Rabu, 27 Mei 2009

[resensi buku] Kematian yang Indah

M.Iqbal Dawami,http://resensor.blogspot. com

Mencari bimbingan kepada para tetua merupakan suatu masa yang dihormati dan praktik bijak yang sayangnya tidak terlalu sering dilakukan saat ini, terutama di Barat. John Izzo mendorong kita untuk kembali kepada tradisi tersebut melalui bukunya Temukan Lima Rahasia Sebelum Mati. Buku ini telah menjadi daftar bestseller di Benua Amerika dan Eropa. Pembicara dan penulis inspirasional ini mengarahkan suatu diskusi yang menggairahkan mengenai makna hidup dalam seri televisi yang kemudian difilmkan untuk Biography Channel.

Pembaca akan belajar lima rahasia ini yang dia percaya semua orang harus tahu untuk mendapatkan yang terbesar dari kehidupan: lebih merenung, lebih mengambil resiko, lebih mencintai, lebih menikmati, dan lebih memberi. Izzo mewawancarai seribu orang hingga dia mengerucutkan mereka menjadi 235 orang tua yang bijak yang menemukan makna dan kebahagiaan dalam hidup mereka. Dia terinspirasi untuk lebih fokus pada apa yang paling bermakna setelah istrinya mengalami stroke hingga ulang tahunnya yang ke-50.

Mereka yang diwawancarai Izzo dikenal oleh teman-teman dan keluarganya sebagai "seseorang yang mereka ketahui telah menemukan kebahagiaan dan makna." Orang-orang ini ditanya dengan pertanyaan-pertanyaan, seperti: "Apa yang membuat anda sampai pada pengertian makna terbesar dan tujuan dalam hidup?" dan "Apa ketakutan terbesar pada akhir hidup anda?" Mereka juga diminta untuk menyelesaikan kalimat: "Andaikan saya dulu…". Orang-orang tua ini berasal dari beragam pekerjaan: pengarang, profesor, pemilik bisnis, perawat, pemimpin spiritual, ahli psikologi, biologi, dan seorang tukang potong rambut yang fenomenal, serta orang yang selamat dari Holocoust dan korban rasisme.

Lima rahasia tersebut adalah, pertama, jujurlah pada diri sendiri. Ini adalah kalimat yang umum. Izzo membantu kita mengeksplorasi apakah kita benar-benar jujur terhadap diri kita sendiri dengan mengajukan pertanyaan apakah kita mengikuti kata hati kita dan berfokus pada apa yang benar-benar bermakna? Kedua, jangan ada penyesalan. Hal ini mensyaratkan hidup dengan keberanian dan tanpa ketakutan.

Kebanyakan orang memiliki beberapa hal yang mereka lakukan berbeda, akan tetapi Izzo mengingatkan bahwa orang yang bahagia tidak tinggal dalam penyesalan. Seorang wanita bernama Elsa, misalnya, dalam usia ketujuh puluhnya mengatakan bahwa dia menerima nasehat yang paling bernilai dari anak perempuannya. "Bu.., ibu harus menyapu debu sendiri dan bangkit kembali".

Ketiga, jadilah cinta. Ini adalah satu rahasia terpenting. Dr. Izzo membantu mendefinisikan cinta menjadi lebih dari sekadar kata, karena di dalamnya sarat makna. Namun Izzo mengingatkan bahwa kita harus membedakan antara emosi cinta dan keputusan untuk mencinta. "Masyarakat umum hanya melihat cinta sebagai emosi semata. Kita biasa mengatakan kata-kata seperti "dia benar-benar cinta pada pria itu," tak ubahnya kita mengatakan bahwa kita "suka pada golf dan pizza", atau keranjingan berpesta," dan sebagainya. Padahal yang kita bicarakan itu hanya sekadar emosi perasaan cinta atau suka. Namun, setelah menyimak penuturan sekian banyak narasumber itu, saya mulai menyadari ketika mereka membahas tentang pentingnya cinta dalam hidup mereka, sesungguhnya mereka lebih memaknai cinta sebagai suatu keputusan daripada hanya sekadar perasaan," ujar Izzo (hlm. 105). Rahasia untuk meraih hidup bahagia dan penuh makna adalah memilih untuk menjadi orang yang penuh cinta, atau dengan kata lain menjelma menjadi cinta itu sendiri.

Keempat, jalanilah hidup dengan sepenuh hati. Hal ini berarti menjalani, menghayati, dan mensyukuri setiap detik kehidupan kita, bukannya menilai atau melaknati kehidupan, melainkan menjalaninya dengan sepenuh hati. Jika hidup memang begitu singkat, maka salah satu rahasia untuk meraih bahagia adalah dengan semaksimal mungkin menikmati dan memanfaatkan waktu yang sempit itu, dan mengupayakan agar setiap detik dan hari yang kita lalui benar-benar menjadi sebuah anugerah.

Kelima, berikan lebih banyak dari yang anda dapatkan. Ini adalah rahasia kelima yang didapatkan Izzo saat mewawancarai para tetua nan bijak. Apabila kita semakin banyak memberi, kita juga akan semakin banyak mendapatkan berkah, dan kita akan menyatu dan terkait dengan kisah akbar kemanusiaan yang memberi makna bagi kehidupan. "Saya menjadi sadar bahwa kita semua dapat meleburkan diri dengan sempurna ke dalam kisah besar kemanusiaan ini." Ujar Izzo (hlm. 182).

Buku ini ibarat mutiara. Di sini, terdapat kisah-kisah yang semuanya berisikan tentang hidup dengan bijak, hidup dalam momen tersebut, ada yang lucu dan ada yang sedih. Semuanya akan menjadi bahan pikiran kita. Konsistensi pelajaran memberikan pemahaman yang mudah dan skema yang mudah dicerna. Mengambil satu rahasia pada suatu waktu untuk dipraktikkan mungkin sangat baik bagi sebagian orang, berhenti sebentar mengonsumsi buku ini untuk ketika menerapkan rahasia tersebut. Yang lain mungkin melahap seluruh buku sekali duduk dan kembali merefleksikan secara lebih cermat ketika mereka memikirkan pesannya.

Tidak seperti kebanyakan buku-buku psikologi populer, buku Izzo mulai dengan sebuah deskripsi menyeluruh mengenai mengapa dan bagaimana tepatnya dia dan para asistennya melakukan studinya. Premisnya kelihatan cukup sederhana: jika terdapat orang-orang di dunia ini yang panjang umur dan berhasil dalam menemukan makna dan kebahagiaan selama itu, kenapa tidak menanyakan apa yang telah mereka singkap dan bagaimana? Tak lain semua itu agar kita pada saatnya meraih kematian yang indah.***

M.Iqbal Dawami
Staf Pengajar STIS Magelang, penulis buku "Cita-Cita; The Secret and Power Within" (2009)



www.dinamikaebooks.com

0 komentar: