Republika, Minggu, 29 Maret 2009
Bagaimana para taipan Cina menjadi orang terkaya? Mengapa pula mereka perlu memiliki budak kepala?
Oie Tjong Ham adalah orang terkaya di Indonesia yang tinggal di Semarang, Jawa Tengah. Pada masa kolonial dia ditunjuk sebagai Majoor bagi orang Cina Semarang. Dia berhasil melipatgandakan kekayaan ayahnya yang memang sudah sangat besar. Pola yang diterapkannya dengan metode diversifikasi bisnis.
Dia mendapatkan uang tetap dari opium lalu menggunakannya untuk membesarkan usaha dibidang yang lain. Beberapa di antaranya pendirian industri gula, pabrik penggilingan, dan juga usaha perkebunan. Oleh Joe Studwell dalam bukunya Asian Godfather: Menguak Tabir Perselingkuhan Pengusaha dan Penguasa, ia disebut sebagai salah satu godfather besar di Asia.
Joe menuliskan bahwa para pemimpin usaha yang kaya-raya kebanyakan berasal dari Cina. Hal ini berkaitan dengan migrasi besar masyarakat Cina pada abad ke-19. Ada banyak catatan yang mengatakan bahwa pergolakan dari perang saudara yang terjadi di negara tersebut membuat sebagian besar penduduknya bermigrasi ke luar negeri. Kemudian dengan dukungan teknologi perkapalan yang semakin canggih, masyarakat Cina ini akhirnya sampai ke beberapa daerah di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, atau Indonesia. Populasi imigran Cina paling banyak terdapat di Indonesia dengan jumlah sekitar 23 juta jiwa saat itu.
Kebanyakan mereka memulai usaha dengan dibantu oleh sanak kerabat yang sudah lebih dulu merantau ke Indonesia atau negera yang lain. Lebih khusus di Indonesia, posisi ekonomi mereka menjadi semakin kuat ketika kolonialisme Belanda menguasai negara dengan lima pulau besar itu.
Oleh Belanda, peran kunci ekonomi diserahkan kepada orang Cina. Mereka adalah pengumpul segala jenis pajak dan juga melakukan monopoli usaha. Seperti pajak penjagalan atau hak untuk mengoperasikan pasar-pasar berlisensi. Tapi, pajak terbesar didapatkan dari manufaktur dan juga penjualan opium. Belanda juga memuliakan sebagian orang Cina yang loyal dengan Kolonial itu. Tidak mengherankan jika segelintir orang tersebut akhirnya berkembang menjadi godfather.
Istilah godfather, menurut Joe, memang diambil dari hasil karya Mario Puzo. Sebuah istilah yang merefleksikan tradisi paternalisme, kekuasaan laki-laki, penyendirian, dan mistik yang benar-benar menjadi kisah para taipan Asia. Seperti halnya yang telah dibuat oleh Mario Puzo, para godfather Asia juga terlibat dengan berbagai tindak kecurangan ekonomi, seperti penyelundupan dan terkoneksi erat dengan perjudian. \"Tapi, bukan berarti mereka adalah bos-bos mafia,\" tulis Joe.
Di Indonesia, para taipan atau godfather ini tidak mengalami masa yang indah pada zaman Sukarno. Beberepa aset mereka diambil-alih oleh negara. Namun, ketika terjadi pergolakan politik berdarah pada tahun 1965, Soeharto kembali membuka keran-keran ekonomi bagi mereka. Presiden kedua itu juga mampu menggunakan kekuatan ekonomi untuk mendukung sisi-sisi militer.
Sehingga, munculah nama Liem Sioe Liong yang sudah mengenal Soeharto pada 1950 karena beberapa transaksi komersil. Selama perang melawan Belanda, Liem dan saudara-saudaranya menyediakan modal untuk tentara Republik. Dua hal inilah yang kemudian membuatnya dekat dengan beberapa perwira tinggi, sehingga dia menerima monopoli impor cengkih secara total. Tidak berhenti di situ, Liem juga melakukan diversifikasi ke industri semen, gula, tepung, dan kopi. Proses ini membuktikan adanya imbalan hubungan antara kekuasaan politik dan pengusaha Cina.
Buku setebal 387 halaman ini tidak hanya mengulas tentang sejarah bagaimana para taipan Asia dapat menguasai perekonomian di wilayah Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, dan Hong Kong. Di bagian kedua, Joe mengungkapkan bagaimana seorang individu mulai melebarkan jaring-jaringnya untuk menjadi seorang godfather.
Pekerja keras
Sebenarnya tidak mengherankan jika orang-orang Cina bisa mendapat sebutan godfather dalam perkonomian Asia. Mereka berasal dari kaum yang mau bekerja keras. Seperti misalnya taipan terkaya di Asia yang hidup di Hong Kong, Li Ka-Shing. Dia datang di Hong Kong tanpa uang sepeser pun, tetapi mampu membangun usaha yang besar. Dia bahkan harus meninggalkan sekolah pada umur 15 tahun karena harus memikul tanggung jawab ekonomi keluarga.
Tapi, bukan sekadar bekerja keras, para godfather ini juga memiliki cara-cara tertentu untuk bisa mengakselerasi kedudukannya menjadi yang paling tinggi. Misal, dengan menikahi putri bosnya, seperti yang dilakukan oleh Lee Kong Chian dari Singapura. Setelah menikah, dia menjadi sejahtera selama tujuh tahun dengan menjadi bendahara mertuanya yang juga merupakan atasannya. Kemudian dia mulai membangun perusahaanya sendiri dengan modal yang sudah didapatkannya itu.
Para godfather ini juga sangat ahli dalam menjaga kerahasiaan. Mereka bahkan enggan berurusan dengan media. Orang-orang seperti Quek Leng Chan dari Malaysia merupakan taipan yang besar, namun citranya sengaja dibuat kabur di depan publik. Ada pula Kwek Leng Beng, sepupunya, yang sangat berhati-hati dalam memilih kata-kata. Dia tidak akan mengeluarkan pernyataan kecuali yang sudah disiapkannya.
Lalu untuk menjaga keutuhan bisnis besar yang telah didiversifikasi, mereka tentu menjaga sebuah aliran pokok uang yang bisa diibaratkan sebagai gunung es emas yang meleleh perlahan. Biasanya mereka menggunakan kekuatan monopoli atau oligopoli untuk memastikan uang tetap berada pada tempatnya. Seperti halnya Stanley Ho yang mendapatkan monopoli Makau dalam segala bentuk perjudian pada 1961, atau Liem Sioe Liong yang memegang monopoli impor cengkih di Indonesia.
Angkat budak kepala
Untuk menghasilkan uang yang sangat banyak tentunya seseorang harus menghabiskan waktunya berjam-jam hanya untuk bekerja. Tetapi, waktu kerja para godfather ini berbeda dengan eksekutif besar lainnya. Mereka menjalankan pekerjaanya selayaknya gaya hidup, seperti bermain golf dan bertemu kolega baru untuk menjalin bisnis baru, atau atau pergi ke tukang pijat untuk melemaskan diri.
Untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan berat mereka menggunakan seseorang yang bisa disebut sebagai budak kepala. Orang seperti ini memiliki gaji yang sangat tinggi, lalu karena kedekatannya dengan godfather, orang-orang ini bisa menjadi sangat setia.
Jelaskan Juga Sebab-Akibat
Meski penuh dengan istilah-istilah yang kurang dimengerti oleh orang awam, pengalaman Joe Studwell menjadi jurnalis di kawasan Asia membuatnya mampu mengalirkan cerita yang jelas dan rinci tentang para godfather ini. Penjelasan tidak hanya berhenti pada unsur sejarah, tetapi juga pada sebab akibat yang membuat mereka menempati posisi tinggi tersebut. Joe tidak hanya menyebutkan para cukong dari etnis Cina, tetapi juga para godfather asli Indonesia, seperti Aburizal Bakrie atau keluarga Kalla.
Bagaimana para taipan Cina menjadi orang terkaya? Mengapa pula mereka perlu memiliki budak kepala?
Oie Tjong Ham adalah orang terkaya di Indonesia yang tinggal di Semarang, Jawa Tengah. Pada masa kolonial dia ditunjuk sebagai Majoor bagi orang Cina Semarang. Dia berhasil melipatgandakan kekayaan ayahnya yang memang sudah sangat besar. Pola yang diterapkannya dengan metode diversifikasi bisnis.
Dia mendapatkan uang tetap dari opium lalu menggunakannya untuk membesarkan usaha dibidang yang lain. Beberapa di antaranya pendirian industri gula, pabrik penggilingan, dan juga usaha perkebunan. Oleh Joe Studwell dalam bukunya Asian Godfather: Menguak Tabir Perselingkuhan Pengusaha dan Penguasa, ia disebut sebagai salah satu godfather besar di Asia.
Joe menuliskan bahwa para pemimpin usaha yang kaya-raya kebanyakan berasal dari Cina. Hal ini berkaitan dengan migrasi besar masyarakat Cina pada abad ke-19. Ada banyak catatan yang mengatakan bahwa pergolakan dari perang saudara yang terjadi di negara tersebut membuat sebagian besar penduduknya bermigrasi ke luar negeri. Kemudian dengan dukungan teknologi perkapalan yang semakin canggih, masyarakat Cina ini akhirnya sampai ke beberapa daerah di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, atau Indonesia. Populasi imigran Cina paling banyak terdapat di Indonesia dengan jumlah sekitar 23 juta jiwa saat itu.
Kebanyakan mereka memulai usaha dengan dibantu oleh sanak kerabat yang sudah lebih dulu merantau ke Indonesia atau negera yang lain. Lebih khusus di Indonesia, posisi ekonomi mereka menjadi semakin kuat ketika kolonialisme Belanda menguasai negara dengan lima pulau besar itu.
Oleh Belanda, peran kunci ekonomi diserahkan kepada orang Cina. Mereka adalah pengumpul segala jenis pajak dan juga melakukan monopoli usaha. Seperti pajak penjagalan atau hak untuk mengoperasikan pasar-pasar berlisensi. Tapi, pajak terbesar didapatkan dari manufaktur dan juga penjualan opium. Belanda juga memuliakan sebagian orang Cina yang loyal dengan Kolonial itu. Tidak mengherankan jika segelintir orang tersebut akhirnya berkembang menjadi godfather.
Istilah godfather, menurut Joe, memang diambil dari hasil karya Mario Puzo. Sebuah istilah yang merefleksikan tradisi paternalisme, kekuasaan laki-laki, penyendirian, dan mistik yang benar-benar menjadi kisah para taipan Asia. Seperti halnya yang telah dibuat oleh Mario Puzo, para godfather Asia juga terlibat dengan berbagai tindak kecurangan ekonomi, seperti penyelundupan dan terkoneksi erat dengan perjudian. \"Tapi, bukan berarti mereka adalah bos-bos mafia,\" tulis Joe.
Di Indonesia, para taipan atau godfather ini tidak mengalami masa yang indah pada zaman Sukarno. Beberepa aset mereka diambil-alih oleh negara. Namun, ketika terjadi pergolakan politik berdarah pada tahun 1965, Soeharto kembali membuka keran-keran ekonomi bagi mereka. Presiden kedua itu juga mampu menggunakan kekuatan ekonomi untuk mendukung sisi-sisi militer.
Sehingga, munculah nama Liem Sioe Liong yang sudah mengenal Soeharto pada 1950 karena beberapa transaksi komersil. Selama perang melawan Belanda, Liem dan saudara-saudaranya menyediakan modal untuk tentara Republik. Dua hal inilah yang kemudian membuatnya dekat dengan beberapa perwira tinggi, sehingga dia menerima monopoli impor cengkih secara total. Tidak berhenti di situ, Liem juga melakukan diversifikasi ke industri semen, gula, tepung, dan kopi. Proses ini membuktikan adanya imbalan hubungan antara kekuasaan politik dan pengusaha Cina.
Buku setebal 387 halaman ini tidak hanya mengulas tentang sejarah bagaimana para taipan Asia dapat menguasai perekonomian di wilayah Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, dan Hong Kong. Di bagian kedua, Joe mengungkapkan bagaimana seorang individu mulai melebarkan jaring-jaringnya untuk menjadi seorang godfather.
Pekerja keras
Sebenarnya tidak mengherankan jika orang-orang Cina bisa mendapat sebutan godfather dalam perkonomian Asia. Mereka berasal dari kaum yang mau bekerja keras. Seperti misalnya taipan terkaya di Asia yang hidup di Hong Kong, Li Ka-Shing. Dia datang di Hong Kong tanpa uang sepeser pun, tetapi mampu membangun usaha yang besar. Dia bahkan harus meninggalkan sekolah pada umur 15 tahun karena harus memikul tanggung jawab ekonomi keluarga.
Tapi, bukan sekadar bekerja keras, para godfather ini juga memiliki cara-cara tertentu untuk bisa mengakselerasi kedudukannya menjadi yang paling tinggi. Misal, dengan menikahi putri bosnya, seperti yang dilakukan oleh Lee Kong Chian dari Singapura. Setelah menikah, dia menjadi sejahtera selama tujuh tahun dengan menjadi bendahara mertuanya yang juga merupakan atasannya. Kemudian dia mulai membangun perusahaanya sendiri dengan modal yang sudah didapatkannya itu.
Para godfather ini juga sangat ahli dalam menjaga kerahasiaan. Mereka bahkan enggan berurusan dengan media. Orang-orang seperti Quek Leng Chan dari Malaysia merupakan taipan yang besar, namun citranya sengaja dibuat kabur di depan publik. Ada pula Kwek Leng Beng, sepupunya, yang sangat berhati-hati dalam memilih kata-kata. Dia tidak akan mengeluarkan pernyataan kecuali yang sudah disiapkannya.
Lalu untuk menjaga keutuhan bisnis besar yang telah didiversifikasi, mereka tentu menjaga sebuah aliran pokok uang yang bisa diibaratkan sebagai gunung es emas yang meleleh perlahan. Biasanya mereka menggunakan kekuatan monopoli atau oligopoli untuk memastikan uang tetap berada pada tempatnya. Seperti halnya Stanley Ho yang mendapatkan monopoli Makau dalam segala bentuk perjudian pada 1961, atau Liem Sioe Liong yang memegang monopoli impor cengkih di Indonesia.
Angkat budak kepala
Untuk menghasilkan uang yang sangat banyak tentunya seseorang harus menghabiskan waktunya berjam-jam hanya untuk bekerja. Tetapi, waktu kerja para godfather ini berbeda dengan eksekutif besar lainnya. Mereka menjalankan pekerjaanya selayaknya gaya hidup, seperti bermain golf dan bertemu kolega baru untuk menjalin bisnis baru, atau atau pergi ke tukang pijat untuk melemaskan diri.
Untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan berat mereka menggunakan seseorang yang bisa disebut sebagai budak kepala. Orang seperti ini memiliki gaji yang sangat tinggi, lalu karena kedekatannya dengan godfather, orang-orang ini bisa menjadi sangat setia.
Jelaskan Juga Sebab-Akibat
Meski penuh dengan istilah-istilah yang kurang dimengerti oleh orang awam, pengalaman Joe Studwell menjadi jurnalis di kawasan Asia membuatnya mampu mengalirkan cerita yang jelas dan rinci tentang para godfather ini. Penjelasan tidak hanya berhenti pada unsur sejarah, tetapi juga pada sebab akibat yang membuat mereka menempati posisi tinggi tersebut. Joe tidak hanya menyebutkan para cukong dari etnis Cina, tetapi juga para godfather asli Indonesia, seperti Aburizal Bakrie atau keluarga Kalla.
kim
www.dinamikaebooks.com
0 komentar:
Posting Komentar