Kompas.com, Rabu, 27 Januari 2010
Tahun 2009 telah berlalu. Dua belas bulan mengandung berbagai peristiwa penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Setiap waktu menyimpan sejarah yang mesti ditulis agar generasi berikutnya mengetahui apa saja yang terjadi.
Harus diakui, kita berhutang budi pada para sejarawan luar negeri yang mendedikasikan hidupnya untuk menulis sejarah Indonesia. Salah satunya, M.C. Ricklefs, Profesor Sejarah di Universitas Nasional Singapore.
Ricklefs melakukan penelitian serius terhadap puluhan jurnal dan lebih dari lima ratus buku. Direktur Sekolah Penelitian tentang Asia dan Pasific (Universitas Nasional Australia) ini mengisahkan perjalanan bangsa Indonesia dari zaman ke zaman yang penuh warna, lengkap dengan aneka persoalan dan pertikaian baik internal maupun eksternal.
Hasilnya sebuah buku berjudul A History of Modern Indonesia, ca. 1200 to the present. (London & Basingstoke: Macmillan; Bloomington: Indiana University Press, 1981). Cetakan berikutnya dengan beberapa perubahan diterbitkan tahun 1993 dan 2001 oleh Palgrave and Stanford University Press.
Buku ini kemudian dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1991 oleh Gadjah Mada University Press. Dan edisi revisinya diterbitkan pada tahun 2005 oleh Penerbit Serambi.
Menurut Ricklefs, perjalanan panjang Indonesia sejak masuknya Islam hingga kini merupakan sebuah unit historis terpadu, yang dalam buku ini disebut Sejarah Indonesia Modern.
Terdapat tiga unsur fundamental menjadi perekat bagi periode historis itu. Satu, unsur kebudayaan dan keberagamaan: islamisasi Indonesia yang dimulai sejak tahun 1200 dan berlanjut sampai sekarang. Dua, unsur topik: keadaan saling memengaruhi antara orang Indonesia dan orang Barat yang masih berlangsung hingga sekarang sejak tahun 1500. Tiga, unsur historiografi: sumber-sumber primer bagi sebagian besar periode ini ditulis dalam bahasa-bahasa Indonesia modern (Jawa, Melayu, dll., bukan dalam bahasa Jawa Kuno atau Melayu Kuno) dan bahasa-bahasa Eropa.
Karena roda sejarah terus berputar, Ricklefs terus memperbarui bukunya. Segala hal dalam periode sejak 1999 telah ditulis ulang secara substansial atau sama sekali baru. Kehadiran versi Indonesia ini terasa semakin lengkap karena pengarangnya khusus menuliskan perkembangan Indonesia sejak pemilu 2004 sampai tragedi Monas pada 1 Juni 2008.
Buku Ricklefts berakhir tahun 2008. Kini, kita memasuki tahun 2010. Artinya, selama tahun 2009, di mana berbagai peristiwa penting terjadi, belum ditulis untuh. Haruskah Ricklefts kembali yang menulis? Alangkah lebih baik, kita (para sejarawan) yang menuliskannya.
* Oleh Hendri F Isnaeni
Sejarawan Partikelir PSIK Universitas Paramadina
Peraih Paramadina-The Jakarta Post Fellowship
Penulis buku Romuha: Sejarah yang Terlupakan, Kontroversi Sang Kolaborator (2008), dan Penyamaran Terakhir Tan Malaka di Banten 1943-1945 (2009)
www.mediabuku.com
0 komentar:
Posting Komentar