Jumat, 24 Juli 2009

The Tarix Jabrix 2

by: Jamal
Dadang. Da ... dang Begadang. Da ... Dadang Ha ... reudang, Da ... Dadang Solihin, Da ... dang Sumedang. Sampai habis nama berabjad D, nama Dadang tak muncul juga meski dia sudah mempertajam matanya dengan model night-vision dilengkapi infra-red untuk melihat akurasi nama pada daftar.
 
The Tarix Jabrix sedang dilema. Nama mereka tidak ada dalam daftar calon mahasiswa perguruan tinggi negeri. Mereka akhirnya memutuskan untuk tinggalkan Bandung. Tujuan mereka jelas: Jakarta. Alasannya pun terang-benderang: kuliah.
 
Namun, ternyata semua tak seindah dulu. Ciko, Coki, Cacing, dan Mulder harus berpisah dengan sobat mereka, Dadang Modif. Dadang terpaksa tinggal di Bandung karena harus bantu bapaknya urus bengkel. Sedikit demi sedikit, geng The Tarix Jabrix mulai merasa terlalu banyak melanggar kode etik per-Jabrix-an. Dimulai dengan menjual motor Ciko, Coki, dan Cacing untuk membeli VW Combi. Masa geng motor naiknya mobil?
 
Belum selesai satu persoalan, muncul persoalan lain. Mereka harus memecahkan misteri penculikan seorang bocah perempuan. Tuntutannya sangat klise, meminta tebusan uang. Namun, jejak yang ditinggalkan alangkah ajaibnya: sebuah helm yang dikenakan oleh penjual gorengan. Misteri semacam ini pastilah tidak akan bisa dipecahkan hanya dengan cara ronda keliling kompleks yang sudah dijaga satpam. Sepakat?


www.mediabuku.com

0 komentar: