Rabu, 02 September 2009

[resensi buku] Harta Berharga Itu Seperti Bukan Harta

Sidik Nugroho 

Dua peri beda bakat bertemu di suatu hari yang bercuaca buruk. Hujan sedang turun sangat deras. Prilla, peri yang berbakat menyeberang ke daratan dan mengumpulkan tepukan tangan anak-anak, bertemu dengan Rani, peri yang bebakat mengubah air menjadi tampilan apa pun yang menarik dan mendatangkan awan. Keduanya adalah kawan Tinker Bell, peri mungil ternama itu.

Nah, kisah ini tampil dengan Rani sebagai tokoh utama. Bukan hanya itu, kala hujan turun makin deras saat ia bermain-main dengan Prilla, sahabatnya itu, dengan cantik dilukiskan bagaimana Rani mengubah air menjadi mirip "sehelai" benang; dan menghadirkan gaun yang dipenuhi pendar-pendar air serta tiara-air di sekitar tubuh Prilla.

Mereka berdua berada di Pixie Hollow, jantung Never Land yang terkenal itu. Di sana ada Home Tree, tempat banyak peri laki-laki dan perempuan tinggal. Tak seperti yang lainnya, Rani adalah satu-satunya peri yang tak bisa terbang.

Di Home Tree, Rani bukanlah peri yang populer. Ia tinggal di kamar yang "berada paling ujung di cabang terpanjang". Kamarnya itu bocor permanen, tetes-tetes air selalu menggenangi sebuah wadah yang ia letakkan di bawah bocoran itu, hingga beberapa ikan hidup dan dipeliharanya di sana. Ya, ia tak pernah mengeluh, justru bahagia dengan keadaannya itu!

Nah, suatu ketika Rani mendapat kunjungan Dab, bidadari-air yang sedang ingin berlibur dari tugasnya menjaga awan hujan. Betapa Rani senang mulanya ketika tahu ia akan diserahi tugas itu. Ia suka air -- ia tentu suka awan! Namun, betapa ia kaget ketika ia harus menjaga seluruh awan hujan.

Dan, tak sampai di situ saja. Dab akan berhenti dari liburnya menjaga awan bila Rani berhasil menemukan tiga harta yang paling berharga di Pixie Hollow. Dari sinilah kemudian petualangan Rani dan Prilla bermula.

Kisah Rani dan Tiga Harta Peri ini memberikan banyak sekali teladan bagi para pembacanya. Sasaran pembaca dari kisah ini tampaknya anak perempuan berusia 10 tahun ke atas hingga remaja. Narasi yang ditampilkan dalam cerita ini sangat deskriptif dan indah. Dan, yang menarik, semuanya disampaikan tanpa menggurui, namun lewat alur, peristiwa dan karakter masing-masing tokohnya. Cuma satu yang agak disayangkan: tidak ada antagonis yang benar-benar menegangkan konflik dalam kisah ini. Dab, si pembuat masalah yang membuat Rani kelimpungan pun hanya disebut sebagai makhluk yang tidak jahat, tapi nakal.

Akibat tantangan Dab, Rani menemui banyak persoalan, hingga pimpinan peri, Ratu Clarion, memerintahkan seluruh peri di Pixie Hollow mengeluarkan harta-benda mereka yang paling berharga. Semuanya dengan egois menunjukkan bahwa harta-benda yang dimilikinyalah yang paling spesial. Namun, di antara semuanya, tak ada satu pun yang dapat membuat Dab kembali, sehingga Rani kemudian bersedih karena selama beberapa hari ia harus menanggung beban yang berat menjagai awan-awan hujan.

Rani putus asa tak menemukan harta-benda yang menarik di Pixie Hollow. Untunglah ia mempunyai sahabat-sahabat yang baik hati di Pixie Hollow, yang mau mendengarkan dan memahami beban yang menimpa dirinya. Salah satunya adalah seekor burung -- Mother Dove namanya. Dengan penuh kasih sayang Mother Dove memberinya nasihat yang menguatkannya, lalu menuntunnya menemukan harta-harta yang dituntut Dab darinya itu.

"Benda-benda! Siapa yang peduli dengan benda-benda? Semua orang memilikinya. Itu bukanlah harta yang membuat siapa pun iri dan memilikinya!" kata Dab. Harta yang mampu membuat Rani lepas dari bebannya menjaga awan ternyata bukanlah sesuatu yang berwujud benda.

Di akhir kisah, dengan manis diuraikan bahwa harta yang harus disebutkan Rani untuk membawa pulang Dab dari liburannya rupanya sangat sederhana. Tiga harta itu ternyata ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Ya, bukan suatu benda, bukan juga sesuatu yang mahal dan mewah! Dan ketiganya seringkali kita lupakan. Namun, ketiganya, ketika direnungkan dalam-dalam -- ternyata memang sangatlah berharga, walaupun ketiga harta itu tampak seperti bukan harta. Dari ketiganya kita dapat bercermin, merenungi lagi hal-hal yang indah dan harus diutamakan dalam hidup ini.

Dan tentunya, setelah Rani menemukan tiga harta itu, Pixie Hollow kembali bersemi. Hujan didatangkan tepat waktu, segenap peri di Never Land riang gembira. Omong-omong, sebenarnya, apa sih tiga harta berharga itu? Bila penasaran, baca saja seluruh kisahnya ya.

Sidoarjo, 1-2 September 2009
Catatan: Terima kasih untuk Ratu, muridku, yang sudah meminjamkan buku ini kepadaku.

---
Judul: Rani dan Tiga Harta Peri
Pengarang: Kimberly Morris
Penerjemah: Vina Damajanti
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 108 halaman
Cetakan pertama, April 2009


www.mediabuku.com

0 komentar: