by: Ari Ambarwati
BELAJAR seringkali dianggap "hantu" bagi sang buah hati. Kalaupun bukan berwujud seperti hantu, belajar terlihat seperti beban yang harus dihindari. Dan, orangtua kerap kesal dengan argumentasi yang diajukan sang buah hati pada saat menyuruhnya belajar, seperti "Tanggung nih Ma, ini film kartun kesukaan Adik." "Sebentar lagi, Pa! Adik kan masih asyik main game, tanggung nih." "Males, ah! Besok kan gak ada ulangan!" Mungkin salah satu dari argumentasi di atas pernah dilontarkan sang buah hati kepada Anda.
Pada dasarnya, setiap orang memiliki gaya belajar yang paling disukainya, tak terkecuali anak-anak. Apakah tergolong pembelajar auditori, visual, kinestetik, atau taktil. Masing-masing gaya belajar punya cara tersendiri untuk bisa terfokus, berkonsentrasi, dan mampu menyerap informasi. Orangtua yang bijak perlu memahami dominasi gaya belajar pada buah hatinya agar bisa dengan mudah mengarahkan dan melejitkan potensinya.
Buku ini dihadirkan untuk menjembatani persepsi orangtua dan anak mengenai belajar. Buku ini juga dilengkapi alat tes untuk menilai dominasi gaya belajar pada anak dan orangtua yang akan memudahkan orangtua mengambil tindakan, tetapi disukai oleh anak. Orangtua tak perlu lagi "marah-marah" untuk memaksakan anaknya belajar. Dan, dengan senang hati dan kesadarannya sendiri, anak akan memahami bahwa belajar adalah "sesuatu" yang harus dilakukan dengan cara menyenangkan. Mari kita ciptakan proses belajar seasyik bermain.
Pada dasarnya, setiap orang memiliki gaya belajar yang paling disukainya, tak terkecuali anak-anak. Apakah tergolong pembelajar auditori, visual, kinestetik, atau taktil. Masing-masing gaya belajar punya cara tersendiri untuk bisa terfokus, berkonsentrasi, dan mampu menyerap informasi. Orangtua yang bijak perlu memahami dominasi gaya belajar pada buah hatinya agar bisa dengan mudah mengarahkan dan melejitkan potensinya.
Buku ini dihadirkan untuk menjembatani persepsi orangtua dan anak mengenai belajar. Buku ini juga dilengkapi alat tes untuk menilai dominasi gaya belajar pada anak dan orangtua yang akan memudahkan orangtua mengambil tindakan, tetapi disukai oleh anak. Orangtua tak perlu lagi "marah-marah" untuk memaksakan anaknya belajar. Dan, dengan senang hati dan kesadarannya sendiri, anak akan memahami bahwa belajar adalah "sesuatu" yang harus dilakukan dengan cara menyenangkan. Mari kita ciptakan proses belajar seasyik bermain.
www.mediabuku.com
0 komentar:
Posting Komentar