by: Adnan Katino
Sesungguhnya di tangan generasi mudalah urusan suatu umat dan di derap langkah merekalah kehidupannya...
Sepenggal kalimat di atas merupakan nasihat Arab yang sudah tak asing lagi di kalangan santri. Kaum muda memang memiliki peranan penting dalam meraih kesuksesan. Hal itulah yang disadari Adnan Kasimun, seorang putra Jawa kelahiran Sumatra. Ia percaya kesuksesan bukanlah ladang asing yang tak terjangkau. Terlahir di keluarga yang miskin ilmu dan harta tidak lantas menjadikan Adnan berpangku tangan menerima takdir kemiskinan. Ia sepenuhnya yakin nasib seseorang tidak akan berubah jika bukan dia sendiri yang mengusahakannya.
Berbekal tekad dan harapan meraih cita-cita menjadi sarjana pertama dalam keluarganya, Adnan pun hijrah meninggalkan kampung halaman. Dari pedalaman Sumatra Utara ia berkelana ke berbagai tempat, dari Kisaran ke Tapanuli, bahkan hingga ke Pare. Menuntut ilmu dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren lainnya, berkutat dengan pekerjaan kuli demi memenuhi kebutuhan hidup. Menelan duka, menyeka air mata, dan memendam rindu semata-mata demi mengangkat harkat keluarga. Tak dinyana, kenyataan tak seindah harapan. Mampukah Adnan bertahan di tengah gerus kehidupan yang keras ini?
Menggapai Matahari bercerita tentang "anak rimba" yang dimabuk semangat menggebu-gebu untuk menuntut ilmu agama, tanpa peduli kalau dia digelung kemiskinan. Dia keluar dari tengah rimba untuk nyantri di pesantren sederhana di Sumatra dan akhirnya berlabuh di Jawa. Sebuah hikayat perjalanan yang alami, sederhana, nakal, sarat perjuangan tapi berakhir dengan "anak rimba" menjadi pemenang.
---A. Fuadi, penulis novel Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna
Sepenggal kalimat di atas merupakan nasihat Arab yang sudah tak asing lagi di kalangan santri. Kaum muda memang memiliki peranan penting dalam meraih kesuksesan. Hal itulah yang disadari Adnan Kasimun, seorang putra Jawa kelahiran Sumatra. Ia percaya kesuksesan bukanlah ladang asing yang tak terjangkau. Terlahir di keluarga yang miskin ilmu dan harta tidak lantas menjadikan Adnan berpangku tangan menerima takdir kemiskinan. Ia sepenuhnya yakin nasib seseorang tidak akan berubah jika bukan dia sendiri yang mengusahakannya.
Berbekal tekad dan harapan meraih cita-cita menjadi sarjana pertama dalam keluarganya, Adnan pun hijrah meninggalkan kampung halaman. Dari pedalaman Sumatra Utara ia berkelana ke berbagai tempat, dari Kisaran ke Tapanuli, bahkan hingga ke Pare. Menuntut ilmu dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren lainnya, berkutat dengan pekerjaan kuli demi memenuhi kebutuhan hidup. Menelan duka, menyeka air mata, dan memendam rindu semata-mata demi mengangkat harkat keluarga. Tak dinyana, kenyataan tak seindah harapan. Mampukah Adnan bertahan di tengah gerus kehidupan yang keras ini?
Menggapai Matahari bercerita tentang "anak rimba" yang dimabuk semangat menggebu-gebu untuk menuntut ilmu agama, tanpa peduli kalau dia digelung kemiskinan. Dia keluar dari tengah rimba untuk nyantri di pesantren sederhana di Sumatra dan akhirnya berlabuh di Jawa. Sebuah hikayat perjalanan yang alami, sederhana, nakal, sarat perjuangan tapi berakhir dengan "anak rimba" menjadi pemenang.
---A. Fuadi, penulis novel Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna
www.mediabuku.com
0 komentar:
Posting Komentar