Batam Pos, Minggu, 01 November 2009
Menjadi orang terkaya di dunia merupakan impian paling romantis, dan sekaligus banyak cara untuk mengejawantahkannya. Kerja keras dan kesungguhan, adalah bagian tubuh yang tak bisa terpisahkan dari usaha menjadi kaya (be succes). Tetapi semua itu belum cukup menjadi tumpuan harapan. Seseorang perlu keterampilan dan kecerdasan untuk menyertai etos kerjanya, atau menciptakan kompetensi dalam diri, sebagai providensi jurus untuk menaklukkan para pesaing, baik siapapun, kapanpun dan dimanapun.
Dialah Warren Buffett, sosok bisnisman legendaris yang kekayaannya pernah menduduki urutan pertama di dunia, mengalahkan kuantitas kekayaan semua orang diseantero dunia. Ketajaman berpikir, kelihaiannya membaca peluang bisnis, dan etos kerja keras, mengantarkannya menjadi manusia terkenal dengan julukan "orang terkaya di dunia". Lalu bagaimana langkah kongkrit menjadi orang kaya dan sukses seperti Warren Buffett?
Buku ini berisikan tentang kisah kehidupan Warren Buffett (sebuah biografi), tertulis oleh Roger Lowenstein secara rinci dan sistematis, sehingga mudah untuk ditelaah. Sebagai deskripsi, seorang Buffett kecil, ia tidak terlihat mempunyai bakat kelak akan menjadi orang terkaya di dunia. Tapi sebaliknya, bakat itu muncul ketika ia berumur sekitar tujuh tahun. Buffett menggantungkan cita-cita setinggi langit untuk menjadi orang terkaya di dunia, hingga keluar gumamnya yang tak terlupakan "nanti kalau uangku sudah banyak, kugunakan untuk apa? Begitulah harapan mempunyai uang berlimpah seorang anak yang belum mengerti hiruk pikuk dunia.
Berangkat dari pertanyaan yang mengusik pikiran itu, perasaan Buffet kecil mulai gelisah.'Bagaimana aku mendapatkan uang banyak"itu, senantiasa menjadi homework yang menuntutnya untuk diselesaikan. Mulai saat itu, Buffett tertarik dengan namanya saham, dan ketika teman-temannya terpesona dengan pesawat terbang mainan, Buffett justru lebih familiar dengan saham dan obligasi. Ia sering mendatangi perusahaan Pialang Howard untuk mengamati pasang surutnya nilai saham.
Berbekal pengalaman dari ayahnya, Buffett juga sering ikut menandatangani sertifikat saham dan obligasi yang disimpan di balik jeruji berpelat emas di kantor sang ayah. Di mata Buffett, saham dan obligasi seperti memiliki daya tarik misterius, sehingga di rumah Buffett mulai menyusun daftar harga saham sendiri, mengamati fluktuasinya, dan ia mulai terpukau dengan ide-ide untuk menguraikan polanya.
Di usianya yang masih sebelas tahun, ia berani terjun kepasar saham dengan membeli tiga saham senilai US$38 per lembar, ketika Cities Service ajnlok ke level 27. Ia mencoba serius dengan menunggu hingga sahan mulai pulih mejadi level ke 40, saat itu Buffett baru kemudian mejualnya. Ia meraup laba pertamanya dibursa saham sebesar US$5 setelah dipotong komisi. Ketika ia menjual sahamnya Cities Service kembali merangkak naik level ke 200. Itu merupakan pelajaran pertamanya ihwal kesabaran.
Buffett terkenal sebagai sosok yang sangat kritis, disiplin dan menghargai betapa pentingnya waktu. Ia tahu kapan harus melakukan dan membagi pekerjaan yang harus diselesaikan. Setiap minggu, walau dalam musim amat dingin, ia pergi ke gereja, bukan tujuan utamanya beribadah, melainkan menghitung masa hidup rohaniawan gereja. Dengan tujuan ingin tahu apakah kepercayaan akan membuahkan umur yang lebih panjang. Bukan kepercayaan akan dunia setelah kematian, akan tetapi hal yang berhubungan dengan kemungkinan untuk hidup lebih lama di dunia nyata ini..
Kemahiran Buffett dalam membaca pasar saham terus berkembang hingga ia dewasa. Para pemegang saham publik yang berinvestasi dengan Buffett pun turut banyak menikmati kesuksesan, dan dalam rasio dengan modal yang sama seperti yang berlaku bagi Buffett. Angka keuntungan dari modal nyaris tak terbayangkan yaitu per orang memiliki modal US$10.000 ketika Buffett mengawali kariernya dengan bekerja di ruang baca di Omaha tahun 1956 dipenghujung tahun 1995 ia sendiri memiliki nilai saham sebesar US$125 juta. Betapa kuantitas yang luar biasa.
Walau demikian, bagi Buffett itu bukan merupakan angka fantastis. Sikapnya yang sedehana, melambungkan kasrisma Buffett di kota Wall Street. Setiap tahun sekali para pengikut dan profesional finansial berduyun-duyun ke Omaha untuk mendengarkan Buffett mengkonstruksikan seluk beluk investasi, bisnis, dan keuangan. Saat itu pertemuan tahunannya menjadi bagian dari budaya Amerika, setara dengan konser Elbis atau kebangkitan religius yang besar.
Buku inspirasi tentang kesuksesan Buffett yang melegenda di dunia bisnis ini, memang enak dibaca dan terkesan luar biasa bagi yang faham tentang dunia bisnis. Tetapi di sisi lain, penulis kurang sempurna dalam menguak sisi dibalik kesuksesan "inner succes" dari sang Buffett. Banyak hal yang berhubungan dengan kesabaran, kejujuran dan sifat adil yang dipegang teguh oleh Buffett sebagai keberanian mendaki liku-liku tangga sukses, tidak banyak tersurat di dalamnya.
Sebenarnya jika disingkap secara inplisit, faktor yang paling banyak mendukung suksesnya Buffett adalah sifat sabar dan kejujuran dalam berelasi dengan patner bisnis. Siapapun merasa aman dan enjoy berinvestasi dengan Buffett. Sebab sifat dan karakternya termasuk orang yang benar-benar bisa dipercaya, adil, terbuka, dan jujur dalam tugas dan penyampaian hasil kerjanya.
Inilah yang perlu disayangkan, sifat-sifat Buffett yang seharusnya patut dicontoh oleh pembaca, kurang begitu mengisi lembaran-lembaran dari buku ini. sehingga muncul kesan bahwa penulis hanya monoton dan mengkerucut dalam hal pengisahan sang master Buffett "orang terkaya di dunia".
* Fuad Hasansy
Menjadi orang terkaya di dunia merupakan impian paling romantis, dan sekaligus banyak cara untuk mengejawantahkannya. Kerja keras dan kesungguhan, adalah bagian tubuh yang tak bisa terpisahkan dari usaha menjadi kaya (be succes). Tetapi semua itu belum cukup menjadi tumpuan harapan. Seseorang perlu keterampilan dan kecerdasan untuk menyertai etos kerjanya, atau menciptakan kompetensi dalam diri, sebagai providensi jurus untuk menaklukkan para pesaing, baik siapapun, kapanpun dan dimanapun.
Dialah Warren Buffett, sosok bisnisman legendaris yang kekayaannya pernah menduduki urutan pertama di dunia, mengalahkan kuantitas kekayaan semua orang diseantero dunia. Ketajaman berpikir, kelihaiannya membaca peluang bisnis, dan etos kerja keras, mengantarkannya menjadi manusia terkenal dengan julukan "orang terkaya di dunia". Lalu bagaimana langkah kongkrit menjadi orang kaya dan sukses seperti Warren Buffett?
Buku ini berisikan tentang kisah kehidupan Warren Buffett (sebuah biografi), tertulis oleh Roger Lowenstein secara rinci dan sistematis, sehingga mudah untuk ditelaah. Sebagai deskripsi, seorang Buffett kecil, ia tidak terlihat mempunyai bakat kelak akan menjadi orang terkaya di dunia. Tapi sebaliknya, bakat itu muncul ketika ia berumur sekitar tujuh tahun. Buffett menggantungkan cita-cita setinggi langit untuk menjadi orang terkaya di dunia, hingga keluar gumamnya yang tak terlupakan "nanti kalau uangku sudah banyak, kugunakan untuk apa? Begitulah harapan mempunyai uang berlimpah seorang anak yang belum mengerti hiruk pikuk dunia.
Berangkat dari pertanyaan yang mengusik pikiran itu, perasaan Buffet kecil mulai gelisah.'Bagaimana aku mendapatkan uang banyak"itu, senantiasa menjadi homework yang menuntutnya untuk diselesaikan. Mulai saat itu, Buffett tertarik dengan namanya saham, dan ketika teman-temannya terpesona dengan pesawat terbang mainan, Buffett justru lebih familiar dengan saham dan obligasi. Ia sering mendatangi perusahaan Pialang Howard untuk mengamati pasang surutnya nilai saham.
Berbekal pengalaman dari ayahnya, Buffett juga sering ikut menandatangani sertifikat saham dan obligasi yang disimpan di balik jeruji berpelat emas di kantor sang ayah. Di mata Buffett, saham dan obligasi seperti memiliki daya tarik misterius, sehingga di rumah Buffett mulai menyusun daftar harga saham sendiri, mengamati fluktuasinya, dan ia mulai terpukau dengan ide-ide untuk menguraikan polanya.
Di usianya yang masih sebelas tahun, ia berani terjun kepasar saham dengan membeli tiga saham senilai US$38 per lembar, ketika Cities Service ajnlok ke level 27. Ia mencoba serius dengan menunggu hingga sahan mulai pulih mejadi level ke 40, saat itu Buffett baru kemudian mejualnya. Ia meraup laba pertamanya dibursa saham sebesar US$5 setelah dipotong komisi. Ketika ia menjual sahamnya Cities Service kembali merangkak naik level ke 200. Itu merupakan pelajaran pertamanya ihwal kesabaran.
Buffett terkenal sebagai sosok yang sangat kritis, disiplin dan menghargai betapa pentingnya waktu. Ia tahu kapan harus melakukan dan membagi pekerjaan yang harus diselesaikan. Setiap minggu, walau dalam musim amat dingin, ia pergi ke gereja, bukan tujuan utamanya beribadah, melainkan menghitung masa hidup rohaniawan gereja. Dengan tujuan ingin tahu apakah kepercayaan akan membuahkan umur yang lebih panjang. Bukan kepercayaan akan dunia setelah kematian, akan tetapi hal yang berhubungan dengan kemungkinan untuk hidup lebih lama di dunia nyata ini..
Kemahiran Buffett dalam membaca pasar saham terus berkembang hingga ia dewasa. Para pemegang saham publik yang berinvestasi dengan Buffett pun turut banyak menikmati kesuksesan, dan dalam rasio dengan modal yang sama seperti yang berlaku bagi Buffett. Angka keuntungan dari modal nyaris tak terbayangkan yaitu per orang memiliki modal US$10.000 ketika Buffett mengawali kariernya dengan bekerja di ruang baca di Omaha tahun 1956 dipenghujung tahun 1995 ia sendiri memiliki nilai saham sebesar US$125 juta. Betapa kuantitas yang luar biasa.
Walau demikian, bagi Buffett itu bukan merupakan angka fantastis. Sikapnya yang sedehana, melambungkan kasrisma Buffett di kota Wall Street. Setiap tahun sekali para pengikut dan profesional finansial berduyun-duyun ke Omaha untuk mendengarkan Buffett mengkonstruksikan seluk beluk investasi, bisnis, dan keuangan. Saat itu pertemuan tahunannya menjadi bagian dari budaya Amerika, setara dengan konser Elbis atau kebangkitan religius yang besar.
Buku inspirasi tentang kesuksesan Buffett yang melegenda di dunia bisnis ini, memang enak dibaca dan terkesan luar biasa bagi yang faham tentang dunia bisnis. Tetapi di sisi lain, penulis kurang sempurna dalam menguak sisi dibalik kesuksesan "inner succes" dari sang Buffett. Banyak hal yang berhubungan dengan kesabaran, kejujuran dan sifat adil yang dipegang teguh oleh Buffett sebagai keberanian mendaki liku-liku tangga sukses, tidak banyak tersurat di dalamnya.
Sebenarnya jika disingkap secara inplisit, faktor yang paling banyak mendukung suksesnya Buffett adalah sifat sabar dan kejujuran dalam berelasi dengan patner bisnis. Siapapun merasa aman dan enjoy berinvestasi dengan Buffett. Sebab sifat dan karakternya termasuk orang yang benar-benar bisa dipercaya, adil, terbuka, dan jujur dalam tugas dan penyampaian hasil kerjanya.
Inilah yang perlu disayangkan, sifat-sifat Buffett yang seharusnya patut dicontoh oleh pembaca, kurang begitu mengisi lembaran-lembaran dari buku ini. sehingga muncul kesan bahwa penulis hanya monoton dan mengkerucut dalam hal pengisahan sang master Buffett "orang terkaya di dunia".
* Fuad Hasansy

www.mediabuku.com


0 komentar:
Posting Komentar