Jumat, 28 Agustus 2009

[resensi buku] Ketika Dunia Khayal dan Dunia Nyata Menjadi Satu

Batam Pos, 28 Juni 2009

Buku pertama trilogi Inkworld ini berkisah tentang Meggie, putri seorang 'dokter buku'. Ayah Meggie, Mortimer – yang biasa dipanggilnya Mo, biasa menjilid ulang buku-buku yang rusak dimakan kutu atau karena penyebab lainnya. Dengan demikian, usia buku-buku menjadi lebih panjang. Profesi Mo yang demikian menarik merupakan salah satu daya pikat novel fantasi remaja peraih predikat bestseller versi New York Times yang berjudul asli Tintenherz ini. Bahkan Meggie memiliki kotak ajaib berisi buku-buku kesayangan yang telah dipercantik berulang kali oleh Mo.

Apabila Mo mengajak Meggie bepergian dikarenakan pekerjaan, ia terbiasa meminta izin begitu saja kepada guru. Memang Mo-lah satu-satunya yang dipunyai gadis cilik itu sebab sang ibu telah menghilang saat ia masih sangat kecil dan tidak mengingat apa pun tentangnya sama sekali.

Kehidupan yang serba manis dan indah, sebagaimana cerita-cerita dalam buku bacaan Meggie, berubah seketika. Staubfinger muncul di rumah mereka dan Mo langsung membawa putrinya ke rumah Elinor, bibi ibunya. Lama Meggie baru menyadari bahwa Staubfinger adalah sosok dalam buku yang dibacakan Mo suatu masa dan tersedot keluar. Meggie juga mengetahui bahwa sesungguhnya ibunya tidak pergi begitu saja, namun Mo menyimpan segalanya dengan sangat rapi bahkan dari Elinor. Kerabat istri Mo tersebut memiliki karakter yang tak kalah unik, kolektor buku kelas kakap yang memilih hidup seorang diri, membenci nyala api sekecil apa pun karena dianggap membahayakan barang-barang berharganya, serta senantiasa memperingatkan Meggie atau orang lain yang datang untuk menjaga jarak dengan rak di perpustakaan pribadinya.

Staubfinger merindukan dunia 'aslinya' dalam buku Tintenherz, sedangkan Mo menginginkan istrinya kembali. Sayang, novel fantasi itu telah sangat sukar ditemui. Beberapa eksemplar yang tersisa dicuri anak buah Capricorn, tokoh antagonis yang juga tersedot keluar dari buku dan sangat menikmati lingkungan barunya sejak lama. Maka Mo dan Staubfinger harus tarik-menarik dengan Capricorn untuk melaksanakan keinginan masing-masing. Petualangan yang kerap kali menyerempet maut ini menjadikan mata Meggie kian terbuka bahwa kisah-kisah di buku belum seberapa menegangkan dengan yang dialaminya secara langsung.

Para pecinta buku akan menikmati novel ini. Bukan semata karena profesi langka Mo, tetapi juga hubungan eratnya dengan Meggie dan pertentangan sejumlah karakter. Bahkan Gwin si musang memiliki porsi tersendiri. Anda akan menemukan jawaban apa dan siapa yang dimaksud dengan Inkheart, tentunya lebih terang dari yang diinformasikan dalam versi layar lebar. Beragam pengetahuan yang perlu diserap hobiis baca juga tersedia dalam novel ini, hal-hal sederhana yang mungkin kerap kita lalaikan seperti buruknya dampak membiarkan buku dalam keadaan terbuka. ***

Peresensi: Rini Nurl Badariah



www.mediabuku.com

0 komentar: