by: Femi Adi Soempeno
Jalan terjal harus dihadapi capres Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Dalam bukunya, Letjen (Purn) Sintong Panjaitan telah menuding Prabowo merencanakan counter coupd'etat pada Maret 1983. Saat itu Prabowo menengarai Moerdani akan melakukan kudeta dan ia berusaha untuk mengagalkannya. Cara counter coup d'etat ala Prabowo tersebut adalah dengan berencana mengambil sejumlah nama perwira tinggi ABRI.
Menanggapi tuduhan itu Prabowo menyatakan, rakyat saat ini sudah pandai dan dapat melakukan penilaianyang objektif. "Saya penganut falsafah Jawa sing becik ketitik, sing olo ketoro artinya yang baik akan ketahuan dan yang buruk juga terlihat," ujarnya. Jika tuduhan itu benar, sebagai ksatria ia tidak akan lari dari tuduhan, hal ini terbukti saat mempertanggungjawabkan kasus penculikan aktivis 1998 di Dewan Kehormatan Perwira.
Sikap menahan emosi di saat dirinya teraniaya dan tertuduh merupakan watak yang sulit dicari tandingannya di zaman ini. Letnan Jendral (Purn) Prabowo Subianto memegang teguh falsafah, "Bila gajah bertarung dengan gajah, peladuk (rakyat) mati di tengah." Sebuah kata penting yang mesti dipegang teguh oleh seorang pemimpin.
Jalan panjang penuh duri dilewati Prabowo tanpa keluh kesah, layak jika ia maju sebagai calon Presiden RI periode 2009-2014. Pengalaman Prabowo Subianto sebagai seorang prajurit TNI akan membawa bangsa ini menjadi bangsa yang tegas dan pantang menekuk pundak di hadapan bangsa lain. Kariernya sebagai salah satu pengusaha sukses sangat membantu cara pengambilan keputusan mendesak di bidang ekonomi. Kini Prabowo tidak lagi dekat dengan militer justru lekat dengan petani, nelayan, pedagang, dan rakyat yang begitu rindu akan perubahan.
Menanggapi tuduhan itu Prabowo menyatakan, rakyat saat ini sudah pandai dan dapat melakukan penilaianyang objektif. "Saya penganut falsafah Jawa sing becik ketitik, sing olo ketoro artinya yang baik akan ketahuan dan yang buruk juga terlihat," ujarnya. Jika tuduhan itu benar, sebagai ksatria ia tidak akan lari dari tuduhan, hal ini terbukti saat mempertanggungjawabkan kasus penculikan aktivis 1998 di Dewan Kehormatan Perwira.
Sikap menahan emosi di saat dirinya teraniaya dan tertuduh merupakan watak yang sulit dicari tandingannya di zaman ini. Letnan Jendral (Purn) Prabowo Subianto memegang teguh falsafah, "Bila gajah bertarung dengan gajah, peladuk (rakyat) mati di tengah." Sebuah kata penting yang mesti dipegang teguh oleh seorang pemimpin.
Jalan panjang penuh duri dilewati Prabowo tanpa keluh kesah, layak jika ia maju sebagai calon Presiden RI periode 2009-2014. Pengalaman Prabowo Subianto sebagai seorang prajurit TNI akan membawa bangsa ini menjadi bangsa yang tegas dan pantang menekuk pundak di hadapan bangsa lain. Kariernya sebagai salah satu pengusaha sukses sangat membantu cara pengambilan keputusan mendesak di bidang ekonomi. Kini Prabowo tidak lagi dekat dengan militer justru lekat dengan petani, nelayan, pedagang, dan rakyat yang begitu rindu akan perubahan.
www.dinamikaebooks.com
0 komentar:
Posting Komentar