Kamis, 20 November 2008

Fikih Seksual

by: Majdi Muhammad, Aziz Ahmad al-Aththardan Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya seorang suami yang memandang istrinya dan istrinya pun
memandangnya (dengan syahwat), maka Allah akan memandang dua insan tersebut
dengan pandangan rahmat. Dan jika suami itu memegang telapak tangan istrinya
dengan maksud mencumbunya atau menjimaknya, maka dosa-dosa kedua insan itu
akan berjatuhan dari sela-sela jemarinya."  (HR Maisarah bin Ali dan Imam Rafi'i dari Abu Said al-Khudri)

"Dalam berjimak terdapat puncak kenikmatan, puncak kasih sayang terhadap kekasih tercinta, pahala, sedekah, kesenangan jiwa, hilangnya pikiran-pikiran kotor, pudarnya ketegangan, badan terasa ringan dan bertambah sehat dan bisa melampiaskan cumbuan. Jika jimak itu sengaja dilakukan untuk kebaikan, melampiaskan kasih sayang, kerinduan, kesenangan dan mengharapkan pahala maka itulah kenikmatan yang tidak bisa ditandingi kenikmatan apa pun. Terlebih lagi jika persetubuhan itu dilakukan hingga mencapai puncak orgasme." (Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah)

Selain demi melanjutkan keturunan (prokreasi), berhubungan seksual juga sumber kesenangan (re-kreasi).* Lebih dari itu, agama memandang aktivitas seks bagi suami istri sebagai ibadah.
Rasulullah Saw. bersabda, "Dalam hubungan intim yang kamu lakukan di antara kamu ada sedekah." Para sahabat heran, "Wahai Rasul, ketika salah seorang di antara kami memuaskan gairah seksualnya, apakah ia akan mendapat pahala untuk itu?" "Tidakkah kamu berpikir bahwa jika ia melakukannya secara tidak sah ia berdosa? Dengan demikian, jika ia melakukannya secara sah, ia mendapat pahala," jawab beliau (HR Muslim).

Bahkan—dalam hadis lain—ketika seorang suami memandang istrinya atau sebaliknya dengan penuh syahwat untuk bercumbu atau berjimak, Allah memandang mereka dengan pandangan rahmat. Pastinya, hadis ini hanya berarti jika perbuatan seksual dilakukan jauh di atas hubungan fisik semata. Maka, muslim yang baik perlu memahami tuntunan Islam mengenai seks  agar perilaku dan kebutuhan seksnya mengantarkan pada kenikmatan, kesenangan, kesehatan, serta keindahan lahir dan batin—mempunyai nilai di hadapan Allah.
------------------------------
* berarti juga penciptaan kembali, karena seks bukan bebas nilai, melainkan modus penciptaan ilahiah.


www.dinamikaebooks.com

0 komentar: