Minggu, 28 Juni 2009

[resensi buku] Membaca Isi Benak Drucker

Hidup Peter Drucker (siapa yang tak kenal nama ini?), untuk sebagian, ditentukan oleh peristiwa kebetulan.

Ia ke Amerika Serikat, pada 1937, untuk memulai kariernya sebagai guru besar politik dan filsafat di Bennington College, Vermont. Beberapa tahun kemudian, seseorang dari General Motors yang mengaku sebagai Paul Garrett, wakil presiden direktur perusahaan ini, menelponnya. "Apakah Anda bersedia membuat kajian tentang manajemen puncak kami?" tanya orang di seberang telepon. Peristiwa yang membuat Drucker keheranan ini menjadi awal bagi lahirnya buku Concept of Management, 1946, yang barangkali menjawab kegalauan Drucker yang entah kenapa suatu ketika ia mendatangi perpustakaan dan mencari buku yang membahas bagaimana perusahaan dikelola, namun ia tak menemukannya.

Karya pertamanya itu menarik perhatian banyak orang, hingga empat tahun kemudian ia diundang untuk mengajar di Columbia University. Setahun sebelumnya ia menolak tawaran Harvard Business School yang mensyaratkan pengajarnya tidak boleh memiliki bisnis jasa konsultan. Padahal, bisnis Drucker baru mulai berkembang. Columbia pilihannya, namun siapa sangka saat menuju kampus Columbia, ia mendapat kabar tawaran itu dibatalkan sebab rektor sedang memperketat anggaran dan tak bisa menerima orang baru. Galau oleh berita ini, ia bertemu seseorang yang baru ia kenal di dekat stasiun subway New York. Setelah bertegur sapa, orang itu bercerita bahwa ia sedang berburu dosen Columbia untuk dibujuk mengajar di New York University. Sebelum Drucker tiba di stasiun, namanya sudah terdaftar di NYU.

Kebetulan? Ya. Dan ini baru dua kisah kebetulan yang dialami Drucker yang kelak memengaruhi jalan hidupnya. Namun, bagi Drucker, kebetulan tidak bermakna apa pun bagi mereka yang tidak siap saat pintunya diketuk oleh peristiwa kebetulan itu. "Jika peluang mengetuk pintu Anda, Anda harus membukanya. Anda harus reseptif terhadap peluang itu, dan begitulah yang terjadi dengan saya," ujar Drucker. Selalu ada risiko dalam setiap peluang, dan orang yang siap menangkap peluang memahami konsekuensi itu.

Apakah buku ini biografi Drucker? Tentu saja tidak. Krames bukan menulis biografi Drucker, melainkan ia menulis untuk memenuhi dua tujuan penting: pertama, menunjukkan filsafat manajemen dan strategistrategi khasnya yang terpenting, serta menunjukkan bagaimana strategi dan filsafat Drucker masih relevan hingga kini; dan kedua, mengungkap berapa banyak buku tentang bisnis yang laris dalam dua dekade ini yang ditulis berdasarkan ideide Drucker. "Saya menganggap bahwa sumbangan utama Drucker adalah pola pikir dan metodologinya," kata Krames.

Drucker pernah mengakui, di awal kariernya setidaknya, bahwa "Saya tidak pernah sungguhsungguh disegani di mata para akademisi." Barangkali karena ia tidak menyatakan satu bidang tertentu sebagai keahliannya, sebagaimana Michael Porter menjadi identik dengan strategi, Philip Kotller dengan pemasaran, atau Frederick Taylor dengan scientific management. Drucker menjangkau seluruh area manajemen, walau ia menulis pula The Practice of Management, 1954, yang memperkenalkan konsep penting management by objectives (MBO). Namun pengakuan Tom Peters, penulis buku In Search of Excellence, sesungguhnya mewakili apa yang pantas diterima Drucker. "Tak ada ilmu manajemen sebelum Drucker…," kata Peters.

Lebih dari itu, di antara puluhan penulis dan akademisi manajemen, Drucker termasuk di antara yang sedikit yang menyuarakan keprihatinan terhadap praktek manajemen di perusahaanperusahaan. Tatkala barubaru ini orang meributkan gaji para eksekutif yang sangat berlebihan, dan membikin perusahaan bangkrut, menjelang pertengahan 1980an Drucker sudah menyatakan kemuakannya terhadap perusahaan multinasional Amerika. Para CEO digaji jutaan (dolar AS) dan mendapat stock option, tak peduli bagaimana kinerja perusahaannya, sementara pada saat yang sama mereka merumahkan ribuan pekerja.

Tak heran bila Drucker kemudian banyak memberi konsultansi kepada organisasi nirlaba, seperti perguruan tinggi, gereja, sekolah, dan rumah sakit. Menurut lelaki yang meninggal di usia 95 tahun ini, rumah sakit hanya berfungsi dengan baik pada pasien yang mengidap penyakit yang sangat gawat. "Rumah sakit tidak suka pada pasien yang tidak sakit parah," ujarnya. Kenapa? Ia mencontohkan, jika seorang wanita tua mengalami serangan jantung pada jam tiga dini hari, perawat jaga akan bisa mengorganisasi tim untuk menangani wanita tua itu dalam waktu beberapa menit. Namun, jika situasinya tidak gawat, rumah sakit adalah institusi "yang paling tidak terorganisasi".

Krames, dalam buku ini, menunjukkan bahwa banyak gagasan pokok yang disampain Drucker puluhan tahun silam tetap relevan dengan persoalan sekarang. Krames menunjukkan, dibanding penulis bukubuku manajemen sekarang, Drucker mendahului zamannya. Tatkala Barbara Bund, penulis dari Massachusetts Institute of Technology, barubaru ini menerbitkan bukunya The OutsideIn Corporation, Krames mengingatkan bahwa Druckerlah ayah kandung intelektual dari perusahaan yang menerapkan perspektif outsidein: melihat organisasi Anda dari sudut pandang pelanggan. Ide ini dipuji oleh Jack Welch sebagai "sebuah ide besar". "Lebih dari seratus tahun kami memiliki perspektif insideout. Menerapkan pandangan outsidein akan mengubah segalanya," kata manajer yang hampir 20 tahun menjabat CEO General Electric ini.

Welch adalah salah seorang eksekutif yang menjadi "murid" Drucker, sebagaimana Andy Grove, yang membesarkan Intel. Setidaknya, mereka berdua memuji Drucker karena pikiranpikirannya memengaruhi cara mereka bekerja. Di tahun 1998, Grove menceritakan di depan hadirin pertemuan Academy of Management bahwa ia berubah setelah membaca karya Drucker, Practice of Management, tiga puluh tahun sesudah buku itu ditulis.

Buku ini menarik dalam memaparkan evolusi pemikiran Drucker, sejak ia secara kebetulan diundang oleh eksekutif General Motors untuk meneliti kinerja manajemen mereka hingga Drucker meninggal. Sembari memetik pelajaranpelajaran pokok dari bukubuku yang ditulis Drucker, yang tak seorang pun di antara anaknya mengikuti jejaknya, Krames menarik benang merah dengan persoalan perusahaan di masa sekarang, memperlihatkan betapa relevansi pikiran Drucker berjangkauanjauh. Inside Drucker's Brain menggarisbawahi betapa gagasangagasan kunci Drucker memasuki wilayah yang luas melampaui wilayah manajemen itu sendiri.

Dian R. Basuki, pembaca buku


www.mediabuku.com

0 komentar: