Koran Jakarta, 22 Agustus 2009
"Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak memperoleh apa pun dari puasanya kecuali lapar dan dahaga." - Hadis Nabi Saw.
Hadis Nabi di atas sangat populer di masyarakat, terutama selama bulan suci Ramadan, karena sering dikutip secara tersirat oleh para kyai atau ustaz untuk materi ceramah dan kultum. Bagi umat Islam, puasa menjadi semacam rutinitas yang dilakukan selama sebulan penuh di bulan Ramadan. Puasa seakan hanya menjadi tradisi formal tanpa dibarengi dengan pemahaman esoterik serta substansial.
Buku yang ditulis oleh Jalaluddin Rakhmat ini mengajak pembacanya supaya menyelami puasa secara lebih dalam. Kang Jalal, demikian penulis buku ini biasa dipanggil, menerjemahkan puasa sebagai madrasah yang mendidik kita untuk menajamkan mata batin agar kita dapat menembus dimensi spiritual dalam Islam. Puasa adalah akademi yang melatih untuk menerbangkan rohani kita agar bisa hinggap dalam pangkuan kasih sayang Tuhan (h.12).
Seperti judul bukunya, dalam puasa sebenarnya umat Islam diajak supaya berguru pada Tuhan. Dalam tradisi spiritualitas Islam (tasawuf), Tuhan menjadi guru (mursyid) sementara manusia adalah murid-muridnya. Tuhan mengajari manusia baik secara tak langsung maupun yang langsung melalui mukasyafah (penyibakan). Dalam puasa Tuhan melatih manusia, karena itulah puasa disebut sebagai riyadhah (bulan pelatihan).
Didalam puasa, manusia diajarkan tak hanya menahan dari haus dan lapar, namun juga melatih kesabaran, menekan hawa nafsu, serta mengasah nurani dan ruhani.
Bahkan seperti digambarkan dalam Alquran, mengapa Siti Maryam terselamatkan dari lecehan-lecehan penduduk karena melahirkan Nabi Isa yang tak berbapak, karena Maryam berpuasa dari bicara. Sebab Maryam terancam akan diejek oleh masyarakatnya bahwa ia telah melakukan suatu perbuatan keji, maka Allah memerintahkannya untuk melakukan puasa (shawm) dengan tidak berbicara kepada siapa-siapa [QS, Maryam/19:26].
Buku ini harus menjadi bahan bacaan selama Ramadan. Kang Jalal sebagai penulis buku ini terkenal akrab mendekati Islam dengan jalan tasawuf, sehingga buku ini sangat kental untuk berupaya mendekatkan pembaca pada dunia spiritual. Dapat dipastikan, hati sanubari pembaca akan tersentuh lewat wejangan-wejangan Kang Jalal dalam buku ini, atau mungkin bisa membuat pembacanya menitikkan air matanya karena ingin mendekatkan diri pada Tuhan.
www.mediabuku.com
Hadis Nabi di atas sangat populer di masyarakat, terutama selama bulan suci Ramadan, karena sering dikutip secara tersirat oleh para kyai atau ustaz untuk materi ceramah dan kultum. Bagi umat Islam, puasa menjadi semacam rutinitas yang dilakukan selama sebulan penuh di bulan Ramadan. Puasa seakan hanya menjadi tradisi formal tanpa dibarengi dengan pemahaman esoterik serta substansial.
Buku yang ditulis oleh Jalaluddin Rakhmat ini mengajak pembacanya supaya menyelami puasa secara lebih dalam. Kang Jalal, demikian penulis buku ini biasa dipanggil, menerjemahkan puasa sebagai madrasah yang mendidik kita untuk menajamkan mata batin agar kita dapat menembus dimensi spiritual dalam Islam. Puasa adalah akademi yang melatih untuk menerbangkan rohani kita agar bisa hinggap dalam pangkuan kasih sayang Tuhan (h.12).
Seperti judul bukunya, dalam puasa sebenarnya umat Islam diajak supaya berguru pada Tuhan. Dalam tradisi spiritualitas Islam (tasawuf), Tuhan menjadi guru (mursyid) sementara manusia adalah murid-muridnya. Tuhan mengajari manusia baik secara tak langsung maupun yang langsung melalui mukasyafah (penyibakan). Dalam puasa Tuhan melatih manusia, karena itulah puasa disebut sebagai riyadhah (bulan pelatihan).
Didalam puasa, manusia diajarkan tak hanya menahan dari haus dan lapar, namun juga melatih kesabaran, menekan hawa nafsu, serta mengasah nurani dan ruhani.
Bahkan seperti digambarkan dalam Alquran, mengapa Siti Maryam terselamatkan dari lecehan-lecehan penduduk karena melahirkan Nabi Isa yang tak berbapak, karena Maryam berpuasa dari bicara. Sebab Maryam terancam akan diejek oleh masyarakatnya bahwa ia telah melakukan suatu perbuatan keji, maka Allah memerintahkannya untuk melakukan puasa (shawm) dengan tidak berbicara kepada siapa-siapa [QS, Maryam/19:26].
Buku ini harus menjadi bahan bacaan selama Ramadan. Kang Jalal sebagai penulis buku ini terkenal akrab mendekati Islam dengan jalan tasawuf, sehingga buku ini sangat kental untuk berupaya mendekatkan pembaca pada dunia spiritual. Dapat dipastikan, hati sanubari pembaca akan tersentuh lewat wejangan-wejangan Kang Jalal dalam buku ini, atau mungkin bisa membuat pembacanya menitikkan air matanya karena ingin mendekatkan diri pada Tuhan.
www.mediabuku.com
0 komentar:
Posting Komentar