Koran Jakarta, Sabtu, 12 Desember 2009
Jika dilihat dari gambar cover-nya, novel ini barangkali akan membuat kita bergidik penasaran. Terdapat gambar wanita telanjang dengan gambar tato yang begitu menantang. Tetapi jika dibaca dengan tuntas dan penuh penghayatan, percayalah, kita akan menemukan racikan kata yang amat mengharukan sekaligus menegangkan.
Pertama, novel The Gargoyle adalah karya Andrew Davidson yang meraih penghargaan First Fiction Award pada 2008, masuk dalam beberapa daftar best seller seperti di New York Time Best Seller, Publisher Weekly Best Seller, dan Canadian Best Seller dalam beberapa minggu. Artinya, nilai kebagusan novel ini sudah mendunia.
Kedua, novel ini bercerita tentang cinta tetapi bukan cinta biasa. Yakni sebuah perjalanan cinta sejati yang mau menerima pasangan dengan apa adanya. Pun tak lekang diterabas oleh ruang dan waktu.
Novel ini digawangi dengan cerita yang begitu dramatik kemudian ditutup dengan polesan kisah yang amat nostalgik. Seorang bintang film porno yang sedang berada dalam puncak kariernya mengalami kecelakaan lalu lintas, mobilnya masuk jurang dan terbakar. Wajah pria itu hancur. Tulangnya banyak yang patah. Wajah tampan dan alat vitanya yang sedari awal menjadi andalan untuk bermain peran luluh lantah berantakan. Sebab, sebotol barbon yang diapit di antara kedua pahanya serentak menghanguskan alat vitalnya.
Penderitaan pun tak terelakkan. Semuanya itu membuat harga dirinya hancur. Kariernya sebagai aktor dan produser film porno tamat. Tujuh minggu lamanya ia koma di rumah sakit. Sepanjang itu pula ia memikirkan cara untuk melakukan bunuh diri. Namun apa yang kemudian terjadi? Di tengah dorongan untuk mengakhiri hidupnya itulah datang seorang wanita bernama Marianne Engel, wanita yang mengaku telah mengenalnya sejak tujuh ratus tahun silam. Ia mengungkapkan bahwa mereka sebenarnya telah hidup dalam ikatan cinta. Marianne adalah biarawati yang bertugas menyalin dan menerjemahkan buku di Biara Engethal, sementara si aktor adalah tentara bayaran. Mereka bertemu ketika si pria yang terluka dan terbakar akibat panah berapi yang menancap di tubuhnya dibawa oleh temannya ke Biara Engethal untuk mendapat perawatan.
Meski pada awalnya si bintang film porno itu tak begitu mengupris Marianne, namun pada akhirnya ia mau dibawa ke rumah untuk dirawat wanita yang berkarakter seperti malaikat itu. Mereka kemudian hidup berdua layaknya suami istri. Cinta Marianne yang begitu tulus dan dalam telah mampu membangkitkan semangat hidup mantan produser film porno tersebut. Bahkan diceritakan bahwa Marianne pernah hampir terengut nyawanya untuk menyelamatkan si pria itu. Namun di tengah sakratul maut ia diberi kesempatan untuk tetap hidup dengan sebuah syarat. Ia diberi ribuan jantung yang harus dibagikannya sampai habis, sedangkan jantung terakhirnya harus diberikan pada kekasihnya di kehidupannya kelak.
Novel ini bukan novel biasa. Ragam materi, cerita, serta lompatan-lompatan waktu dari masa lalu ke masa kini tentunya membuat pembaca harus sedikit lebih konsentrasi dalam membaca. Untungnya, perpindahan waktu, loncatan alur, dan penampilan setting tersaji dengan rapih sehingga pembaca sadar ke waktu dan kisah mana mereka sedang berada. Pada titik ini, pembaca akan menyaksikan betapa penulis novel ini memiliki imajinasi yang tinggi.
Lebih heroik lagi, pembaca juga akan diajak untuk berselancar melintasi ruang dan waktu, berpindah-pindah dari abad ke abad, mengunjungi berbagai tempat dan negara seperti Jerman, Jepang, Italia, Islandia, Inggris, dan lain sebagainya. Begitu halnya bahasa yang geyeng (cair), ritmis, renyah, dan mengalir juga tak luput mengiring-iringi setiap jengkal lembar karya sastra ini. Untuk itu, dua jempol untuk karya bagus ini!
Peresensi adalah Ali Rif'an, pengelola Rumah Pustaka FLP Ciputat.
Judul: The Gargoyle
Penulis: Andrew Davidson
Penerjemah: Ary Nilandari
Penerbit: Kantera
Cetakan: I, Juni 2009
Tebal: 605 halaman
Harga: Rp 89.900
www.mediabuku.com
0 komentar:
Posting Komentar