Sabtu, 27 Juni 2009

Kidung

by: Mohamad Sobary
Sobary, penulis novel ini, bersaksi: Novel bukan sejarah. Meskipun ditulis berdasarkan fakta sejarah dalam birokrasi yang dia pimpin, di sana-sini penulis berhak mengubah---mengurangi dan menambah---kedalaman, warna-warni dan renik-renik suatu momentum historis, untuk lebih menekankan titik dramatis dan menjadikannya lebih tajam, atau membuatnya lebih estetis, demi menegaskan bahwa---sekali lagi---novel bukan sejarah. Kecuali itu, novel memang tak dibebani kewajiban memanggul tugas etis maupun ilmiah agar tetap setia memenuhi ketepatan "sejarah sebagai rekonstruksi peristiwa", tetapi menjaga kewajiban etis untuk memelihara kebenaran "sejarah sebagai keutuhan dinamika sosiologis"---sejarah sebagai ilmu, yang memang merupakan ruh novel jenis ini.

Sejarah menjadi lebih berarti, lebih berbicara, ketika ditulis bukan sebagai sejarah, melainkan ketika ia mengejawantah dalam bentuk novel. Inilah cara Sobary menulis sejarah Partnership, organisasi penting tempat dia menjadi direktur selama tiga tahun, ikut bergulat dalam reformasi.

Ini pulalah cara Sobary menghadirkan organisasi besar ini ke tengah masyarakat. "Banyak cara kita mengucapkan terima kasih. Banyak cara kita mememberikan penghargaan tinggi atas sesuatu yang memang layak ditinggikan di mata dan di hati khalayak," katanya.

"Partnership---dan segenap tokoh penting di dalamnya---membukakan kesempatan menikmati momen-momen reflektif, ketika saya sedang suka dan bergairah, maupun saat duka, kehilangan inspirasi, dan butuh teman untuk ketawa---sesuatu yang mewah dalam kehidupan manusia modern, yang ''dijajah'' agenda demi agenda yang dibuatnya sendiri."


www.mediabuku.com

0 komentar: