Rabu, 02 September 2009

[resensi buku] Little Women: Kisah Persaudarian yang Manis

Moh. Sidik Nugraha (sumber: serambi.co.id)

"Masukkan dia ke oven. Mungkin dia akan merasa hangat dan hidup lagi," kata Amy berharap. (Bab 11)

Apa jadinya jika sebuah keluarga sederhana dihuni oleh empat remaja perempuan? Hasilnya adalah sebuah karya abadi yang tak lekang sampai berumur hampir satu setengah abad. Hasilnya adalah sebuah cerita klasik yang tak bosan-bosannya diadaptasi ke dalam film, opera, drama, dan anime. Itulah novel berjudul Little Women yang cerita di dalamnya akan membuat kita berkata atau bergumam: "ya ampun" atau "oh so sweet".

Empat bersaudari dalam keluarga March itu biasa dipanggil Meg, Jo, Beth, dan Amy. Mereka memiliki karakter dan bakat yang sangat berbeda: dari yang keibuan dan pemalu sampai yang tomboy. Untunglah mereka memiliki ibu yang bisa menjembatani perbedaan karakter itu dengan bijaksana, sementara bapak mereka bertugas di medan perang saudara.

Untuk membantu keuangan keluarga yang hidup di New England pada abad ke-19 ini, Meg bekerja sebagai tutor di sebuah keluarga kaya. Selain itu, Jo juga bekerja di rumah bibinya yang lebih kaya. Beth yang karena saking pemalunya terpaksa bersekolah di rumah, sementara Amy belajar di sekolah. Namun bagi mereka tidak ada yang lebih menyenangkan selain berkumpul dan bermain dengan saudari tercinta.

Louisa May Alcott, sang pengarang, membagi bukunya secara baik sehingga setiap karakter mendapat porsi yang rata. Misalnya, dalam satu bab Louisa mengajak pembacanya menjajaki karakter Amy. Maka, dia bercerita si bungsu itu mendapat hukuman dari gurunya karena membawa barang yang "diharamkan" ke kelas. Dari sana pembaca bisa lebih memahami bahwa Amy bersifat kekanak-kanakan dalam menangani masalah. Begitupun dengan Meg yang anggun dan sedikit angkuh, Jo yang tomboy, dan Beth yang pemalu dan berjiwa sosial.

Sementara itu, pada bagian lain, Louisa mempertemukan mereka berempat dalam suatu konflik. Dari percekcokan yang sering dialami kakak-adik sampai perkara yang menyerempet maut, mereka alami dan atasi bersama. Setidaknya, ada tiga peristiwa menonjol yang menguji ikatan persaudaraan mereka. Pertama, ketika Jo marah besar karena buku catatannya dibakar oleh Amy, tetapi kemudian dialah yang menolong adiknya itu ketika nyaris tenggelam. Kedua, ketika Beth menolong bayi tetangganya yang akhirnya meninggal dalam pangkuannya sehingga dia tertular penyakit yang mengancam jiwanya. Namun di sisi lain, pengorbanan Beth ini menyadarkan kedua kakaknya dan mereka merawat adiknya itu, sementara sang ibu menjenguk suaminya di medan perang di Washington. Ketiga, ketika Jo menjual rambutnya untuk menambah ongkos perjalanan ibunya ke Washington.

Nilai Pengasuhan
Marmee, panggilan sayang March bersaudari untuk ibu mereka, selalu memiliki cara dalam mendidik keempat anaknya tanpa harus menggurui apalagi mengancam. Sebagai contoh, saya ceritakan sebagian dari bab yang berjudul "Eksperimen".

Suatu ketika di musim panas, March bersaudari ingin berlibur seperti teman-teman mereka yang lebih mampu. Namun karena tidak punya uang untuk pergi ke tempat wisata, mereka berinisiatif membebaskan diri dari tugas pekerjaan rumah sehari-hari. Mereka memutuskan untuk larut dalam hobi-hobi mereka. "Sesekali tidak mengerjakan tugas, pasti tidak masalah," pikir mereka. Namun, ketika petang menjelang dan makan malam belum terhidang, mereka sadar telah melakukan kesalahan dan berjibaku membereskan seisi rumah serta menyiapkan makan malam. Marmee membiarkan anak-anaknya melakukan "percobaan" sehingga mereka dapat mengerti dengan sendirinya akibat dari pilihan yang mereka ambil.

Nilai pengasuhan inilah yang mungkin membuat novel ini tak tergantikan. Sementara itu, saya sedikit mengenyampingkan kehadiran Laurie, bocah kaya tetangga keluarga March. Walaupun sebenarnya kita bisa membandingkan pola pengasuhan yang dilakukan Marmee dan Pak Laurence, kakek Laurie. Bagi saya, kehadiran Laurie hanyalah bumbu penyedap untuk cerita cinta remaja puber yang tentu saja sudah terlalu ketinggalan zaman.***

Moh. Sidik Nugraha


Identitas Buku
Judul: Little Women
Penulis: Louisa May Alcott
Penerjemah: Rahmani Astuti
Penerbit: Serambi Ilmu Semesta
Terbit: I, Juli 2009
Halaman: 489
Harga: Rp 59.000


www.mediabuku.com

0 komentar: