Jumat, 15 Januari 2010

[resensi buku] Pertentangan Sains dan Agama

M. Iqbal Dawami, resensor.blogspot.com

Camerlengo Carlo Ventresca—kepala rumah tangga kepausan dan asisten Sri Paus—berdiri menghadap kamera wartawan BBC. Ia berbicara soal kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat pesat dan kedangkalan spiritualitas manusia modern. Menghadapi kelompok Illuminati, Camerlengo tampak tegas, berwibawa, dan memahami sains modern. Pembunuhan yang dilakukan oleh kelompok Illuminati terhadap 4 orang kardinal telah memaksa dirinya berpidato di depan umum. 

Dengan kerendahan hati dan kedalaman ilmu, Camerlengo menggaungkan kelemahan sains dalam mengobati jiwa dan spiritualitas manusia. Ia melihat bahwa sains justru membawa keterpurukan manusia. Harapan satu-satunya membawa pada agama dan iman. 

Kisah di atas adalah salah satu adegan dalam novel Malaikat & Iblis karya Dan Brown. Dan Brown melambung namanya setelah novelnya, The Da Vinci Code (2003). Kedua novel ini mengangkat tema seputar agama, yakni pergulatan teologi (agama) dan sains.

Dalam kedua novel tersebut, Brown tidak saja menyajikan sebuah kisah yang memikat, tetapi juga memunculkan tema abadi yang cukup kental dengan nuansa filosofis yang berkisar pada tema sains dan agama.

Dalam sejarah, pernah terjadi pertarungan antara sains dan agama. Dan pertarungan antar-keduanya seolah tak pernah berhenti.(*) Kelompok saintis tak pernah dianggap sebagai intelektual, tetapi kerjanya yang berpijak pada dunia empiris secara nyata telah mengubah dunia seperti yang kita lihat sekarang ini. Kelompok agamawan, menyebut dirinya sebagai kaum yang berhak berbicara semua ihwal tentang kebenaran. Kedua kelompok tersebut seolah tak pernah berhenti untuk saling klaim bahwa merekalah yang berhak menentukan kehidupan.

Nah, kiranya tema di atas diangkat oleh Brown lewat novel Malaikat & Iblis yang bercerita tentang hidupnya kembali sebuah persaudaraan kuno (Illuminati), yang terkenal berbahaya. Persaudaraan ini lahir pada sekitar tahun 1600 atas prakarsa beberapa ilmuwan dan seniman yang menaruh dendam terhadap otoritas Gereja. Pendirian Illuminati merupakan respons terhadap 'kesewenang-wenangan' Gereja yang telah membunuh beberapa ilmuwan yang dianggap melenceng pada masanya, seperti Galileo dan Copernicus. Illuminati hadir untuk 'mencerahkan', memberikan jawaban atas kemurnian ilmu pengetahuan. Persaudaraan Illuminati sangat ahli dalam menyusupkan anggotanya ke dalam lembaga-lembaga, bank, pemerintahan, atau bahkan ke dalam tubuh Gereja sekalipun.

Kisah sejarah di atas, diramu dalam novel ini. Jadi, setelah empat abad menghilang, Illuminati kembali lahir untuk membalaskan dendam mereka pada Gereja. Serangkaian pembunuhan keji pun dilakukan. Mereka menculik empat orang preferiti (kardinal yang diunggulkan untuk menjadi paus) yang akan mereka bunuh satu persatu untuk membalaskan dendam mereka. Para preferiti itu secara bergiliran akan dibunuh mulai pukul delapan malam, dan 'pesta pengorbanan para perjaka' itu akan ditutup dengan meledakkan antimateri tepat jam dua belas malam.

Walaupun Malaikat & Iblis bukanlah novel teologi, namun secara garis kasar, ia mempertanyakan kembali pertentangan antara ilmu pengetahuan dan teologi. Agama dan sains adalah bagian penting dalam kehidupan sejarah manusia. Bahkan di antara keduanya tak perlu terjadi jika kita mau belajar mempertemukan ide-ide spiritualitas (agama) dengan sains yang sebenarnya sudah berlangsung lama.

Harus diakui, seiring kemajuan Iptek, dunia dihadapkan pada berbagai krisis yang mengancam eksistensi manusia. Sayyed Hosen Nasr, cendekiawan muslim, telah mengidentifikasi krisis eksistensi tersebut sebagai ancaman yang cukup serius. Ia mengungkapkan bahwa krisis eksistensi ini disebabkan karena manusia modern mengingkari kehidupan beragama. Hingga pada akhirnya mereka arogan terhadap agama bahkan tak jarang menolak keberadaan Tuhan.

Kemudahan lantaran teknologi membuat manusia kehilangan fungsi sebagai makhluk sosial. Manusia semakin individualis. Sains telah berhasil menyulap dunia ini menjadi seperti yang kita lihat sekarang ini. Banyak tokoh intelektual yang mencoba mengambil jalan tengah dengan memadukan sains dan agama. 
Fritjof Capra, seorang ahli fisika, misalnya, mengungkap bahwa adanya paralelisme antara mistisisme timur (Konghucu, Konfusian, dan agama timur lainnya) dengan fisika baru (dalam hal ini sains modern). Paralelisme tersebut dapat menjadi penyatu manusia dalam memasuki kehadiran kemajuan teknologi ini. 
Dengan mempelajari ilmu secara komprehensif, kita bisa mengetahui keselarasan dalam relasi agama dan sains.

Dalam riwayat hidupnya, Dan Brown dibesarkan sebagai penganut Kristen. Ia ikut paduan suara gereja. Ibunya sendiri pemain organ (gereja). Brown aktif di sekolah minggu, dan menghabiskan musim panas di gereja. Sedang ayahnya adalah pakar matematika. Ia bercerita, "Karena aku dibesarkan seorang pakar matematika dan pemain organ gereja, aku kebingungan dari hari pertama. Sementara sains memberikan bukti-bukti yang menggairahkan atas klaim-kalimnya. Agama lebih banyak menuntut, terus-menerus memintaku untuk menerima segala sesuatu secara yakin.... Sebagai seorang anak, aku cenderung berlandaskan pada fondasi-fondasi sains yang kokoh. Tetapi semakin jauh aku masuk ke dalam dunia sains yang kokoh ini, semakin rapuh landasan tempatku memulai."

Maka dapat dimengerti mengapa novel ini penuh dengan pertarungan antara ilmu pengetahuan (sains) dan agama. Akhirnya, Dan Brown mengatakan, bahwa ia memulai riset untuk masing-masing novelnya sebagai seorang skeptis dan pada akhirnya menjadi orang beriman. 

Ilmu pengetahuan dan agama mempunyai tujuan yang sama, yaitu mencari kebenaran akan adanya Tuhan, namun dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu, Dan Brown menyisipkan kesimpulannya dalam novel ini, yaitu sesuatu yang ditulis oleh Leonardo Vetra di kantornya, bahwa, 'Ilmu pengetahuan dan agama tidak berseberangan. Ilmu pengetahuan hanya terlalu muda untuk mengerti' (hlm. 98). []

(*) kalimat tersebut terinspirasi dari lirik lagu Rhoma Irama, "Sepanjang sejarah manusia kemungkaran tak pernah sirna".

* M. Iqbal Dawami, alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 

Judul: Malaikat & Iblis
Pengarang : Dan Brown
Penerjemah : Isma B. Koesalamwardi
Penerbit: PT Serambi Ilmu Semesta
Cetakan : XIII, November 2008 
Tebal: 680 halaman


www.mediabuku.com

0 komentar: