Selasa, 09 November 2010

[resensi buku] Cinta di Bawah Ancaman Zombie

M. Iqbal Dawami, http://resensor.blogspot .com

MARY tinggal di sebuah desa terpencil. Desa yang dikelilingi oleh pagar tinggi itu selalu diteror oleh kaum Ternoda, bangsa zombie. Mereka "hidup" di Belantara Tangan dan Gigi. Betapa tidak nyaman hidup di desa seperti itu. Oleh karena itu, ia selalu bermimpi untuk pergi, berjalan melewati pagar yang membungkus desa tersebut, dan menemukan laut yang selalu diceritakan ibunya ketika masih kecil.
 
Tetapi untuk meninggalkan desa berarti memasuki hutan, di mana hutan itu tidak dikonsekrasikan. Di dalamnya penuh dengan zombie yang kelaparan. Siapa saja yang digigit mereka, akan menjadi salah satu dari mereka. Ayah dan ibunya termasuk korban keganasan zombie tersebut.
 
Karena desa tersebut terisolasi, dan menjadi satu-satunya bangsa manusia yang selamat, maka dibuatlah sistem ritual untuk memastikan bahwa generasi berikutnya akan terus berlanjut. Aturan masyarakat desa ini sangatlah ketat, dan di atas segalanya. Mereka diperintah oleh para biarawati. Perintah agama menjadi alat kontrol setiap aspek kehidupan SimakBaca secara fonetik.
 
Masyarakat mereka adalah tentang ketertiban dan komitmen, serta aturan. Tetapi Mary bosan dengan itu. Ia memimpikan dunia yang lebih luas. Ia juga memimpikan cinta yang membebaskan. Mimpi Mary beralasan karena di desa ini diberlakukan sebuah komitmen dan kewajiban ketimbang cinta dan kebebasan dalam menjalin suatu pernikahan.
 
Mary sesungguhnya jatuh cinta pada Travis dan ingin menikah dengannya. Tapi ketua biarawati bernama Tabitha, menyuruhnya  untuk menikah dengan Harry, kakak Travis.  Sungguh, sebuah kondisi yang menyakitkan. Namun, kenyataan itu semakin memperbesar keinginan Mary untuk keluar dari desanya.
 
Suatu hari ada sebuah serangan dari kaum Ternoda yang berhasil masuk ke dalam desa. Mereka berhasil menghabisi semua penduduk desa, kecuali Mary, Jed (kakak Mary), Beth (istri Jed), Harry dan Travis (kakak-adik), Cash serta Yakob. Mereka terus lari ke dalam hutan, dan sesekali bersembunyi di sebuah rumah panggung.
 
Dalam pelarian itu satu persatu di antara mereka terkena Ternoda, sehingga dalam perjalanannya hanya menyisakan Mary seorang. Pertama kali yang terkena Ternoda adalah Beth. Dia terkena gigitan Ternoda meski hanya satu gigitan. Mary menyuruh Jed untuk membunuhnya, tapi Jed bimbang. Betapa tidak, dia dihadapkan kenyataan bahwa dia harus membunuh istrinya agar tidak menjadi kaum Ternoda. Tapi, siapa yang tega membunuh orang yang disayanginya. Perang berkecamuk dalam diri Jed, antara perasaan dan pikirannya.
 
Manakah jalan yang dipilih Jed, perasaan atau pikirannya? Bagaimana pula Mary bisa selamat dari kejaran Ternoda sementara yang lainnya tidak? Silakan anda membaca sendiri.
 
Belantara Tangan dan Gigi adalah sebuah novel yang ditulis dengan indah. Semenjak dari bab I, saya sudah menikmatinya. Kata-katanya cantik nan fasih. Kadang saya menahan napas pada saat mencari tahu apa yang akan terjadi di halaman berikutnya. Satu keluhan saya bahwa Mary begitu nyata sedang karakter lainnya hilang. Mungkin ini merupakan konsekuensi sebuah novel yang diceritakan oleh orang pertama dengan sudut pandang "aku".
 
Dari segi bahasa, pesan, maupun gaya penyampaian penulis berhasil dialihbahasakan oleh peran penerjemah. Hanya saja saya menemukan ada ketidakkonsistenan dalam diksinya, yaitu penulisan kata 'memperoleh' dan 'memeroleh'. Keduanya dipakai dalam novel ini.
 
Novel debutan Carry Ryan ini patut diperhitungkan. Di dalamnya terdapat pesan yang luar biasa, yaitu selalu berjuang menggapai mimpi, optimis, dan jangan pernah menyerah. Novel thriller yang dibalut kisah cinta ini akan membuat pembaca beresonansi dengan novel sejenisnya, seperti Twilight karya Stephenie Meyer. Jadi, segeralah baca novel ini, dan rasakan sensasi romantis penuh kejutan di dalamnya. Selamat membaca. []
 
M. Iqbal Dawami, pengasuh blog http://resensor.blogspot.com/. Aktif di Kere Hore Jungle Tracker Community (KHJTC) Yogyakarta

Judul: The Forest of Hands and Teeth
Penulis: Carrie Ryan
Penerjemah: T. Dewi Wulandari
Penerbit: Kubika
Cetakan: I, Agustus 2010      
Tebal: 392 hlm.
================
 


www.mediabuku.com

0 komentar: