Senin, 13 April 2009

[resensi buku] Menguak Sepak Terjang Godfather

Bisnis Indonesia | Minggu, 15 Maret | Oleh M. Sarwani *

Anda mungkin masih ingat sepak terjang para konglomerat di Tanah Air jauh sebelum krisis finansial melanda negeri ini pada akhir 1997.

Sebut saja kerajaan bisnis Salim yang menguasai berbagai jenis usaha, mulai dari perbankan, pembiayaan, semen, otomotif, makanan, dan perdagangan. Sudono Salim (Liem Sioe Liong) menjadi tokoh sentral di balik kelompok usaha tersebut.

Untuk kawasan yang lebih luas lagi, yakni Asia Tenggara dan Hong Kong, Anda mungkin akrab dengan beberapa nama seperti Li-Ka-shing, Robert Kuok, Dhanin Chearavanont, Tan Yu, dan Kwek Leng Beng.

Kawasan kecil di Asia Tenggara, di mana tidak satu pun perusahaan swastanya mampu masuk dalam 500 perusahaan terkemuka dunia versi majalah Forbes, ternyata menyumbang delapan pengusaha di antara 25 teratas dunia dan 13 di antara 50 teratas dengan harta pribadi di atas US$4 miliar pada 1996, setahun sebelum krisis terjadi.

Dalam buku ini, Joe Studwell menelanjangi sepak terjang pada godfather—yang dikenal sebagai sosok penuh misteri dan jarang tampil di publik—yang berada di balik konglomerasi usaha di Asia Tenggara dan Hong Kong tersebut.

Penulis buku dengan lugas menelanjangi satu per satu konglomerat tersebut, bagaimana para taipan yang suka berahasia itu bisa menguasai ekonomi? Apa yang telah mereka sumbangkan pada pembangunan ekonomi kawasan? Mengapa mereka masih begitu kuat ketika krisis finansial Asia semakin dalam, padahal mereka mempunyai peran yang penting sebagai sumber krisis?

Pengamat menduga krisis finansial telah melemahkan mereka. Tetapi menurut Studwell, hal itu keliru. Para taipan itu kini justru sedang kuat-kuatnya dibandingkan masa sebelum krisis. Hanya segelintir kecil anggota terlemah para konglomerat itu yang terperangkap beban utang.

Penulis membagi pembahasan dalam bukunya ke dalam tiga bagian. Bagian I bertema "Godfather Era Dulu" dengan satu bab di dalamnya yang berbicara tentang konteks.

Bagian II berisi "Bagaimana Menjadi Godfather Pascaperang" yang terdiri dari Bab 2: Memasuki Karakter; Bab 3: Aliran Uang Pokok; Bab 4: Struktur Organisasi-Budak-budak Kepala dan Anjing Lari Gweilo; dan Bab 5: Bank, Bank Celengan dan Kesenangan Pasar Modal.

Bagian III mengambil tema "Godfather Masa Kini: Mempertahankan yang Berharga" yang terdiri dari Bab 6: Dekade 1990-an, Pesta Pora dan Pembalasan; dan Bab 7: Penutup: Politik, Bodoh.

Mulai halaman 311, Anda dapat menemukan nama 21 konglomerat Tanah Air dan sepak terjang bisnisnya, antara lain keluarga Bakrie (Bakrie Group), Hartono (Djarum), Hashim Djojohadikusumo, Kalla, Sudono Salim, Sjamsul Nursalim, Prajogo Pangestu, Probosutedjo, Mochtar Riady, Harry Tanoesudibjo, Sukanto Tanoto, Eka Tjipta Widjaya, dan Tommy Winata.

Sayangnya, pembahasan dalam buku ini tidak dipilah berdasarkan negara sehingga pembaca harus susah payah memilah kasus yang khusus berkaitan dengan konglomerat di Tanah Air.

* M. Sarwani, wartawan Bisnis Indonesia


www.dinamikaebooks.com

0 komentar: