by: Fajar Nugros, Artasya Sudirmandan
"Jika karpet itu berganti lima kali, aku akan menjumpaimu di tempat dua ular saling berlilitan pada tongkatnya, saat Proklamasi dibacakan."
Siapa yang peduli dengan karpet tua depan lift di Perpustakaan Nasional, apalagi tentang kapan bergantinya? Mungkin hanya Mamen
dan cintanya. Ya, cinta yang diuji oleh Adriana dalam teka-teki demi teka-teki.
"Harinya adalah tiga hari setelah Fatahillah mengusir Portugis dari Pelabuhan Sunda Kelapa. Masanya sampai pada Perang Diponegoro. Namun orang-orang merana itu tahu, saat mati, jasad mereka akan merana terkubur jauh dari tanah tumpah darah mereka sendiri. Aku yang menunggumu adalah Adriana, pada mimpinya yang tak pernah mati."
Patung demi patung di Jakarta, museum, hingga kuburan Belanda menjadi simbol-simbol teka-teki cinta Adriana. Dibantu Sobar sahabatnya yang berotak encer, tekad Mamen membawanya kepada akhir, bahwa ternyata bukan hanya sejarah unik masa lalu yang tersimpan di benak Jakarta, namun pula impian dan cinta sejati.
Dengan bahasa yang mengalir cepat, khas anak muda, kocak, dan terkadang dramatis, novel ini dipenuhi dengan ide-ide yang berlompatan, serta kaya akan inspirasi dan petualangan.
www.mediabuku.com
0 komentar:
Posting Komentar