Senin, 13 April 2009

[resensi buku] Telanjangi Perselingkuhan Penguasa dan Pengusaha

Rakyat Merdeka | Minggu, 22 Maret 2009 | Oleh Afriadi*

Perselingkuhan antara  pejabat negara (penguasa) dan pengusaha sulit dihindarkan. Ikatannya ibarat dua sisi mata uang. Pengusaha, di satu sisi, butuh proteksi dan konsesi politik dari penguasa demi pertumbuhan, kelancaran, dan kejayaan bisnisnya. Penguasa, di sisi lain, butuh dukungan dana dari pengusaha untuk kesejahteraan diri dan keluarganya, serta dana untuk kelancaran operasionalisasi politiknya. Sejumlah kasus korupsi yang berhasil diungkap KPK belakangan ini, yang melibatkan banyak anggota DPR, pemerintah daerah dan pemerintah pusat, hanyalah segelintir contoh betapa penguasa (eksekutif maupun legislatif) sering melakukan kontrak diam-diam, misterius, dan jelas merugikan publik, dengan pengusaha.

Praktik perselingkuhan ini memang lazim terjadi. Buku berjudul Asian Godfathers Menguak Tabir Perselingkuhan Pengusaha dan Penguasa karya Joe Studwell, adalah satu di antara buku yang menguak praktik perselingkuhan antara pengusaha dengan para pemegang kekuasaan. Penulis banyak memberikan perhatian pada kiprah konglomerat-konglomerat di Asia Tenggara dan Hongkong dalam membangun kerajaan bisnisnya dan pengaruhnya terhadap lingkaran politik kekuasaan.

Penulis mengandaikan para konglomerat di Asia ini—meminjam istilah Mario Puzo—seperti para Godfather. Istilah ini untuk menunjukkan sebuah mitos yang sangat terromantiskan. Melalui buku ini pun penulis ingin memperlihatkan adanya mitologi lain yang besar yang membuat mereka pun tampak sama: misterius dan tak tersentuh.

Meski para Godfather Asia itu jumlahnya hanya sedikit, sekitar 50 keluarga, namun mereka menentukan nasib 500 juta rakyat di Asia Tenggara dan Hongkong. Mereka menguasai berbagai jenis usaha, mulai dari perbankan, pembiayaan, semen, otomotif, makanan, dan perdagangan.

Di antara para konglomerat itu ada keluarga Wonowidjojo dari Indonesia, Li-Ka-shing dari Hong Kong, Robert Kuok dari Malaysia, Dhanin Chearavanont, Tan Yu dari Filipina, dan Kwek Leng Beng dari Singapura. Mereka termasuk di antara 25 orang terkaya se-dunia yang ditetapkan oleh majalah Forbes pada 1996.

Terkait perkembangan konglomerat di Indonesia, salah satunya penulis menyoroti geliat bisnis dan politik mantan penguasa Orde Baru. Ia menyebut rezim ini ketika memimpin Divisi Diponegoro, bekerja sama dengan Bob Hasan berhasil menjadikan komoditas penting seperti gula sehingga menambah anggaran resmi dia.

Juga saat bersama Liem Sioe Liong, penguasa ini memiliki transaksi-transaksi komersial pada 1950-an. Selama perang melawan Belanda, Liem menyediakan modal untuk tentara Republik. Karena transaksi-transaksi itulah Liem kemudian dekat dengan penguasa. Ia mendapatkan konsesi untuk memonopoli hampir semua jenis usaha di Indonesia.

"Itu adalah imbalan dari hubungan yang telah menjadi ciri abad kesembilan belas. Ketika Soeharto naik ke tampuk kekuasaan, dia ingin menjadi raja. Jadi dia benar-benar melakukan apa yang dilakukan orang Belanda," begitu kata Joe Studwell (hlm. 42).

Buku ini terdiri dari tiga bagian. Bagian I bertema "Godfather Era Dulu" dengan satu bab di dalamnya yang berbicara tentang konteks; Bagian II berisi "Bagaimana Menjadi Godfather Pascaperang" yang terdiri dari Bab 2: Memasuki Karakter; Bab 3: Aliran Uang Pokok; Bab 4: Struktur Organisasi-Budak-budak Kepala dan Anjing Lari Gweilo; dan Bab 5: Bank, Bank Celengan dan Kesenangan Pasar Modal. Bagian III mengambil tema "Godfather Masa Kini: Mempertahankan yang Berharga" yang terdiri dari Bab 6: Dekade 1990-an, Pesta Pora dan Pembalasan; dan Bab 7: Penutup: Politik, Bodoh.

Buku ini memperkenalkan studi baru mengenai kajian ekonomi politik di negara-negara Asia Tenggara dan Hongkong. Dengan menggunakan analisa sejarah, penulis menelisik perkembangan perekonomian negara. Untuk menulis buku ini, Joe Studwell telah menghabiskan waktunya hingga belasan tahun sebagai reporter di wilayah Asia.

Bagi yang tertarik dengan isu "kontrak ekonomi bawah tangan antara penguasa dan pengusaha" bolehlah membaca buku ini. Cerita anda ke depan tidak lagi hanya berdasarkan "katanya", tetapi memiliki data-data kuat dan bisa dipertanggungjawabkan secara akademis.

* Pengkaji buku di RMBooks


www.dinamikaebooks.com

0 komentar: