Kamis, 05 Maret 2009

[resensi buku] Jalan Hidup Seorang Samurai

M Iqbal Dawami, http://resensor.blogspot.com

The Way of The Warrior, sebuah novel legendaris dari negeri sakura yang berlatar belakang peristiwa pertempuran Mikata ga Hara pada tahun 1572. Novel ini berkisah tentang jalan hidup seorang samurai yang diyakini sebagai kelas tertinggi di masa keshogunan Tokugawa.

Menjadi samurai dikenal sebagai jalan ksatria yang berbekal kepiwaian berperang dengan didasarkan loyalitas dan kepatuhan yang tinggi terhadap sang penguasa. Kewajiban utamanya adalah pengabdian yang tanpa ragu kepada tuannya, sampai pada taraf dimana ia bersedia mengorbankan nyawanya jika itu yang diminta darinya.

Seorang samurai akan teguh berpegang pada kode bahwa segala sesuatu diawali dan diakhiri dengan kehormatan.

Shimomura Jimmu, anak laki-laki berusia 10 tahun putra dari keluarga Shimomura Lord Kensu, kehilangan segalanya ketika sang ayah melakukan seppuku akibat dipermalukan oleh Choju Ankan. Sang ayah dianggap sudah mencorengkan aib keluarganya.

Begitu memalukan hingga sang kaisar memutuskan bahwa nama Shimomura tak boleh lagi ada, dan seluruh harta bendanya harus dikorbankan. Lord Kensu menikam perutnya sendiri, dengan tanto—belati—miliknya. Hanya dengan merobek tubuhnya ia bisa menunjukkan kepada orang lain bahwa jiwanya akan tetap berani dan murni dalam menghadapi kecemaran. Dan ibunya menelan racun terlebih dahulu, menjalani kematian secara perlahan sekaligus menyakitkan.

Setelah semuanya lenyap, Jimmu hanya punya satu tujuan suci yaitu menjadi seorang samurai untuk membalaskan dendam sang ayah serta memulihkan nama baik keluarganya. Ia melatih diri bersama Araki Nichiren, guru sekaligus ayah pengganti yang dulunya adalah pengawal samurai kepercayaan ayahnya. Jimmu menjalani tujuh tahun lebih dalam gemblengan Nichiren. Sampai usianya yang ke tujuh belas, ketika Nichiren akhirnya menjadi lemah dan menemui kematiannya, Jimmu nyaris bisa mendengar Nichiren melangkah di sampingnya dengan mengulang kata-kata: "Darah Lord Ankan akan membersihkan aib ayahmu, kau harus membalaskan dendam ayahmu dengan membunuh orang itu, dan barulah kau pantas disebut putra Lord Kensu, dan kematianmu akan jadi suatu kebanggaan."

Dengan modal keahliannya bertarung, Jimmu bertekad menemukan Lord Ankan dan menyamar sebagai samurai yang ingin mengabdi kepada Lord Ankan. Jimmu diterima menjadi penjaga kastil Mitsukage keluarga Choju Ankan dan mulai membuat perencanaan untuk mengintai mangsanya. Ia sudah mempersiapkan segalanya, mempelajari tata letak kastil dan menyelidiki keadaan.

Takdir yang dipilihkan untuk Jimmu telah menyeretnya berada di tengah-tengah kastil Mitsukage, di antara gerombolan penjaga kastil yang seolah melemahkan dirinya sebagai bocah petani yang hina. Namun di situlah Jimmu memperjuangkan reputasinya sebagai samurai tangguh yang tak mudah dikalahkan. Ia mendapatkan kepercayaan berlebih dari Lord Ankan, dan dipercaya menjadi pengawal putri kesayangannya. Gadis yang telah mengagetkannya di tengah malam ketika ia berlatih membuat rute pembunuhan Lord Ankan.

Kisah ini nyaris berjalan mulus dengan peristiwa-peristiwanya yang cukup melegakan perasaan pembacanya. Hanya saja klimaks dari novel ini akan cukup mengagetkan pembaca. Ada intrik yang begitu menegangkan semenjak meletusnya pertempuran antara pasukan Takeda dengan pasukan Ieyasu dan sekutu-sekutunya. Takdir telah menentukan kalau Jimmu harus terjun ke medan perang bersama Choju Ankan. Dan inilah kesempatan yang sudah dinanti-nantikannya, Ankan akan mati di tangannya tanpa sempat mencicipi manisnya kemenangan dalam peperangan ataupun pahitnya kekalahan. Akan tetapi kenyataan menjadi lain, ketika Lord Ankan menunjukkan keberaniannya dan rela mati demi sekutu-sekutunya.

Menjelang akhir kisah ini Jimmu seolah mempertanyakan takdir yang telah dijalaninya selama bertahun-tahun. Ia merasa ada sebuah penghianatan dan kebohongan besar dalam kehidupan masa lalunya. Pergulatan batinnya berbicara lain, bertentangan dengan keyakinan yang sudah dicekokkan selama hidupnya bersama Nichiren. Sosok Lord Ankan yang diyakininya sebagai musuh yang keji dan licik justru menampakkan pemandangan yang amat mengesankannya. Jimmu dapat melihat ketulusan yang memancar dari mata Choju Ankan, jauh dengan kenangan dirinya sendiri bersama ayahnya yang kaku dan keras. Terlebih putri Lord Ankan sendiri, Jimmu kerap memimpikannya dan terpesona oleh kecantikannya.

Jimmu gagal menghabisi nyawa Lord Ankan di tengah perang yang memberinya banyak kesempatan untuk membayar semuanya. Perasaannya menjadi kabur, kekuatan dan keteguhan hatinya mendadak surut. Seluruh latihan, perencanaan, serta perjuangannya sia-sia. Semuanya menjadi jelas bahwa ia hanya diperalat oleh pengawal ayahnya yang sangat membenci Lord Ankan saudara tirinya sendiri. Kebohongan Nichiren sudah mengubah diri Jimmu menjadi seseorang yang bukan dirinya. Pada akhirnya Jimmu telah menemukan kebenaran, ia bertekad menjadi samurai Choju Ankan dan bersumpah untuk mengabdikan diri sepenuhnya.

Novel ini sarat nilai sejarah, memiliki gaya bahasa yang menarik dan mudah dimengerti. Banyak hal dalam novel ini yang bisa dipelajari selain dari yang telah penulis sebutkan. Di antaranya kebiasaan bunuh diri di kalangan ksatria Jepang dengan membelah perutnya, yang dikenal dengan istilah seppuku. Juga bagaimana kesetiaan para samurai terhadap tuannya.

M Iqbal Dawami
Penikmat sastra, tinggal di Jogjakarta


www.dinamikaebooks.com

0 komentar: