by: Ihsan Tandjung
Hakikat hidup manusia adalah kesadaran menuju Tuhan. Dalam zaman yang bergerak begitu cepat, terlalu bising, dan riuh, kesadaran semacam itu silap. Terselip dalam berbagai lipatan keriuhan hidup. Terselip dalam tumpukkan pekerjaan. Terlipat dalam lekukan masalah keduniaan yang fana. Tertutup oleh kamuflase keindahan sementara yang terus berjejal memenuhi kepala.
Perjalanan menuju hakikat, menjadi perjalanan sepi. Karena di jalan ini, seseorang harus melangkah dengan penuh ketundukan dan kepasrahan akan takdir dirinya. Sensitifitas rasa syukur akan karunia Allah yang melimpah-ruahi diri, dipertanggungjawabkan detail. Maka, hanya hamba terpilih menempuh jalan ini. Saat yang lain, memilih berjalan mendongak dengan dada membusung.
Sebuah rangkaian perenungan yang menggetarkan keimanan. Wawasan dan daya tutur penulisnya mampu membawa kembali juga mengantarkan pembaca, pada sebuah kesadaran hakiki. Betapa tak mudahnya perjalanan mencapai jannah.
Perjalanan menuju hakikat, menjadi perjalanan sepi. Karena di jalan ini, seseorang harus melangkah dengan penuh ketundukan dan kepasrahan akan takdir dirinya. Sensitifitas rasa syukur akan karunia Allah yang melimpah-ruahi diri, dipertanggungjawabkan detail. Maka, hanya hamba terpilih menempuh jalan ini. Saat yang lain, memilih berjalan mendongak dengan dada membusung.
Sebuah rangkaian perenungan yang menggetarkan keimanan. Wawasan dan daya tutur penulisnya mampu membawa kembali juga mengantarkan pembaca, pada sebuah kesadaran hakiki. Betapa tak mudahnya perjalanan mencapai jannah.
www.mediabuku.com
0 komentar:
Posting Komentar