapat sebutan godfather dalam perkonomian Asia. Mereka berasal dari kaum yang mau bekerja keras. Seperti misalnya taipan terkaya di Asia yang hidup di Hong Kong, Li Ka-Shing. Dia datang di Hong Kong tanpa uang sepeser pun, tetapi mampu membangun usaha yang besar. Dia bahkan harus meninggalkan sekolah pada umur 15 tahun karena harus memikul tanggung jawab ekonomi keluarga.

Tapi, bukan sekadar bekerja keras, para godfather ini juga memiliki cara-cara tertentu untuk bisa mengakselerasi kedudukannya menjadi yang paling tinggi. Misal, dengan menikahi putri bosnya, seperti yang dilakukan oleh Lee Kong Chian dari Singapura. Setelah menikah, dia menjadi sejahtera selama tujuh tahun dengan menjadi bendahara mertuanya yang juga merupakan atasannya. Kemudian dia mulai membangun perusahaanya sendiri dengan modal yang sudah didapatkannya itu.

Para godfather ini juga sangat ahli dalam menjaga kerahasiaan. Mereka bahkan enggan berurusan dengan media. Orang-orang seperti Quek Leng Chan dari Malaysia merupakan taipan yang besar, namun citranya sengaja dibuat kabur di depan publik. Ada pula Kwek Leng Beng, sepupunya, yang sangat berhati-hati dalam memilih kata-kata. Dia tidak akan mengeluarkan pernyataan kecuali yang sudah disiapkannya.

Lalu untuk menjaga keutuhan bisnis besar yang telah didiversifikasi, mereka tentu menjaga sebuah aliran pokok uang yang bisa diibaratkan sebagai gunung es emas yang meleleh perlahan. Biasanya mereka menggunakan kekuatan monopoli atau oligopoli untuk memastikan uang tetap berada pada tempatnya. Seperti halnya Stanley Ho yang mendapatkan monopoli Makau dalam segala bentuk perjudian pada 1961, atau Liem Sioe Liong yang memegang monopoli impor cengkih di Indonesia.

Angkat budak kepala
Untuk menghasilkan uang yang sangat banyak tentunya seseorang harus menghabiskan waktunya berjam-jam hanya untuk bekerja. Tetapi, waktu kerja para godfather ini berbeda dengan eksekutif besar lainnya. Mereka menjalankan pekerjaanya selayaknya gaya hidup, seperti bermain golf dan bertemu kolega baru untuk menjalin bisnis baru, atau atau pergi ke tukang pijat untuk melemaskan diri.

Untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan berat mereka menggunakan seseorang yang bisa disebut sebagai budak kepala. Orang seperti ini memiliki gaji yang sangat tinggi, lalu karena kedekatannya dengan godfather, orang-orang ini bisa menjadi sangat setia.


Jelaskan Juga Sebab-Akibat
Meski penuh dengan istilah-istilah yang kurang dimengerti oleh orang awam, pengalaman Joe Studwell menjadi jurnalis di kawasan Asia membuatnya mampu mengalirkan cerita yang jelas dan rinci tentang para godfather ini. Penjelasan tidak hanya berhenti pada unsur sejarah, tetapi juga pada sebab akibat yang membuat mereka menempati posisi tinggi tersebut. Joe tidak hanya menyebutkan para cukong dari etnis Cina, tetapi juga para godfather asli Indonesia, seperti Aburizal Bakrie atau keluarga Kalla.  
kim


www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Para Penguasa Ekonomi Asia

Republika, Minggu, 29 Maret 2009

Bagaimana para taipan Cina menjadi orang terkaya? Mengapa pula mereka perlu memiliki budak kepala?

Oie Tjong Ham adalah orang terkaya di Indonesia yang tinggal di Semarang, Jawa Tengah. Pada masa kolonial dia ditunjuk sebagai Majoor bagi orang Cina Semarang.  Dia berhasil melipatgandakan kekayaan ayahnya yang memang sudah sangat besar. Pola yang diterapkannya dengan metode diversifikasi bisnis.

Dia mendapatkan uang tetap dari opium lalu menggunakannya untuk membesarkan usaha dibidang yang lain. Beberapa di antaranya pendirian industri gula, pabrik penggilingan, dan juga usaha perkebunan. Oleh Joe Studwell dalam bukunya Asian Godfather: Menguak Tabir Perselingkuhan Pengusaha dan Penguasa, ia disebut sebagai salah satu godfather besar di Asia.

Joe menuliskan bahwa para pemimpin usaha yang kaya-raya kebanyakan berasal dari Cina. Hal ini berkaitan dengan migrasi besar masyarakat Cina pada abad ke-19. Ada banyak catatan yang mengatakan bahwa pergolakan dari perang saudara yang terjadi di negara tersebut membuat sebagian besar penduduknya bermigrasi ke luar negeri. Kemudian dengan dukungan teknologi perkapalan yang semakin canggih, masyarakat Cina ini akhirnya sampai ke beberapa daerah di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, atau Indonesia. Populasi imigran Cina paling banyak terdapat di Indonesia dengan jumlah sekitar 23 juta jiwa saat itu.

Kebanyakan mereka memulai usaha dengan dibantu oleh sanak kerabat yang sudah lebih dulu merantau ke Indonesia atau negera yang lain. Lebih khusus di Indonesia, posisi ekonomi mereka menjadi semakin kuat ketika kolonialisme Belanda menguasai negara dengan lima pulau besar itu.

Oleh Belanda, peran kunci ekonomi diserahkan kepada orang Cina. Mereka adalah pengumpul segala jenis pajak dan juga melakukan monopoli usaha. Seperti pajak penjagalan atau hak untuk mengoperasikan pasar-pasar berlisensi. Tapi, pajak terbesar didapatkan dari manufaktur dan juga penjualan opium. Belanda juga memuliakan sebagian orang Cina yang loyal dengan Kolonial itu. Tidak mengherankan jika segelintir orang tersebut akhirnya berkembang menjadi godfather.

Istilah godfather, menurut Joe, memang diambil dari hasil karya Mario Puzo. Sebuah istilah yang merefleksikan tradisi paternalisme, kekuasaan laki-laki, penyendirian, dan mistik yang benar-benar menjadi kisah para taipan Asia. Seperti halnya yang telah dibuat oleh Mario Puzo, para godfather Asia juga terlibat dengan berbagai tindak kecurangan ekonomi, seperti penyelundupan dan terkoneksi erat dengan perjudian. \"Tapi, bukan berarti mereka adalah bos-bos mafia,\" tulis Joe.

Di Indonesia, para taipan atau godfather ini tidak mengalami masa yang indah pada zaman Sukarno. Beberepa aset mereka diambil-alih oleh negara. Namun, ketika terjadi pergolakan politik berdarah pada tahun 1965, Soeharto kembali membuka keran-keran ekonomi bagi mereka.  Presiden kedua itu juga mampu menggunakan kekuatan ekonomi untuk mendukung sisi-sisi militer.

Sehingga, munculah nama Liem Sioe Liong yang sudah mengenal Soeharto pada 1950 karena beberapa transaksi komersil. Selama perang melawan Belanda, Liem dan saudara-saudaranya menyediakan modal untuk tentara Republik. Dua hal inilah yang kemudian membuatnya dekat dengan beberapa perwira tinggi, sehingga dia menerima monopoli impor cengkih secara total. Tidak berhenti di situ, Liem juga melakukan diversifikasi ke industri semen, gula, tepung, dan kopi. Proses ini membuktikan adanya imbalan hubungan antara kekuasaan politik dan pengusaha Cina.

Buku setebal 387 halaman ini tidak hanya mengulas tentang sejarah bagaimana para taipan Asia dapat menguasai perekonomian di wilayah Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, dan Hong Kong. Di bagian kedua, Joe mengungkapkan bagaimana seorang individu mulai melebarkan jaring-jaringnya untuk menjadi seorang godfather.

Pekerja keras
Sebenarnya tidak mengherankan jika orang-orang Cina bisa mendapat sebutan godfather dalam perkonomian Asia. Mereka berasal dari kaum yang mau bekerja keras. Seperti misalnya taipan terkaya di Asia yang hidup di Hong Kong, Li Ka-Shing. Dia datang di Hong Kong tanpa uang sepeser pun, tetapi mampu membangun usaha yang besar. Dia bahkan harus meninggalkan sekolah pada umur 15 tahun karena harus memikul tanggung jawab ekonomi keluarga.

Tapi, bukan sekadar bekerja keras, para godfather ini juga memiliki cara-cara tertentu untuk bisa mengakselerasi kedudukannya menjadi yang paling tinggi. Misal, dengan menikahi putri bosnya, seperti yang dilakukan oleh Lee Kong Chian dari Singapura. Setelah menikah, dia menjadi sejahtera selama tujuh tahun dengan menjadi bendahara mertuanya yang juga merupakan atasannya. Kemudian dia mulai membangun perusahaanya sendiri dengan modal yang sudah didapatkannya itu.

Para godfather ini juga sangat ahli dalam menjaga kerahasiaan. Mereka bahkan enggan berurusan dengan media. Orang-orang seperti Quek Leng Chan dari Malaysia merupakan taipan yang besar, namun citranya sengaja dibuat kabur di depan publik. Ada pula Kwek Leng Beng, sepupunya, yang sangat berhati-hati dalam memilih kata-kata. Dia tidak akan mengeluarkan pernyataan kecuali yang sudah disiapkannya.

Lalu untuk menjaga keutuhan bisnis besar yang telah didiversifikasi, mereka tentu menjaga sebuah aliran pokok uang yang bisa diibaratkan sebagai gunung es emas yang meleleh perlahan. Biasanya mereka menggunakan kekuatan monopoli atau oligopoli untuk memastikan uang tetap berada pada tempatnya. Seperti halnya Stanley Ho yang mendapatkan monopoli Makau dalam segala bentuk perjudian pada 1961, atau Liem Sioe Liong yang memegang monopoli impor cengkih di Indonesia.

Angkat budak kepala
Untuk menghasilkan uang yang sangat banyak tentunya seseorang harus menghabiskan waktunya berjam-jam hanya untuk bekerja. Tetapi, waktu kerja para godfather ini berbeda dengan eksekutif besar lainnya. Mereka menjalankan pekerjaanya selayaknya gaya hidup, seperti bermain golf dan bertemu kolega baru untuk menjalin bisnis baru, atau atau pergi ke tukang pijat untuk melemaskan diri.

Untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan berat mereka menggunakan seseorang yang bisa disebut sebagai budak kepala. Orang seperti ini memiliki gaji yang sangat tinggi, lalu karena kedekatannya dengan godfather, orang-orang ini bisa menjadi sangat setia.


Jelaskan Juga Sebab-Akibat
Meski penuh dengan istilah-istilah yang kurang dimengerti oleh orang awam, pengalaman Joe Studwell menjadi jurnalis di kawasan Asia membuatnya mampu mengalirkan cerita yang jelas dan rinci tentang para godfather ini. Penjelasan tidak hanya berhenti pada unsur sejarah, tetapi juga pada sebab akibat yang membuat mereka menempati posisi tinggi tersebut. Joe tidak hanya menyebutkan para cukong dari etnis Cina, tetapi juga para godfather asli Indonesia, seperti Aburizal Bakrie atau keluarga Kalla.  
kim


www.dinamikaebooks.com

Jumat, 27 Maret 2009

100 Pesan Nabi untuk Wanita

by: Badwi Mahmud al-Syaikh
Wanita salihah adalah dambaan Tuhan sekaligus pujaan hati pria pilihan. Wajahnya memancarkan cahaya kebajikan, akhlaknya menyejukkan hati semua orang, dan sifat-sifatnya mengagumkan para malaikat di atas awan. Jika telah menikah, ia akan melayani suaminya dengan penuh perhatian, cinta, dan kasih sayang. Hatinya begitu suci dari mengkhianati sang suami. Jika memiliki anak, ia akan merawatnya dan mengasuhnya dengan kasih sejati serta mendidiknya dengan akhlak mulia. Itulah sebaik-baik perbendaharaan dunia!

Bagaimanapun, budaya modern yang glamor dan hedonis acapkali menjebak kaum wanita pada sikap mementingkan diri sendiri dan abai terhadap tugas-tugas dan kewajibannya yang mulia. Mereka pun kehilangan arah untuk meniti jalan hidup rabbani yang diridhai Allah. Di sinilah mereka butuh semacam pegangan, penuntun, dan nasihat bijak yang mampu menggerakkan mereka untuk mewujudkan amalan-amalan teladan. Buku ini mengajak kaum wanita untuk selalu memperindah akhlaknya melalui amalan-amalan teladan tersebut. Selamat membaca!


www.dinamikaebooks.com

100 Pesan Nabi untuk Wanita

by: Badwi Mahmud al-Syaikh
Wanita salihah adalah dambaan Tuhan sekaligus pujaan hati pria pilihan. Wajahnya memancarkan cahaya kebajikan, akhlaknya menyejukkan hati semua orang, dan sifat-sifatnya mengagumkan para malaikat di atas awan. Jika telah menikah, ia akan melayani suaminya dengan penuh perhatian, cinta, dan kasih sayang. Hatinya begitu suci dari mengkhianati sang suami. Jika memiliki anak, ia akan merawatnya dan mengasuhnya dengan kasih sejati serta mendidiknya dengan akhlak mulia. Itulah sebaik-baik perbendaharaan dunia!

Bagaimanapun, budaya modern yang glamor dan hedonis acapkali menjebak kaum wanita pada sikap mementingkan diri sendiri dan abai terhadap tugas-tugas dan kewajibannya yang mulia. Mereka pun kehilangan arah untuk meniti jalan hidup rabbani yang diridhai Allah. Di sinilah mereka butuh semacam pegangan, penuntun, dan nasihat bijak yang mampu menggerakkan mereka untuk mewujudkan amalan-amalan teladan. Buku ini mengajak kaum wanita untuk selalu memperindah akhlaknya melalui amalan-amalan teladan tersebut. Selamat membaca!


www.dinamikaebooks.com

Ramayana Mahabarata

by: R.K. Narayan
Ramayana dan Mahabarata, tergolong ke dalam epos besar dunia yang berusia sangat tua. Berasal dari India, kedua kisah ini melanglang hingga ke berbagai kawasan asia, termasuk Indonesia. Persinggungan dengan berbagai kebudayaan justru semakin memperkaya versi tentangnya.

RK Narayan, penulis terkemuka asal India, menuliskan kembali kedua epos ini dalam versi aslinya. Sesuai dengan gaya penulisannya, kisah Ramayana dan Mahabarata disajikan secara sederhana dan memikat. Lebih menarik lagi karena kedua karya ini bisa dinikmati sekaligus dalam satu buku saja.


www.dinamikaebooks.com

Ramayana Mahabarata

by: R.K. Narayan
Ramayana dan Mahabarata, tergolong ke dalam epos besar dunia yang berusia sangat tua. Berasal dari India, kedua kisah ini melanglang hingga ke berbagai kawasan asia, termasuk Indonesia. Persinggungan dengan berbagai kebudayaan justru semakin memperkaya versi tentangnya.

RK Narayan, penulis terkemuka asal India, menuliskan kembali kedua epos ini dalam versi aslinya. Sesuai dengan gaya penulisannya, kisah Ramayana dan Mahabarata disajikan secara sederhana dan memikat. Lebih menarik lagi karena kedua karya ini bisa dinikmati sekaligus dalam satu buku saja.


www.dinamikaebooks.com

Kalau Mau Bahagia, Jangan Jadi Politisi!

by: Arvan Pradiansyah
Kebahagiaan mestinya hak setiap orang. Tapi, rupanya politisi adalah jenis makhluk istimewa sehingga sulit dihinggapi kebahagiaan. Mengapa demikian?

Arvan Pradiansyah, penulis buku The 7 Laws of Happiness, menjelaskan dengan memikat mengapa seorang politisi sulit meraih kebahagiaan.

Apakah lalu semua orang tidak boleh berpolitik untuk menjadi bahagia? Tidak selalu demikian, mestinya.

Di sini, Arvan berbagi rahasia bagaimana merasakan kebahagiaan, bahkan jika seseorang harus berpolitik.


www.dinamikaebooks.com

Kalau Mau Bahagia, Jangan Jadi Politisi!

by: Arvan Pradiansyah
Kebahagiaan mestinya hak setiap orang. Tapi, rupanya politisi adalah jenis makhluk istimewa sehingga sulit dihinggapi kebahagiaan. Mengapa demikian?

Arvan Pradiansyah, penulis buku The 7 Laws of Happiness, menjelaskan dengan memikat mengapa seorang politisi sulit meraih kebahagiaan.

Apakah lalu semua orang tidak boleh berpolitik untuk menjadi bahagia? Tidak selalu demikian, mestinya.

Di sini, Arvan berbagi rahasia bagaimana merasakan kebahagiaan, bahkan jika seseorang harus berpolitik.


www.dinamikaebooks.com

Negeri Van Oranje

by: Wahyuningrat, Adept Widiarsadan Rizki Pandu Permana
Kata siapa kuliah di luar negeri itu gampang?

Perkenalkan Lintang, Banjar, Wicak, Daus, dan Geri. Lima anak manusia terlahir di Indonesia, terdampar bersekolah di Belanda demi meraih gelar S2. Mulai dari kurang tidur karena begadang demi paper, kurang tenaga karena mesti genjot sepeda 5 km bolak-balik ke kampus setiap hari, sampai kurang duit hingga terpaksa mencari pekerjaan paruh waktu; semua pernah mereka alami.
 
Selain menjalani kisah susah senangnya menjadi mahasiswa rantau di Eropa, mereka juga menjalin persahabatan dan berbagi survival tip hidup di Belanda. Mereka pun bergelut dengan selintas pertanyaan di benak mahasiswa yang pernah bersekolah di luar negeri: untuk apa pulang ke Indonesia? Dalam perjalanan menemukan jawaban masing-masing, takdir menuntut mereka memiliki keteguhan hati untuk melampaui rintangan, menggapai impian, serta melakukan hal yang paling sulit: the courage to love!
 
Novel ini ditulis dengan gaya lincah, kocak, sekaligus menyentuh emosi pembaca. Kita juga akan diajak berkeliling mulai dari Brussels hingga Barcelona, mengunjungi tempat-tempat memikat di Eropa, dan berbagi tip berpetualang ala backpacker.


www.dinamikaebooks.com

Negeri Van Oranje

by: Wahyuningrat, Adept Widiarsadan Rizki Pandu Permana
Kata siapa kuliah di luar negeri itu gampang?

Perkenalkan Lintang, Banjar, Wicak, Daus, dan Geri. Lima anak manusia terlahir di Indonesia, terdampar bersekolah di Belanda demi meraih gelar S2. Mulai dari kurang tidur karena begadang demi paper, kurang tenaga karena mesti genjot sepeda 5 km bolak-balik ke kampus setiap hari, sampai kurang duit hingga terpaksa mencari pekerjaan paruh waktu; semua pernah mereka alami.
 
Selain menjalani kisah susah senangnya menjadi mahasiswa rantau di Eropa, mereka juga menjalin persahabatan dan berbagi survival tip hidup di Belanda. Mereka pun bergelut dengan selintas pertanyaan di benak mahasiswa yang pernah bersekolah di luar negeri: untuk apa pulang ke Indonesia? Dalam perjalanan menemukan jawaban masing-masing, takdir menuntut mereka memiliki keteguhan hati untuk melampaui rintangan, menggapai impian, serta melakukan hal yang paling sulit: the courage to love!
 
Novel ini ditulis dengan gaya lincah, kocak, sekaligus menyentuh emosi pembaca. Kita juga akan diajak berkeliling mulai dari Brussels hingga Barcelona, mengunjungi tempat-tempat memikat di Eropa, dan berbagi tip berpetualang ala backpacker.


www.dinamikaebooks.com

HAMAS: Ikon Perlawanan Islam terhadap Zionisme Israel

by: Bawono Kumoro
Mengungkap:
Sejarah dan latar belakang pendirian Hamas
Rahasia keberhasilan Hamas merebut hati rakyat Palestina
Sebab-sebab kemenangan Hamas dalam Pemilu Palestina
Konspirasi Israel dan Barat untuk menghancurkan Hamas
Pembunuhan tokoh-tokoh Hamas oleh Israel

Hamas adalah ikon utama perjuangan rakyat Palestina dan umat Islam melawan kezaliman Israel. Meski Israel membombardir Jalur Gaza dan membinasakan ribuan warga sipil Palestina, Hamas tidak pernah sedikit pun menunjukkan rasa gentar. Bahkan, dukungan Amerika Serikat terhadap agresi Israel di Jalur Gaza melalui forum Dewan Keamanan PBB tidak mampu meredam semangat Hamas untuk mengulang kejayaan Hizbullah ketika menghadapi agresi Israel di Lebanon pada pertengahan 2006.
 
Agresi militer Israel di Jalur Gaza telah meningkatkan popularitas Hamas di tingkat dunia internasional. Hamas kini tidak hanya milik kaum Muslim Palestina, tetapi seluruh kaum Muslim di seluruh penjuru dunia. Bahkan, Hamas mendapat tempat di hati setiap orang yang merindukan perdamaian sejati di Timur Tengah. Dunia kini menyadari bahwa tuduhan teroris yang dipropagandakan Amerika Serikat dan Israel hanyalah taktik usang untuk menafikan eksistensi Hamas dalam proses perdamaian Timur Tengah. Hamas telah menjelma menjadi ikon perlawanan.

Siapakah sesungguhnya Hamas? Apa keistimewaan gerakan ini jika dibandingkan dengan gerakan-gerakan perlawanan Palestina lainnya? Seberapa besar peranan Hamas dalam perjuangan kaum Muslim Palestina hingga Israel merasa perlu mengerahkan seluruh kekuatan militer untuk menghancurkannya?
 
Buku ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut melalui sebuah kajian yang komprehensif tentang kiprah politik Hamas selama ini. Pembaca akan memeroleh pemahaman yang lebih mendalam dan rasional mengenai posisi Hamas dalam pusaran konflik Palestina-Israel.


www.dinamikaebooks.com

HAMAS: Ikon Perlawanan Islam terhadap Zionisme Israel

by: Bawono Kumoro
Mengungkap:
Sejarah dan latar belakang pendirian Hamas
Rahasia keberhasilan Hamas merebut hati rakyat Palestina
Sebab-sebab kemenangan Hamas dalam Pemilu Palestina
Konspirasi Israel dan Barat untuk menghancurkan Hamas
Pembunuhan tokoh-tokoh Hamas oleh Israel

Hamas adalah ikon utama perjuangan rakyat Palestina dan umat Islam melawan kezaliman Israel. Meski Israel membombardir Jalur Gaza dan membinasakan ribuan warga sipil Palestina, Hamas tidak pernah sedikit pun menunjukkan rasa gentar. Bahkan, dukungan Amerika Serikat terhadap agresi Israel di Jalur Gaza melalui forum Dewan Keamanan PBB tidak mampu meredam semangat Hamas untuk mengulang kejayaan Hizbullah ketika menghadapi agresi Israel di Lebanon pada pertengahan 2006.
 
Agresi militer Israel di Jalur Gaza telah meningkatkan popularitas Hamas di tingkat dunia internasional. Hamas kini tidak hanya milik kaum Muslim Palestina, tetapi seluruh kaum Muslim di seluruh penjuru dunia. Bahkan, Hamas mendapat tempat di hati setiap orang yang merindukan perdamaian sejati di Timur Tengah. Dunia kini menyadari bahwa tuduhan teroris yang dipropagandakan Amerika Serikat dan Israel hanyalah taktik usang untuk menafikan eksistensi Hamas dalam proses perdamaian Timur Tengah. Hamas telah menjelma menjadi ikon perlawanan.

Siapakah sesungguhnya Hamas? Apa keistimewaan gerakan ini jika dibandingkan dengan gerakan-gerakan perlawanan Palestina lainnya? Seberapa besar peranan Hamas dalam perjuangan kaum Muslim Palestina hingga Israel merasa perlu mengerahkan seluruh kekuatan militer untuk menghancurkannya?
 
Buku ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut melalui sebuah kajian yang komprehensif tentang kiprah politik Hamas selama ini. Pembaca akan memeroleh pemahaman yang lebih mendalam dan rasional mengenai posisi Hamas dalam pusaran konflik Palestina-Israel.


www.dinamikaebooks.com

Kumpulan Lagu Daerah Nusantara Terlengkap

by: Tifla Khaira
Adik-adik, hafal lagu Gambang Suling enggak?
Siapa sih penciptanya? Dari daerah mana ya?
Terus, lagu Bungong Jeumpa, Butet, Injit-injit Semut, Soleram
siapa pencipta dan dari daerah mana?
Nah, kalau Adik-adik ingin hafal lagu-lagu daerah plus dengan notasi baloknya, baca buku ini!

Adik-adik akan menemukan dan menikmati kumpulan lagu daerah lengkap dengan lirik dan notasi baloknya!


www.dinamikaebooks.com