N. Mursidi, KORAN JAKARTA, 17 Juni 2010
SEJAK diselenggarakan pertama kali tahun 1930, perhelatan akbar Piala Dunia (World Cup) selalu mengundang hingar bingar. Olah raga paling populer sejagat itu -tak dumungkiri- menyedot perhatian penduduk bumi di seluruh dunia. Maklum, piala dunia tidak lagi sekedar permainan. Lebih dari itu, event piala dunia sudah melampaui batas lapangan hijau jadi simbol dari denyut nadi perjuangan ''nasionalisme'' sebuah bangsa, ritual dan religion global. Bahkan seiring kemajuan zaman, piala dunia sudah dikemas menjadi bisnis global.
Tapi, terlepas dari semua itu, sepak bola tetap sebuah pertandingan di atas lapangan hijau. Maka, ketika Piala Dunia digelar menampilkan perwakilan 32 negara, di lapangan hijau itu akan tersaji sebuah pertunjukan serupa drama --permainan adu skill, strategi, dan kekuatan untuk dapat jadi pemenang. Karena ujung dari pertandingan adalah kalah dan menang. Wajar jika dari lapangan hijau Piala Dunia itu: lahir pahlawan bola, bintang dan selebritis lapangan. Juga, setumpuk kisah seputar suka duka yang tidak hanya terjadi di lapangan, tetapi melampaui batas stadion.
Piala dunia memang memiliki ranah unik yang mirip panggung. Dari sejarah piala dunia pun menyisakan peristiwa menarik, heroik, lucu dan unik yang tidak saja terjadi di lapangan, melainkan juga di balik stadion. Giuseppe Meazza pernah meninggalkan kisah unik dalam pertandingan semifinal Piala Dunia tahun 1938. Dalam pertandingan melawan Brazil, Italia mendapat berkah pinalti setelah Domingos da Guia melakukan tackle terhadap Silvio Piola. Meazza jadi eksekutor. Tapi sebelum ia melakukan eksekusi, tali celananya putus. Penonton tertawa geli. Ia tak peduli, menarik bagian atas celana dengan mencekeram begitu saja. Drama itu membuat kiper Walter de Soza Goulart menahan geli. Tapi, Meazza tak peduli dan menata konsentrasi. Eksekusi sukses, Meazza digulung senang sampai mengangkat kedua tangannya dan lupa tali celananya putus sehingga hal itu menjadikan auratnya terbuka.
Piala dunia penuh kisah unik. Soal sepatu pun bisa menjadi tragedi. Team India, pernah berangkat ke laga Piala Dunia 1950 dengan tanpa sepatu, karena tak tahu kalau main bola di Piala Dunia harus mengenakan sepatu. Kisah tentang sepatu juga dialami Leonidas (di Piala Dunia 1938). Saat melawan Polandia, ia sempat membuat kontroversi --masuk lapangan tanpa sepatu. Praktis, ia diusir wasit Eklind dan diminta untuk memakai sepatu. Tapi, saat ia mencetak gol keempat yang memastikan kemenangan 6-5, ia tak memakai sepatu -setelah melepaskan sepatu dan mencelupkan kakinya ke lumpur untuk mengelabuhi wasit.
Kisah soal sepatu yang tak kalah unik dialami Just Fontaine waktu harus bertanding di Swedia 1958. Saat diputuskan untuk jadi pengganti Bliard, ia dicekam galau. Sepatu yang ia miliki rusak dan tak bisa dipakai. Untung, Stephane Bruey tanggap meminjamkan sepatunya. Tak disangka, berkat sepatu pinjaman itu, Fontaine mencetak 13 gol dalam enam laga.
Piala dunia memang permainan sepak bola, tapi tidak lepas dari unsur politik, ideologi, ras, ekonomi, dan agama. Hal itu menjadikan piala dunia penuh perseteruan yang tak jarang mengancam nyawa pemain. Kiper Inggris, Gordon Banks tak bisa bermain menghadang Jerman Barat di seperempat final (1970) justru dikabarkan karena keracunan. Luis Monti sempat diancam kematian. Saat mewakili Argentina di Piala Dunia 1930, ia diancam akan dibunuh jika Argentina menang. Saat mewakili Italia (1934), ia diancam pemimpin fasis Italia --jika Italia kalah lawan Cekoslovakia. Berbeda dengan Monti yang bisa lolos, Andreaz Escobar mengalami kematian tragis --ditembus 12 peluru karena ulah seorang yang kecewa: kalah di meja judi.
Buku karya Asep Ginanjar dan Agung Hasya ini, merekam kisah-kisah unik yang pernah terjadi di piala Dunia. Setumpuk peristiwa yang mengiringi Piala Dunia itu, diolah penulis dengan menampilkan 100 fakta unik -ditambah profil para pemain, pelatih, pahlawan sepak bola dalam Piala Dunia. Juga data dan fakta historis Piala Dunia 1930 hingga 2006. Tapi, setumpuk peristiwa dan cerita yang mengiringi sejarah Piala Dunia itu diulas secara singkat dan pendek.
Kendati demikian, kisah-kisah unik dalam buku ini bisa jadi semacam kaledioskop ringkas Piala Dunia 1930 hingga 2006. Apalagi, buku ini dilengkapi panduan singkat Piala Dunia 2010 dan jadwal pertandingan dari penyisihan grup hingga final. Hal itu menjadikan buku ini tidak saja akan menambah wawasan seputar Piala Dunia, melainkan juga pas menemani Anda dalam menoton Piala Dunia yang sekarang ini diselenggarakan di Afrika Selatan.
*) N. Mursidi, blogger buku dan penggemar bola, tinggal di Jakarta
www.mediabuku.com
0 komentar:
Posting Komentar